KALBAR TERKINI - Ratusan ribu warga berdemonstrasi di jalan-jalan kota Paris dan di sejumlah kota lainnya di Prancis pada Kamis 19 Januari 2023, menentang rencana menaikkan batas usia pensiun dari 62 tahun menjadi 64 tahun.
Selain itu, pemerintah Prancis dikabarkan akan menaikkan syarat jumlah tahun minimal warga bekerja untuk mendapatkan pensiun penuh.
Menanggapi rencana tersebut, warga Prancis ramai-ramai turun ke jalan dan menolaknya karena mereka enggan bekerja lebih panjang sebelum bisa mengantongi dana pensiun.
Serikat buruh di Prancis CGT (Confédération Générale du Travail) melaporkan demonstran di berbagai wilayah negara itu mencapai lebih dari satu juta orang.
Aksi itu kemudian berakhir ricuh di sejumlah titik.
Baca Juga: Rusia Tembak Mati Tentara yang Lari dari Medan Perang, Ukraina Latihan Luncurkan Rudal Bersama AS
Di kawasan Bastille, Paris, beberapa pengunjuk rasa tampak melempar botol, kaleng, hingga granat ke arah polisi.
Aparat kemudian menanggapi serangan tersbut dengan tembakan gas air mata ke arah pedemo.
Selain di Bastille dan Paris, bentrok antara aparat dan demonstran meletus di Place de la Nation.
Pedemo terlihat membakar sepeda dan menghancurkan tempat-tempat pemberhentian bus.
Polisi lalu menahan 44 orang dalam bentrok tersebut.
Mereka ditahan dengan dakwaan kepemilikan senjata dan kekerasan.
Polisi mengatakan sedikitnya 30 orang ditangkap di Paris karena berbagai tuduhan, termasuk membawa senjata terlarang.
Baca Juga: Kronologi Jatuhnya Helikopter di Taman Kanak-kanak dan Perumahan yang Tewaskan Mendagri Ukraina
Polisi di Lyon juga menahan 17 orang dari 23 ribu warga yang menggelar demo.
Dalam konferensi pers di sela-sela KTT Prancis-Spanyol di Barcelona, Macron mengatakan Prancis harus melakukan reformasi untuk menyelamatkan sistem pensiun.
“Kita akan melakukannya secara terhormat, dengan semangat dialog, tetapi juga tekad dan tanggung jawab,” ujar Macron.
Dalam cuitannya melalui Twitter, Macron memuji komitmen polisi dan serikat pekerja yang memastikan protes berlangsung dengan aman.
Di saat Macron mengungkapakan pandangannya, polisi anti-huru-hara berupaya mencegah sebagian demonstran untuk tidak melemparkan proyektil di sela aksi demonstrasi yang berlangsung cukup damai di Paris.