Salman Rushdie Dicincang Pisau dan Tinju: Penista Islam lewat 'Ayat-ayat Setan'

13 Agustus 2022, 20:20 WIB
Ilustrasi penjelasan siapa Salman Rushdie trending? ini biodata lengkap profil Salman Rushdie: karier lengkap dengan karya dan penghargaan. /Twitter.com/@AlinejadMasih

CHAUTAUQUA, KALBAR TERKINI - Penulis novel Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses) Salman Rushdie dihujani tikaman dan tinju di barat New York, AS, Jumat, 12 Agustus 2022 waktu setempat.

Kejadian pada Jumat, atau sekitar pukul 11.20 WIB, Sabtu, 13 Agustus 2022, terjadi ketika kakek berusia 72 tahun ini hendak naik ke panggung untuk memberikan kuliah di sebuah lembaga.

Saat menaiki panggung, dilansir Kalbar-Terkini dari The Associated Press Sabtu siang ini, seorang pria mendadak bergegas membuntutinya ke panggung kemudian menikam dan meninjunya.

Baca Juga: Iran 'Cuek Bebek' Tanggapi Penikaman Salman Rushdie, Marandi: Aneh...

Selain ditikam bertubi-tubi di bagian perut dan leher, tubuh renta Rushdie juga ditinju bertubi-tubi belasna kali.

Tak lama setelah tumbang di atas panggung, Rushdie langsung diterbangkan ke rumah sakit dan menjalani operasi.

Menurut Agennya Andrew Wylie, penulis gaek itu menggunakan ventilator pada Jumat malam waktu setempat.

Hatinya rusak, saraf terputus di lengannya, dan sepasang biji matanya kemungkinan besar akan hilang.

Baca Juga: Rusia Luncurkan Satelit Iran, AS pun 'Sakit Gigi'

Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Hadi Matar (24) dari Fairview, New Jersey.

Dia ditangkap di tempat kejadian dan sedang menunggu dakwaan.

Matar lahir satu dekade setelah 'The Satanic Verses' diterbitkan. "Motif serangan itu tidak jelas," kata Mayor Polisi Negara Bagian New York, Eugene Staniszewski.

Seorang reporter dari The Associated Press menyaksikan penyerang menikam Rushdie di atas panggung di Chautauqua Institution.

Tersangka terlihat menikam atau meninju 10 hingga 15 kali saat Rushdie sedang diperkenalkan di hadapan khalayak.

Baca Juga: Putin ke Iran Gandeng Gazprom Investasi 4 Miliar USD, Barat Pasti Gemetaran Menahan Murka!

Petugas keamanan langsung melompat ke panggung, mendorong tubuh Rushdie, dan pria itu ditangkap.

Dr Martin Haskell, salah satu dokter yang bergegas membantu, menggambarkan luka Rushdie sebagai 'serius, tetapi dapat dipulihkan'.

Moderator acara Henry Reese (73), salah satu pendiri organisasi yang menawarkan residensi kepada penulis, juga diserang.

"Reese menderita cedera wajah, dirawat, dan dibebaskan dari rumah sakit," kata polisi.

Dia dan Rushdie dijadwalkan membahas tentang AS sebagai tempat perlindungan bagi para penulis dan seniman lain di pengasingan.

Baca Juga: Mossad dan Intelijen Turki Gagalkan Serangan Iran di Instanbul: Warga Israel di Turki Diperingatkan Waspada!

Seorang polisi negara bagian dan wakil sheriff daerah yang ditugaskan untuk mengamankan kuliah Rushdie, dan polisi negara bagian, menyatakan telah melakukan penangkapan.

Tetapi setelah serangan itu, banyak kalangan yang mempertanyakan tentang mengapa tidak ada keamanan yang lebih ketat untuk acara tersebut.

Ini mengingat ancaman puluhan tahun terhadap Rushdie, dan hadiah yang ditawarkan senilai lebih dari tiga juta dolar AS bagi siapa saja yang bisa membunuhnya.

Rabi Charles Savenor termasuk di antara sekitar 2.500 orang yang hadir.

Di terengah-engah di antara penonton kemudian diantar keluar dari amfiteater luar ruangan.

Sebelumnya, si penyerang berlari ke peron kemudian mulai menganiaya Rushdie di panggung.

Menurut Savenor, serangan itu berlangsung sekitar 20 detik.

Penonton lain, Kathleen James, mengatakan bahwa penyerang berpakaian hitam, dengan topeng hitam.

“Kami pikir mungkin itu adalah bagian dari aksi untuk menunjukkan bahwa masih banyak kontroversi seputar penulis ini," katanya.

"Tetapi, menjadi jelas dalam beberapa detik bahwa itu bukan, katanya.

Matar, seperti pengunjung lainnya, telah memperoleh izin untuk memasuki lahan seluas 750 hektar milik institusi tersebut, menurut Presiden Michael Hill.

Pengacara tersangka Nathaniel Barone, menyatakan masih mengumpulkan informasi, dan menolak berkomentar.

Rumah Matar diblokir oleh pihak berwenang.

Penusukan itu bergema dari Kota Chautauqua yang tenang, hingga Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), yang mengeluarkan pernyataan yang mengungkapkan kengerian Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Guterres menilai bahwa kebebasan berekspresi dan berpendapat tidak boleh ditanggapi dengan kekerasan.

Rushdie telah menjadi juru bicara terkemuka untuk kebebasan berekspresi dan tujuan liberal

Dunia sastra pun gempar. Ian McEwan, seorang novelis dan teman Rushdie menggambarkannya , sebagai 'serangan terhadap kebebasan berpikir dan berbicara'.

“Salman telah menjadi pembela inspirasional bagi penulis dan jurnalis yang dianiaya di seluruh dunia,” kata McEwan dalam sebuah pernyataan.

"Dia adalah semangat yang berapi-api dan murah hati, seorang pria dengan bakat dan keberanian yang luar biasa dan dia tidak akan tergoyahkan.," tambahnya.

CEO PEN America Suzanne Nossel mengatakan bahwa organisasi tersebut tidak mengetahui adanya tindakan kekerasan yang sebanding terhadap seorang penulis sastra di AS.

Rushdie pernah menjadi presiden kelompok tersebut, yang mengadvokasi penulis dan kebebasan berekspresi.

Novel Rushdie itu pada 1988 dipandang sebagai penghujatan oleh banyak umat Muslim, yang melihat karakter sebagai penghinaan terhadap Nabi Muhammad.

Di seluruh dunia Muslim, protes yang sering disertai kekerasan meletus terhadap Rushdie, yang lahir di India dari keluarga Muslim.

Sedikitnya 45 orang tewas dalam kerusuhan terkait buku tersebut, termasuk 12 orang di kota kelahiran Rushdie, Mumbai.

Pada 1991, seorang penerjemah Jepang dari buku itu, ditikam sampai mati, dan seorang penerjemah Italia selamat dari serangan pisau.

Pada 1993, penerbit buku Norwegia ditembak tiga kali dan selamat.

Buku itu dilarang di Iran, di mana mendiang pemimpin Ayatollah Agung Ruhollah Khomeini mengeluarkan fatwa pada 1989, atau dekrit, yang menyerukan kematian Rushdie. Khomeini meninggal pada tahun yang sama.

Pemimpin Tertinggi Iran saat ini Ayatollah Ali Khamenei tidak pernah mengeluarkan fatwanya sendiri untuk mencabut dekrit tersebut.

Misi Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar atas serangan itu yang mendominasi pemberitaan buletin berita malam di televisi Pemerintah Iran.

Ancaman pembunuhan dan hadiah membuat Rushdie bersembunyi di bawah program perlindungan Pemerintah Inggris, yang mencakup penjaga bersenjata sepanjang waktu.

Rushdie muncul setelah sembilan tahun mengasingkan diri, dan dengan hati-hati kembali tampil di depan umum.

Dia mempertahankan kritiknya yang blak-blakan terhadap ekstremisme agama secara keseluruhan.

Rushdie menyatakan dalam pembicaraan pada 2012 di New York bahwa terorisme benar-benar adalah seni ketakutan.

“Satu-satunya cara Anda bisa mengalahkannya adalah dengan memutuskan untuk tidak takut,” katanya.

Sentimen anti-Rushdie telah bertahan lama setelah keputusan Khomeini.

Index on Censorship, sebuah organisasi yang mempromosikan kebebasan berekspresi, menyatakan bahwa uang dikumpulkan untuk meningkatkan hadiah atas pembunuhannya baru-baru ini pada 2016.

Seorang jurnalis The Associated Press, pergi ke kantor 15 Khordad Foundation di Teheran, Ibukota Iran

Kantor yang memberikan jutaan dolar AS untuk hadiah atas nyawa Rushdie,tutup pada Jumat malam lalu.

Tidak ada yang menjawab panggilan ke nomor telepon yang terdaftar.

Pada 2012, Rushdie menerbitkan sebuah memoar berjudul 'Joseph Anton' yang isinya tentang fatwa tersebut.

Judul tersebut berasal dari nama samaran yang digunakan Rushdie selama bersembunyi.

Rushdie menjadi terkenal dengan novelnya yang memenangkan Booker Prize 1981, Midnight's Children', tetapi namanya lebih dikenal di seluruh dunia setelah 'The Satanic Verses'.

Secara luas dianggap sebagai salah satu penulis terbaik Inggris, Rushdie dianugerahi gelar kebangsawanan oleh Ratu Elizabeth II pada 2008.

Pada awal 2022, Rushdie diangkat menjadi anggota Order of the Companions of Honor, sebuah penghargaan kerajaan.

Ini diberikan bagi orang-orang yang dianggap telah memberikan kontribusi besar pada seni, ilmu pengetahuan, atau kehidupan publik.

Dalam sebuah tweet, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson menyesalkan bahwa Rushdie diserang 'saat menjalankan hak yang tidak boleh berhenti untuk dipertahankan'.

Lembaga Chautauqua, sekitar 89 kilometer barat daya Buffalo di sudut pedesaan New York.

Lembaga telah melayani selama lebih dari satu abad sebagai tempat refleksi dan bimbingan spiritual.

Pengunjung tidak melewati detektor logam atau menjalani pemeriksaan tas.

Kebanyakan orang membiarkan pintu pondok mereka yang berusia seabad tidak terkunci di malam hari.

Pusat ini terkenal dengan seri kuliah musim panasnya, di mana Rushdie pernah berbicara sebelumnya.

Pada acara jaga malam, beberapa ratus penduduk dan pengunjung, berkumpul untuk berdoa, mendengarkan musik, dan mengheningkan cipta untuk waktu yang lama.

"Kebencian tidak bisa menang," teriak seorang pria.***

Sumber: The Associated Press

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler