Sekretaris Pers Jen Psaki tidak merinci temuan dari tinjauan tersebut, tetapi menyarankan bahwa Pemerintah AS akan mencari jalan tengah antara pendekatan 'kesepakatan besar' di era Donald Trump dan pendekatan 'kesabaran strategis' di era Barack Obama.
Pernyataan Kwon tidak menyebutkan komentar Psaki.
Targetkan Daratan AS
Setelah serangkaian uji coba nuklir dan rudal tingkat tinggi pada 2016-2017, pemimpin Korut Kim Jong Un meluncurkan diplomasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) dengan Trump tentang masa depan persenjataan nuklirnya yang sedang berkembang.
Tetapi diplomasi itu tetap terhenti selama sekitar dua tahun karena terkait perbedaan seberapa banyak keuntungan yang bisa dimenangkan Korut, sebagai imbalan atas langkah-langkah denuklirisasi terbatas.
Pada Januari 2021, Kim mengancam akan memperbesar persenjataan nuklirnya, dan membangun lebih banyak senjata berteknologi tinggi yang menargetkan daratan AS, dengan menyatakan bahwa nasib hubungan bilateral Korut dan AS akan bergantung pada apakah mereka meninggalkan kebijakan permusuhannya.
Menyusul pada Maret 2021, orut melakukan uji coba rudal rudal balistikbalistik jarak pendek untuk kali pertama dalam setahun, meskipun Kim mengaku masih mempertahankan moratorium peluncuran senjata yang lebih besar.
"Jika Pyongyang setuju dengan pembicaraan tingkat kerja, titik awal negosiasi adalah pembekuan pengujian dan pengembangan kemampuan nuklir serta sistem pengiriman Korea Utara," kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul.
"Jika, di sisi lain, Kim menghindari diplomasi dan memilih tes provokatif, Washington kemungkinan akan memperluas penegakan sanksi dan latihan militer dengan sekutu," tambahnya.