Jepang Dikejar Tanggung Jawab Pancung Sultan Pontianak

- 2 Juli 2021, 20:10 WIB
SULTAN PONTIANAK -  Raja Pontianak Sultan Syarif Muhammad Al Qadri dan sederet raja di daerah lain di Kalbar tercatat dalam daftar puluhan ribu warga yang dipancung Jepang pada 28 Juni 1944.(FOTO:  KAMEK PONTIANAK/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS)
SULTAN PONTIANAK - Raja Pontianak Sultan Syarif Muhammad Al Qadri dan sederet raja di daerah lain di Kalbar tercatat dalam daftar puluhan ribu warga yang dipancung Jepang pada 28 Juni 1944.(FOTO: KAMEK PONTIANAK/CAPTION: OKTAVIANUS CORNELIS) /KAMEK PONTIANAK

Lewat peristiwa ini,  ada pembuktian sejarah, bahwa masyarakat di Kalbar dari berbagai strata dan agama, termasuk raja dan semua golongan, telah menjadi korban karena melawan pendudukan Jepang.  

Ada juga yang dari Suku Minahasa (baca: Manado), Bali, Jawa, Sunda, selain tentunya Dayak, Melayu, Tionghoa. Jadi, Makam Juang Mandor mencerminkan persatuan dan NKRI. Sebab, di sinilah dimakamkan para korban dari seluruh suku atau etnis yang ada di nusantara. 

Dari peristiwa ini maka di Kalbar jangan ada masalah perbedaaan ras, suku, agama atau golongan.  Para leluluhur kita yang menjadi syuhada telah membuktikan bahwa patriotisme adalah di atas berbagai perbedaan itu.

Jelasnya, kita semua adalah bersaudara, dan jenazah-jenazah orangtua kita sudah satu liang kubur.  Jangan lagi ada pihak-pihak yang coba-coba mengadudomba kita,  dan mencari-cari perbedaan di antara kita.

Itu harus kita lawan. Semangat persatuan dan kesatuan yang berkobar di kalangan orang tua kita yang akhirnya gugur, harus menjadi kekuatan, dan tekat kita bersama untuk membangun masa depan NKRI yang lebih baik lagi ke depan. 

Baca Juga: Mbak You Tuliskan Tanggal Kematiannya di Mobil dan Akun Twitter Pribadi, Berikut Penjelasannya

Jika Ksatria, Jepang harus Bayar Kompensasi  

Dalam kasus yang sangat berbeda, yakni jugun ianfu (wanita-wanita yang dijadikan budak seks di berbagai negara termasuk Indonesia), ada upaya Pemerintah  Jepang melakukan ganti rugi kepada keturunan para wanita ini. Begitu pula ganti rugi dari Pemerintah Belanda bagi para korban  pembantaian oleh tentara NICA (selama agresi I dan II di Indonesia, Red).

Nah, dalam Peristiwa Mandor,  di mana Jepang telah membunuh  banyak warga serta elit-elit terhormat di Kalbar,  orang-orang yang kita sayangi, maka sejauh mana pihak Anda memperjuangkan semacam ganti rugi bagi keluarga korban Mandor, tentunya lewat Pemerintah  Pusat di Jakarta?

ST: Waktu saya masih  sekolah dasar, tahun 1950-an, orang tua saya bersama teman-teman senasib, yang keluarganya jadi korban Mandor,. pernah membicarakan masalah ini (ganti rugi) dari Jepang,  dan menyebut-nyebut tentang 'pendaftaran'.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x