Pasukan Junta Kaget! Warga Pedalaman Melawan dengan Senapan Tradisional

- 6 April 2021, 20:13 WIB
WARGA PEDALAMAN - Warga pedalaman di Kalay, kota terpencil di Myanmar angkat senjata melawan pasukan junta. Mereka menggunakan senapan berburu  tradisonal melawan persenjataan lengkap pasukan rezim./MYANMAR NOW/
WARGA PEDALAMAN - Warga pedalaman di Kalay, kota terpencil di Myanmar angkat senjata melawan pasukan junta. Mereka menggunakan senapan berburu tradisonal melawan persenjataan lengkap pasukan rezim./MYANMAR NOW/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

“Desa-desa ini melakukan apa yang mereka bisa untuk mencegah militer menyerang Kalay. Tanpa mereka, seluruh kota akan mati sekarang, ”kata seorang warga Kalay. 

Pada Selasa, 30 Maret 20201, dua personel dari pasukan rezim tewas di dekat sebuah jembatan di Taung Khin Yan, sebuah desa sekitar dua jam perjalanan ke selatan Kalay.

Keesokan harinya, militer melaporkan bahwa penduduk setempat dengan senjata Tumi telah melukai lima lagi anggota pasukannya. 

Militer juga mengklaim bahwa mereka telah diserang oleh ranjau rakitan bahkan petasan yang dibantah oleh penduduk desa. 

“Mereka mungkin membuat ranjau itu sendiri supaya mereka bisa menuduh kita. Kami bahkan tidak memiliki cukup bubuk mesiu untuk senjata kami sekarang, apalagi tambahan untuk membuat ranjau, ”kata seorang penduduk desa.

Sejak awal April 2021, korban jatuh dari pihak pengunjuk rasa. Menurut laporan media lokal yang berbasis di negara bagian Chin, lima warga sipil tewas pada Kamis, 1 April 2021 di Desa Nat Myaung, Nat Chaung, dan Chaung Gwa setelah penduduk setempat baku tembak dengan angkatan bersenjata junta. 

Tak heran, situasi di kawasan itu menjadi sangat mencekam. Militer mengancam akan menyerang rumah-rumah di semua desa yang telah menolak kendali mereka untuk mencari dan menyita senjata. 

Namun, dalam kebanyakan kasus, militer  mungkin akan menemukan rumah-rumah yang kosong. Ribuan penduduk setempat, termasuk anak-anak kecil dan orang tua, telah melarikan diri untuk mengantisipasi pembalasan tentara.

“Tidak ada yang tersisa di desa sekarang, hanya anjing dan ayam,” kata seorang penduduk dari salah satu desa yang terkena dampak. "Semua orang bersembunyi di hutan." 

Bagi warga yang ingin melanjutkan perlawanan bersenjata, harapan terbaik saat ini adalah membawa kelompok bersenjata yang sudah mapan ke dalam konflik.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah