Dari KTT Bucharest yang digelar NATO pada April 2008, hingga misi pelatihan dan pasokan yang mengikuti invasi Rusia ke Krimea pada 2014, Barat terus mengirimkan sinyal yang beragam.
Hal ini terlalu lemah untuk menghalangi Rusia, namun terlalu mengancam untuk diabaikan oleh Kremlin. Ambiguitas menjadi formula untuk eskalasi.
"Ambiguitas keamanan saja, mungkin tidak berakibat fatal, seandainya Eropa mengejar strategi keuangan yang efektif, untuk melengkapi pendekatan hukumnya," tegas Krahe.
Menurutnya, Ukraina yang stabil secara ekonomi dan finansial, mungkin terus condong ke orbit Uni Eropa, sampai pada titik di mana aksesi NATO akan berani tetapi layak, atau bahkan mungkin tidak perlu.
"Kerusuhan dalam negeri, perang saudara. Dan dengan momen itu, invasi Rusia mungkin tidak akan pernah datang," ujarnya.
Namun yang terjadi sebaliknya. Pada dua titik penting ketika Ukraina paling membutuhkan dukungan keuangan, Eropa mengabaikannya.
Pertama, lanjut Krahe, seperti sebagian besar negara-negara Eropa Timur, Ukraina kurang mendapat perhatian selama krisis keuangan global pada 2008.
Dengan setengah dari semua pinjaman pra-krisis Ukraina dalam mata uang asing, maka garis swap dolar AS atau euro, akan sangat membantu mencegah keruntuhan keuangan.
Tetapi, sementara AS menyediakan jalur pertukaran dolar untuk Meksiko, zona euro tidak mau memberikan bantuan serupa ke anggota Uni Eeropa, yakni Polandia dan Hongaria, apalagi ke Ukraina.
Putus asa untuk dolar AS dan euro, Ukraina tidak punya pilihan, selain beralih ke Dana Moneter Internasional (IMF) dan penghematan.