Rakyat Suriah Ditekan Pilih Al-Assad, Kota-kota pun Dilanda Protes

- 26 Mei 2021, 15:09 WIB
PEMILU SURIAH -  Poster Presiden Suriah Bashar al-Assad terlihat di luar tempat pemungutan suara sebelum pemungutan suara dibuka untuk Pemilihan Presiden Suriah di Damaskus, Ibu Kota Suriah, Rabu, 26 Mei 2021./REUTERS / YAMAM AL SHAAR/
PEMILU SURIAH - Poster Presiden Suriah Bashar al-Assad terlihat di luar tempat pemungutan suara sebelum pemungutan suara dibuka untuk Pemilihan Presiden Suriah di Damaskus, Ibu Kota Suriah, Rabu, 26 Mei 2021./REUTERS / YAMAM AL SHAAR/ /REUTERS / YAMAM AL SHAAR

DAMASKUS,  KALBAR TERKINI - Pemilu Presiden Suriah pada Rabu, 26 Mei 2021 ini berlangsung di bawah tekanan (under pressure) pihak rezim agar rakyat tetap memilih Basyar Hafizh al-Assad sebagai presiden. Tekanan ini sangat kuat di kalangan pengawai negeri sipil (PNS).

Sementara di sejumlah kota terjadi aksi corat-coret dinding dari banyak warga yang  anti-Assad. "Kami telah diberitahu bahwa kami harus pergi ke tempat pemungutan suara,  atau bertanggung jawab untuk tidak memberikan suara," kata Jafaar, seorang PNS di Latakia, kota pelabuhan utama Suriah, yang hanya memberikan nama depannya karena takut akan pembalasan pihak rezim.

 "Semua orang menolak aturan putra Hafez," demikian coretan coretan di banyak dinding di beberapa kota wilayah Suriah selatan, mengacu kepada ayah Assad, yakni Hafizh al-Assad, Presiden Suriah pada 1971–2000.   

Di bagian selatan Kota Deraa misalnya, tempat protes anti-Assad pertama melawan pemerintahan otoriternya, tokoh-tokoh lokal menyerukan pemogokan umum untuk memprotes pemilihan tersebut.

Baca Juga: Melihat Perayaan Waisak di Beberapa Negara di Dunia, Ajang Berbagi Kebajikan Kepada Sesama

Karena tekanan aparat pula maka al-Assad dipastikan bakal kembali memenangkan Pilpres Suriah. Dua pesaingnya, Abdallah Saloum Abdallah dan Mahmoud Ahmed Marei diyakini sebagai calon tak dikenal, dan sekadar 'basa-basi' berlaga di pemilu tersebut.

Rekam jejak masing-masing calon ini tak berarti bagi al-Assad, yang sudah keempat kali menjabat sebagai presiden sejak 2000. Keikutsertaan keduanya pun dianggap sekadar formalitas, supaya Pemilu  Suriah terkesan demokratis. Abdallah Saloum Abdallah adalah mantan wakil menteri kabinet dan Mahmoud Ahmed Marei, kepala sebuah partai oposisi kecil.

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Reuters, Pemerintah mengklaim bahwa pemilu itu menunjukkan Suriah berfungsi normal meskipun telah terjadi perang selama satu dekade, tetapi oposisi dan negara-negara Barat memandangnya hanya sebagai penghambat cengkeraman al-Assad untuk mempertahankan kekuasaan.

Namun di Fakultas Seni Universitas Damaskus, ratusan mahasiswa berbaris sebelum menaiki beberapa bus untuk menuju TPS. "Kami datang untuk memilih presiden Bashar al-Assad ... tanpanya Suriah tidak akan menjadi Suriah," kata Amal, seorang mahasiswa.

Baca Juga: Whatsupp Bahayakan Negara: Dituntut Hapus Enskpripsi End-to-End

"Dengan darah dan jiwa kami, kami mengorbankan hidup kami untuk Anda,  Bashar," teriak siswa lain menjelang pembukaan TPS.

Pihak berwenang dalam beberapa hari terakhir menyelenggarakan simulasi pemilu besar-besaran di seluruh negeri untuk memastikan jumlah pemilih yang besar pada hari pemilihan, menurut para pejabat secara pribadi.

Para menteri luar negeri Prancis, Jerman, Italia, Inggris dan AS pada Selasa, 25 Mei 2021, mengkritik al-Assad bahwa pemilihan tersebut tidak akan bebas atau adil. 

Diperintah Ayah dan Anak 

Al-Assad , kelahiran   Kota Damaskus, Ibu Kota Suriah, 11 September 1965,memegang kekuasaan sejak 17 Juli 2000, sekaligus pula Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Suriah, dan Sekretaris Jenderal Partai Arab Sosialis Ba'ats yang berkuasa.  

Lahir dan besar di Damaskus, Assad lulus dari sekolah kedokteran di Universitas Damaskus pada 1988,  dan memulai bekerja sebagai dokter di Angkatan Darat Suriah. Empat tahun kemudian, al-Assad mengikuti studi pasca-sarjana di Rumah Sakit Mata Barat di London, Inggris, yang mengkhususkan diri dalam oftalmologi.  

Pada 1994, setelah kakak tertuanya Basil meninggal dalam kecelakaan mobil, al-Assad dipanggil kembali ke Suriah untuk mengambil alih peran Bassil sebagai pewaris tahta.

Al-Assad kemudian masuk akademi militer, mengambil bagian dalam pendudukan Suriah atas Lebanon pada 1998.  

Baca Juga: Ular Piton Mangsa Anjing, Hanya Tiga Menit !

Pada 10 Juli 2000, Assad terpilih sebagai Presiden, Suriah, menggantikan ayahnya, yang meninggal di kantor sebulan sebelumnya.

Dalam pemilihan 2000 dan berikutnya 2007, al-Assad mendapat 99,7 persen dan 97,6 persen dukungan berturut-turut dalam referendum untuk kepemimpinannya. 

Pada 16 Juli 2014, al-Assad dilantik untuk jangka waktu tujuh tahun lagi setelah mendapat 88,7 persen hasil suara dalam pemilihan presiden pertama yang diperebutkan dalam sejarah Ba'ats Suriah.  

Pemilihan itu dikritik oleh media sebagai 'dikontrol ketat', dan tanpa pemantau pemilu independen. Sementara  delegasi internasional, yang terdiri dari para pejabat lebih dari 30 negara (termasuk Bolivia, Brazil, Kuba, Ekuador, India, Iran, Irak, Nikaragua, Rusia, Afrika Selatan dan Venezuela), mengeluarkan pernyataan bahwa pemilihan itu 'bebas, adil,  dan transparan'. 

Pemerintahan  al-Assad menggambarkan dirinya sebagai sekuler, sementara beberapa ahli menyatakan bahwa pemerintah memanfaatkan ketegangan aliran agama di negara itu,  dan bergantung pada minoritas Alawiyah untuk tetap berkuasa. 

Baca Juga: Imbau Masyarakat Patuhi Protokol Kesehatan, TNI, Polri dan Pemkab Kapuas Gelar Operasi Rutin

Setelah dilihat oleh masyarakat internasional sebagai pembaharu potensial, AS, Uni Eropa, dan sebagian dari Liga Arab menyerukan pengunduran diri Assad dari kursi kepresidenan, setelah dia diduga memerintahkan tindakan keras,  dan pengepungan militer terhadap para demonstran Musim Semi Arab, yang menyebabkan Perang Sipil Suriah. 

Selama Perang Sipil Suriah, penyelidikan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan bahwa telah ditemukan bukti bahwa al-Assad dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Pada Juni 2014, Assad termasuk dalam daftar 20 sampel dakwaan kejahatan perang dari kalangan pejabat pemerintah dan pemberontak yang diserahkan ke Mahkamah Pidana Internasional.

Al-Assad,  yang mahir dalam bahasa Inggris dan bahasa Prancis,  menjalani studi di sekolah elit Franco-Arab al-Hurriyet di Damaskus,   menikah dengan Asma' al-Akhras, seorang Suriah Syiah,  yang tinggal di Inggris sejak kelahirannya maupun masa dewasanya.  

Didukung oleh China dan Rusia, pemerintahan al-Assad menganut idealisme sosialis komunis. Dalam pemahamannya, Assad mengikuti sekte Syiah Ghulat.*** 

 

Sumber: Reuters, Wikipedia  

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah