ASTAGANAGA! Pengungsi Ilegal Ukraina di Inggris Dideportasi ke Rwanda: Negeri Berdarah yang Banyak Gorila!

- 25 Juni 2022, 07:26 WIB
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson /Youtube/Reuters

Negara ini telah diperintah oleh pemerintah administrasi hierarki yang ketat sejak masa pra-kolonial.

Kerajaan Rwanda mendominasi dari masa pertengahan abad ke-18, dengan raja-raja Tutsi yang menguasai yang lain secara militer, memusatkan kekuasaan, kemudian mengesahkan kebijakan anti-Hutu.

Jerman menjajah Rwanda pada 1884, diikuti Belgia, yang menginvasi pada 1916 saat Perang Dunia I. Kedua negara Eropa tersebut memerintah melalui raja-raja dan menetapkan kebijakan pro-Tutsi.

Penduduk Hutu memberontak pada 1959, membantai Suku Tutsi dalam jumlah besar, dan akhirnya mendirikan negara bebas yang didominasi oleh Hutu pada 1962.

Front Patriotik Rwanda yang dipimpin oleh Tutsi melancarkan Perang Saudara Rwanda pada 1990, diikuti oleh Genosida Rwanda 1994.

Dalam peristiwa tersebut, ekstremis Hutu diperkirakan membunuh sekitar 500.000 sampai satu juta Tutsi dan kaum Hutu moderat.

Ekonomi Rwanda mengalami kekacauan selama Genosida Rwanda 1994, tetapi setelah itu menguat. Ekonominya didasarkan terutama pada sektor agrikultur.

Kopi dan teh merupakan komoditas ekspor yang menjadi sumber devisa utama.

Pariwisata merupakan sektor yang berkembang pesat dan kini merupakan sumber devisa utama; di negara ini gorila pegunungan dapat dikunjungi dengan aman, dan wisatawan siap membayar mahal untuk memperoleh izin melacak gorila.

Musik dan tari merupakan bagian penting dalam budaya Rwanda, terutama drum dan tari intore. Seni dan kerajinan tradisional juga dibuat di seluruh negeri, seperti imigongo, seni kotoran sapi yang unik.***

Halaman:

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Russia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x