KALBAR TERKINI - Para pemimpin dunia didesak untuk melabeli Taliban sebagai rezim 'apartheid gender' karena menafikan hak-hak perempuan.
Menurut Naheed Farid, aktivis hak-hak perempuan Afghanistan, Taliban ingkar janji sejak merebut Kabul pada Agustus 2021.
Begitu kembali memerintah, Taliban berjanji melonggarkan syariat Islam yang ketat terhadap kaum wanita.
Kebijakan ini sempat diklaim tak bakal terulang lagi, sebagaimana ketika Taliban berkuasa sebelumnya.
Baca Juga: Taliban Mengatakan 'Tidak Ada Informasi' Tentang Pemimpin Al Qaeda Zawahiri di Afghanistan
Menurut Naheed, wanita di negara itu mengalami kemajuan selama dua dekade.
Tapi belakangan, pendidikan, pekerjaan, dan pemberdayaan perempuan dalam kehidupan publik telah dibatalkan secara dramatis.
Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Arab News, Minggu, 18 September 2022, masyarakat internasional pun diminta meningkatkan tekanan ke Taliban.
Berbicara dalam konferensi PBB baru-baru ini, Naheed mendesak para pemimpin dunia untuk melabeli Taliban sebagai rezim 'apartheid gender'.