Bahaya! Jika AS Keterlaluan, China Tembakkan Rudal Pembunuh Kapal Induk

- 17 Februari 2021, 23:29 WIB
RUDAL PEMBUNUH - File foto yang diambil pada 3 September 2015 menunjukkan rudal DF-26 dipamerkan dalam parade militer di Beijing, Ibu Kota China. Inilah satu dari dua jenis senjata yang dijuluki 'rudal pembunuh kapal induk'./XINHUA VIA GLOBAL TIMES/
RUDAL PEMBUNUH - File foto yang diambil pada 3 September 2015 menunjukkan rudal DF-26 dipamerkan dalam parade militer di Beijing, Ibu Kota China. Inilah satu dari dua jenis senjata yang dijuluki 'rudal pembunuh kapal induk'./XINHUA VIA GLOBAL TIMES/ /Kalbar Terkini/Oktavianus Cornelis

KALBAR TERKINI - Unjuk kekuatan Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan dianggap sekadar simbolis dan politis ketimbang signifikansi militer. Itu sebabnya China diklaim menganggapnya 'angin lalu', karena negara Tirai Bambu ini memiliki rudal balistik DF-26 dan DF-21D. 

Keduanya diklaim sebagai rudal balistik pertama di dunia yang mampu menargetkan kapal-kapal berukuran besar- menengah. DF-26 dan DF-21D akan sangat membahayakan musuh, jika diluncurkan dari arah yang berbeda, karena sanggup menghujam tepat ke satu titik. 

Itu sebabnya, Xu Guangyu, penasihat senior Asosiasi Pengendalian dan Pelucutan Senjata China kepada Global Times, Selasa, 16 Februari 2021,  menyatakan bahwa pamer kekuatan militer AS tersebut, tak perlu merisaukan China. Latihan itu disebutnya tak lain karena pengaruh beberapa kelompok garis keras di dalam pemerintahan yang baru AS.  

Baca Juga: Belasan Teroris Rusia Ditangkap, Gudang Senjata Ditemukan di Hutan

"Tujuannya, hanya untuk menunjukkan kepada sekutu AS di wilayah tersebut, bahwa mereka tidak akan mudah menyerah pada China," kata Guangyu kepada media milik Partai Komunis China ini, sebagaimana dilansir Kalbarterkini.com.

Sejak 9 Februari lalu, dua kapal induk AS, Theodore Roosevelt dan USS Nimitz yang memuat total 120 pesawat tempur bersama kapal penjelajah dan kapal perusak berpeluru -antara lain USS John McCain- bertemu di titik yang sudah ditentukan di Laut China Selatan.

Kehadiran armada Angkatan Laut AS ini kemudian disusul dengan latihan militer. Latihan besar-besaran digelar menyusul kian kencangnya klaim China sebagai pemilik tunggalnya laut tersbeut, yang juga diklaim  oleh Brunei Darusallam, Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Vietnam.

Baca Juga: Operasi pada Tiga Wilayah di Kalbar, Densus 88 Anti Teros Amankan Terduga Teroris Jaringan JAD

Laut yang kaya akan gas dan minyak bumi ini diklaim pula oleh sejumlah negara besar. Ini terkait kepentingan mereka karena posisi laut yang strategis untuk lalu-lintas pelayaran dunia atau secara geopolitik. AS sendiri mengklaim berkepentingan di Laut China Selatan terkait tugasnya dalam menjaga stabilitas keamanan kawasan Indo Pasifik.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah