Jepang Dikejar Tanggung Jawab Pancung Sultan Pontianak

- 2 Juli 2021, 20:10 WIB
SULTAN PONTIANAK -  Raja Pontianak Sultan Syarif Muhammad Al Qadri dan sederet raja di daerah lain di Kalbar tercatat dalam daftar puluhan ribu warga yang dipancung Jepang pada 28 Juni 1944.(FOTO:  KAMEK PONTIANAK/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS)
SULTAN PONTIANAK - Raja Pontianak Sultan Syarif Muhammad Al Qadri dan sederet raja di daerah lain di Kalbar tercatat dalam daftar puluhan ribu warga yang dipancung Jepang pada 28 Juni 1944.(FOTO: KAMEK PONTIANAK/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS) /KAMEK PONTIANAK

Artinya, mendaftar terkait ganti rugi, semacam pampasan perang, tiap keluarga senilai 20 ribu dolar AS. Tapi, rupanya ini wacana, karena sampai sekarang tidak ada kabar beritanya.

Mungkin ada masalah sehingga ganti rugi dari Jepang ini hanya menjadi semacam wacana?

Baca Juga: Mengenal Ciri Golongan Orang yang Tak Tersentuh Api Neraka

ST: Ketika itu, setahu saya, adalah masa-masa yang sulit bagi negara kita, kala di era Presiden Bung Karno. Ada informasi, ganti rugi itu sudah diberikan kepada Bung Karno. Dananya digunakan untuk membangun Jembatan Ampera di Palembang (Kota Palembang, Ibu Kota Provinsi Sumatera Selatan, Red).

Sekarang ini, adakah  upaya sama yang sudah dilakukan pihak Anda

ST: Yang pasti, kita, orang Kalbar , telah  kehilangan banyak elitnya, dari raja, dokter, pengusaha, kepala sekolah, atau orang-orang terdidik. Termasuk dua datuk (kakek) saya, dari sebelah ayah dan ibu.

Keduanya berpendidikan Belanda.  Pengaruhnya terasa hingga puluhan tahun ke depan, tepatnya sekarang ini. Contohnya, IPM di Kalbar cukup tertinggal secara nasional.

Setelah peristiwa memilukan itu, elit-elit kita yang masih hidup,  tinggal sedikit. Banyak yang sembunyi,  entah di mana. Raja Sultan Hamid sendiri,  sempat tak tahu di mana. Jadi, selamatlah beliau.  Makanya,  berapa  kali kami berbicara dengan pihak Jepang, antara lain dengan Universitas Tokyo, yang juga sempat saya temui.

Baca Juga: Khawatir Masyarakat Sesat, Begini Pesan Karolin Margret Natasa

Saya pribadi tidak bicara soal dendam, tapi bangsa Jepang harus punya tanggung jawab moral. Jadi, saya menilai, bisa dilakukan kompensasi oleh Jepang, dengan mengakomodasi anak-anak Kalbar di bidang pendidikan atau magang bekerja di Jepang,  terkait peningkatan SDM kita.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x