Perang musim panas di Georgia menunjukkan tekad dan ambisi Kremlin, tetapi hadiah strategisnya selalu Ukraina.
Pada saat yang sama, Barat bergerak untuk menarik Ukraina ke orbitnya, dengan peluncuran Kemitraan Timur UE, dan dorongan AS untuk tawaran keanggotaan NATO.
Sejak saat itu, menurut Krahe yang juga seorang postdoc di Institut für Sozioökonomie di Universitas Duisburg-Essen (yang mengoordinasikan program PhD Die Politische konomie der Ungleichheit (ekonomi politik ketidaksetaraan), ketegangan di Ukraina selalu mungkin meningkat.
Tetapi selama 14 tahun berikutnya, UE dan negara-negara anggotanya, mengejar serangkaian inisiatif yang membingungkan, dan berbahaya.
Kegagalan mereka untuk menyelaraskan kebijakan hukum, keamanan, dan keuangan, telah menciptakan konteks di mana perang menjadi mungkin.
"Secara hukum, Uni Eropa menerapkan strategi tarik-menarik. Melalui Kemitraan Timurnya, Uni Eropa mendorong konvergensi yang lambat, namun mantap dari tatanan hukum, politik, dan ekonomi Ukraina menuju standar Eropa," tambah Krahe.
Memperjelas niat geopolitiknya, tambah Krahe, UE menekankan bahwa Ukraina harus memilih antara Brussel dan Moskow.
"Ukraina tidak dapat secara bersamaan bergabung dengan Uni Ekonomi Eurasia Rusia dan menandatangani Perjanjian Asosiasi dengan UE. Pada kebijakan keamanan, sebaliknya, perpecahan berkuasa," lanjutnya.
Secara bersamaan, menurut Krahe, AS, Inggris, dan Polandia, telah lama mendukung aksesi NATO ke Ukraina, sedangkan Jerman, Prancis, dan Italia, menentang.