Namun mungkin dampak yang sangat kuat terdapat dalam respon dari negara yang menjadi target protes tersebut, Turkiye.
Turkiye telah lama menahan Swedia dari bergabung dengan NATO sejak mereka mencoba untuk bergabung tahun lalu setelah terjadinya peperangan di Ukraina.
Pada saat itu, Turkiye menunda bergabungnya Swedia dari bergabung dengan NATO karena mereka menduga Swedia melindungi teroris Kurdi.
Sejak saat itu Turkiye juga mengalami pengeboman di Istanbul pada 13 November 2022 lalu yang pemerintah Turkiye menduga merupakan salah satu aksi teroris-teroris Kurdi tersebut.
Sekarang dengan aksi pembakaran Al-Qur’an pada 21 Januari tersebut, Presiden Turkiye Tayyip Erdogan merespon dengan mengatakan
“Swedia jangan mengharapkan dukungan dari kami untuk (bergabung) dengan NATO.
Sudah jelas bahwa mereka yang melakukan perbuatan tercela seperti itu di depan kedutaan negara kita sudah tidak bisa lagi mengharapkan segala bentuk kebajikan dari kita mengenai aplikasi mereka.”
Jika Swedia ingin membuktikan bahwa mereka harus didukung untuk bergabung dengan NATO maka mereka mungkin merusak kesempatan tersebut dengan sendirinya.