Korut Genjot Uji Coba Rudal, Siapkan Rudal Nuklir untuk Ratakan Negara AS

- 27 Januari 2022, 15:01 WIB
RUDAL KORUT - Rudal nuklir balistik Korea Utara dalam foto ini yakni Rodong memiliki jangkauan 1.300 kilometer. Rudal lainnya, Taepodong-2 meruakan jenis rudal balistik antarbenua berjarak 6.000 kilometer. Jika sukses, rudal-rudal ini bakal mampu meratakan daratan Amerika Serikat.
RUDAL KORUT - Rudal nuklir balistik Korea Utara dalam foto ini yakni Rodong memiliki jangkauan 1.300 kilometer. Rudal lainnya, Taepodong-2 meruakan jenis rudal balistik antarbenua berjarak 6.000 kilometer. Jika sukses, rudal-rudal ini bakal mampu meratakan daratan Amerika Serikat. /DEFENSE WORLD

Korut pada Janauri 2022 ini juga melakukan uji coba dua jenis rudal balistik jarak pendek yang telah dikembangkan sejak 2019, yang dirancang untuk dapat bermanuver, dan terbang di ketinggian rendah, yang menurut para ahli, berpotensi meningkatkan peluang Korut untuk menghindari, dan mengalahkan sistem pertahanan rudal.

Dalam pertemuan partai berkuasa yang dihadiri oleh Kim pekan lalu, Korut menuduh pemerintahan Biden bermusuhan dan mengancam akan mempertimbangkan 'semua kegiatan yang ditangguhkan sementara'.

Semua kegiatan itu telah dihentikan selama diplomasinya dengan pemerintahan Trump dalam ancaman nyata untuk melanjutkan pengujian bahan peledak nuklir dan rudal balistik antarbenua.

Kementerian Luar Negeri Korsel sebelumnya telah memperingatkan 'reaksi yang lebih kuat dan past' setelah pemerintahan Biden memberlakukan sanksi baru menyusul uji hipersonik kedua Korut pada 11 Januari 2022.

Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi terhadap lima warga Korut atas peran mereka dalam memperoleh peralatan dan teknologi untuk program rudal negara itu.

Sementara Departemen Luar Negeri AS memerintahkan sanksi terhadap warga Korut lainnya, seorang pria Rusia, dan perusahaan Rusia atas dukungan mereka yang lebih luas terhadap senjata Korut.

Namun, upaya Washington untuk mencari sanksi baru dari Dewan Keamanan PBB terhadap lima warga Korut yang dikenai sanksi oleh Departemen Keuangan ini, diblokir pekan lalu oleh China dan Rusia, yang telah menyerukan PBB untuk mengakhiri sanksi utama terhadap Korut, dengan alasan kesulitan ekonominya.

“Meskipun ada upaya untuk memperkuat sanksi, tanggapan Washington terhadap peluncuran Korea Utara bulan ini sama sekali tidak seperti reaksinya terhadap provokasi Pyongyang pada 2017, ketika Korea Utara melakukan uji coba nuklir dan ICBM yang luar biasa provokatif," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.

Kebijakan AS telah menjadi lebih terukur dan terkoordinasi, tetapi masih belum memadai untuk mengubah perilaku Korut.

Pemerintahan Biden memiliki prioritas lain, mulai dari pemulihan pandemi di dalam negeri, hingga menghadapi Rusia atas Ukraina, Iran mengenai program nuklirnya, dan China secara keseluruhan.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x