Perang AS vs China 'Menghitung Hari': PLA Siaga Tinggi di LCS dan Selat Taiwan!

28 Juni 2022, 16:15 WIB
Empat Kapal Perang PLA Navy China Siaga di Perairan Asia Tenggara, ASEAN Cuma Bisa Diam /Xinhua

 toi

KALBAR TERKINI - Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) bakal langsung menyerang militer AS sekalipun hanya satu tembakan jika nekat dilepaskan militer AS di Laut China Selatan (LCS) dan Selat Taiwan.

Beginilah suasana paling panas terbaru yang sedang terjadi di Selat Taiwan dan LCS, sejak Minggu, 26 Juni 2021, setelah sebuah pesawat mata-mata AS secara provokatif terbang di atas selat tersebut.

Sehari sebelumnya, dilansir Kalbar-Terkini.com dari Tabloid Global Times, Angkatan Laut AS dilaporkan mengirim kapal perang perusak USS Benfold ke Laut China Selatan.

Baca Juga: CABE RAWIT! Taiwan Balik Gertak China: Genjot Latihan Militer dan Produksi Senjata!

Ini terjadi hanya sehari setelah pesawat mata-mata AS secara provokatif terbang di atas Selat Taiwan di bawah pengawasan ketat PLA.

Pakar China menyatakan pada Minggu bahwa kapal AS itu kemungkinan juga akan menimbulkan masalah di Laut China Selatan atau Selat Taiwan.

Namun jika berani membuat masalah, PLA akan siap untuk menghadapi setiap agresi yang dapat dilakukan.

Kapal perang AS itu memasuki LCS melalui Lintasan Pulau Verde di Filipina.

Baca Juga: BAHAYA, Manuver Pasukan AS di Indo-Pasifik kian Nekat, China: Sumber Gangguan Terbesar Tatanan Dunia!

Demikian laporan Inisiatif Penyelidikan Situasi Strategis Laut China Selatan, sebuah think tank yang berbasis di Beijing, mengutip data pelacakan kapal terbuka.

USS Benfold diklaim sebagai pelanggar kebiasaan di Laut Cina Selatan dan Selat Taiwan, menurut para pengamat.

Pada Januari 2022, misalnya, kapal perusak itu secara ilegal memasuki perairan teritorial Tiongkok di lepas pantai Kepulauan Xisha di LCS, tanpa izin dari pemerintah Tiongkok.

Manuver AS ini memicu Komando Laut Selatan PLA mengatur angkatan laut dan udaranya untuk melacak, memantau, dan memperingatkannya.

Pada Juli 2021, kapal itu transit di Selat Taiwan, dan Komando Laut Timur PLA telah melacak dan memantau seluruh jalurnya.

Masuknya kapal perang AS pada Sabtu ke LCS terjadi hanya satu hari setelah AS mengirim pesawat anti-kapal selam P-8A, yang terbang di atas Selat Taiwan pada Jumat lalu.

Hal ini juga memicu Komando Laut Timur PLA mengorganisir pasukan udara dan darat serta melacak dan memantau pergerakannya di seluruh jalurnya dalam siaga tinggi.

Juga, berdasarkan pengalaman masa lalu, terlihat bahwa AS secara provokatif mengirim kapal perang melalui Selat Taiwan setiap bulan.

Kegiatan militer AS baru-baru ini di kawasan itu menarik perhatian media, terutama karena pernyataan juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin pada awal Juni 2022.

Wang menyatakan. tidak ada yang namanya 'perairan internasional' dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut, dan China memiliki kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksi atas Selat Taiwan.

Selama seminggu terakhir, PLA dilaporkan mengadakan latihan militer skala besar di sekitar Pulau Taiwan.

China juga mengirim lusinan pesawat tempur, termasuk jet tempur, pembom dan pesawat peringatan dini, dan sejumlah kapal perang.

Termasuk kapal perusak dan fregat, ke barat daya dan timur pulau Taiwan, dan timur dan selatan ke Jepang.

Hal ini sebagai tanggapan nyata terhadap provokasi berulang baru-baru ini oleh separatis 'kemerdekaan Taiwan' dan campur tangan pasukan AS dan Jepang.

Ada kemungkinan bahwa kapal perang AS akan mencoba masuk tanpa izin ke perairan teritorial China di LCS, atau transit di Selat Taiwan.

"Provokasi ini secara provokatif menantang sikap China atas hak-haknya di wilayah tersebut," kata Song Zhongping, seorang pakar militer China dan komentator televisi.

"PLA memiliki serangkaian rencana darurat untuk melawan kegiatan kapal perang dan pesawat tempur AS di LCS dan Selat Taiwan," tambah Song.

China mengumumkan latihan militer pada Senin- Kamis di bagian LCS, menurut laporan China Central Television (CCTV) pada Sabtu, mengutip Administrasi Keselamatan Maritim China.

AS seharusnya tidak menganggap pengekangan PLA sebagai kelemahan.

Ini karena PLA akan mengambil tindakan tegas untuk melawan ancaman apa pun yang membahayakan kedaulatan dan keamanan China.***

Sumber: Global Times

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Global Times

Tags

Terkini

Terpopuler