Pada Juli 2022, al-Sadr mendorong para pengikutnya untuk menyerbu parlemen dengan seruan untuk revolusi dan reformasi.
Kemudian, dia meminta maaf kepada rakyat Irak dan menyatakan tidak dapat mendukung kekerasan tersebut.
Banyak pengikutnya dengan cepat mengindahkan seruannya, membongkar tenda mereka, dan meninggalkan Zona Hijau.
Padamnya kemarahan para pendukung ini, walaupun hanya sementara, menggarisbawahi kendali abadi atas para loyalisnya serta perluasan pengaruhnya atas kelas politik Irak.
Selain lusinan orang yang tewas, lebih dari 400 orang terluka, menurut dua pejabat medis Irak, Selasa.
Para pejabat berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk memberikan informasi kepada wartawan.
Sebagai tanda ketakutan bahwa kerusuhan akan menyebar, Iran menutup perbatasannya dengan Irak pada Selasa pagi.
Namun, sebelum muncul seruan dari al-Sadr, jalan-jalan di luar kawasan pemerintah ibukota, sebagian besar tetap tenang.
Minyak yang merupakan kebutuhan vital di negara itu terus mengalir.
Hanya saja, patokan global perdagangan minyak mentah Brent sedikit turun.