AS Diduga Jadikan Rakyatnya Kelinci Percobaan Senjata Biologis: Investigasi Kongres Mandul?

10 Maret 2022, 09:22 WIB
Ilustrasi senjata biologis. /Pixabay/pixabay

KALBAR TERKINI - Rakyat AS diduga berulangkali menjadi kelinci percobaan rahasia senjata kimia Pentagon, tanpa persetujuan sejak dekade 1970-an termasuk lewat Proyek 112.

Mengetahui AS tega mengorbankan rakyatnya sendiri, Rusia mengklaim, operasi khususnya di Ukraina sejak Kamis,. 24 Februari 2022, juga terkait pemusnahan puluhan laboratorium biologis AS.

Sejak temuan biolab mengerikan itu resmi dimumkan Rusia pada Senin, 7 Maret 2022, dilansir Kalbar-Terkini.com dari Sputnik International, Rabu, 9 Maret 2022, Pemerintah Tiongkok, sekutu dekat Rusia, ikut belingsatan.

Baca Juga: MENGERIKAN! Rusia Temukan 30 Lab Biologi AS di Ukraina: Pemicu Utama Operasi Militer Darurat Kremlin!

Tiongkok bahkan mengklaim, biolab juga dimilikiAS di sejumlah negara bekas Uni Soviet lainnya.

AS bahkan disebut menjadikan para serdadu di negara-negara itu sebagai kelinci percobaan untuk menguji senjata mematikan itu.

Wabah Lyme di AS Tahun 1950 dan 1975
Kelakuan AS untuk 'main'main' dengan senjata kimia diduga sudah lama terjadi, sebagaimana dilansir dari The Conversation, 22 Juli 2019.

Baca Juga: Breaking News: Rusia Umumkan Gencatan Senjata Perang Ukraina, Analis: Jalan Untuk Penghancuran Massal

The Conversation melaporkan, Kongres AS pernah menuntut Pentagon untuk mengungkapkan apakah mereka menggunakan kutu untuk menginfeksi rakyatnya sendiri.

Infeksi penyakit Lyme ini terjadi antara 1950 dan 1975. Tuduhan ini datang dari Chris Smith, legislator dari Partai Republik yang mewakili New Jersey.

Smith, yang juga seorang juru kampanye lama tentang penyakit Lyme, menyatakan bahwa klaimnya faktual, karena berasal dari sebuah buku baru tentang penyakit itu.

Baca Juga: Ratu Kecantikan Ukraina Anastasia Lenna Angkat Senjata: Kubunuh Siapa pun yang Lintasi Perbatasan!

Buku itu ditulis langsung dari penemunya, seorang ilmuwan senjata biologis di AS bernama Willy Burgdofer.

Hanya saja, ada masalah dengan tuduhan ini. Paling tidak, Burgdofer tidak menemukan fakta tentang penyakit Lyme hingga tahun 1982, hampir satu dekade setelah diklaim bahwa kutu mungkin telah digunakan.

Ilmuwan lain telah menolak klaim tersebut, dan tidak ada bukti bahwa itu benar.

Sejarah Pengujian yang Korbankan Rakyatnya
Tetapi, AS memang memiliki sejarah pengujian senjata biologis di depan umum, lewat program senjata biologis yang dimulai selama Perang Dunia II.

Tetapi, uji publik pertama yang nyata, tidak terjadi hingga tahun 1949, ketika para ilmuwan memasukkan bakteri yang tidak berbahaya ke dalam sistem pendingin udara di Pentagon untuk melihat seperti apa bentuk senjata biologis.

Setahun kemudian, US Navy melakukan Operasi Sea-Spray. Pantai San Francisco di California, disemprot dengan dua jenis bakteri, Bacillus globigii dan Serratia marcesens.

Bakteri ini seharusnya aman, tetapi Bacillus globigii, sekarang terdaftar sebagai patogen, menyebabkan keracunan makanan, dan dapat melukai siapa saja dengan sistem kekebalan yang lemah.

Adapun Serratia marcesens, mengakibatkan 11 orang dirawat di rumah sakit dengan infeksi bakteri serius setelah tes di San Francisco.

Seorang di antaranya, Edward Nevin, meninggal tiga minggu kemudian.

Korbankan Buruh Kulit Hitam
Pada 1951, tes yang sama dilakukan di Pusat Pasokan Angkatan Laut Norfolk di Virginia, pangkalan besar yang melengkapi Angkatan Laut AS.

Spora jamur disebarkan untuk melihat bagaimana spora ini menginfeksi pekerja yang rutin membongkar peti di sana.

Sebagian besar pekerja adalah warga keturunan Afrika-Amerika alias orang kulit hitam. dan para ilmuwan ingin menguji teori bahwa mereka lebih rentan terhadap penyakit jamur daripada bule.


Pada 1997, Dewan Riset Nasional mengungkapkan bahwa AS juga menggunakan bahan kimia untuk menguji potensi senjata biologis pada dekade 1950-an.

Seng kadmium sulfida disebarkan dengan pesawat dan disemprotkan ke sejumlah kota, termasuk St Louis di Missouri, dan Minneapolis di Minnesota.

Wilayah-wilayah ini dipilih karena mirip dengan target AS yakni Uni Soviet, terutama seperti Moskow dalam hal medan, cuaca, dan populasi.

Dewan Riset Nasional AS menyimpulkan, tidak ada yang terluka, dan tingkat bahan kimia yang digunakan tidak berbahaya.

Tetapi pada 2012, profesor sosiologi Lisa Martino-Taylor mengklaim bahwa ada lonjakan tingkat kanker, yang dapat dihubungkan kembali ke bahan kimia, yang diduga radioaktif.

Sejak saat itu, tidak ada yang muncul untuk mendukung klaimnya.


Pesawat digunakan untuk menyebarkan bahan kimia di beberapa negara bagian di AS pada dekade 1950-an oleh Angkatan Udara AS sebagaimana terungkap dari Wikimedia Commons.

Selain pengujian udara terbuka, militer AS juga memiliki catatan mempersenjatai serangga yang terinfeksi. Pada 1954, misalnya, para ilmuwan melakukan Operasi Gatal Besar.

Tes ini dirancang untuk mengetahui apakah kutu dapat dimasukkan ke dalam bom.

Tes terjadi hanya beberapa tahun setelah Soviet menuduh AS menjatuhkan tabung penuh serangga yang terinfeksi dan wabah di Korea dan China selama Perang Korea.

Ini adalah sesuatu yang militer AS bantah sebagai 'kampanye disinformasi'.

Proyek 112
Masih dari The Conversation, ada peningkatan besar dalam pengujian pada 1962, ketika Menteri Pertahanan AS saat itu, Robert McNamara mengesahkan Proyek 112.

Proyek ini memperluas pengujian senjata biologis dan memompa dana baru ke dalam penelitian. Salah satu tesnya yang lebih kontroversial terjadi pada 1966 di kereta bawah tanah di New York.

Para ilmuwan mengisi bola lampu dengan bakteri Bacillus globigii, kemudian menghancurkannya di atas rel.

Bakteri ini lantas melakukan perjalanan bermil-mil di sekitar sistem kereta bawah tanah, dihirup oleh ribuan warga sipil, bahkan menutupi pakaian warga.

Pada 2008, Kantor Akuntabilitas Pemerintah AS mengakui bahwa puluhan ribu warga sipil kemungkinan telah terpapar oleh agen biologis berkat Proyek 112, dan tes lainnya.

Laporan yang sama mencatat bahwa sejak 2003, Pentagon telah mencoba mengidentifikasi warga sipil mana yang telah terpapar selama Proyek 112 untuk memberi tahu mereka.

Militer menyangkal paparan ini melibatkan penyakit berbahaya, tetapi banyak dari mereka yang telah diidentifikasi menyatakan bahwa mereka sekarang menderita kondisi medis jangka panjang.

Apakah penyelidikan Kongres AS itu mengungkapkan bahwa ada kutu yang terinfeksi, masih harus dilihat.

Either Way, proyek itu bisa menjelaskan beberapa proyek rahasia AS yang sangat dibutuhkan dan masih belum banyak diketahui.

Proyek ini juga dapat mengungkapkan lebih banyak tentang sejauh mana publik AS diuji, tanpa sepengetahuan dan persetujuan rakyat.

Karena, sementara kutu yang terinfeksi mungkin terdengar seperti sesuatu yang keluar dari fiksi ilmiah, maka jika terbukti benar, itu bukan pertama kalinya AS melakukan hal seperti ini.

WMD

Bersamaan dengan senjata biologi dan nuklir, senjata kimia sendiri telah diberi label sebagai senjata pemusnah massal (WMD) sejak 1946.

Ketiga jenis WMD dianggap sebagai satu kategori senjata yang berbeda, berdasarkan kemampuannya untuk menciptakan kerusakan yang langgeng dan tanpa pandang bulu.

Memberi label sebagai sesuatu yang sangat mengerikan telah terbukti menjadi alat yang efektif untuk menggembleng tindakan internasional guna mencegah penggunaan dan penyebarannya di masa depan.

Lahirnya Protokol Jenewa
Tetapi, jika prinsip ini berlaku untuk WMD secara umum, itu adalah penghinaan modern baru, yang melekat ke senjata kimia sehingga membuka jalan bagi stigma kuat yang sekarang melekat pada senjata lain.

Perang kimia pertama kali menarik kecaman moral, khususnya selama Perang Dunia I, ketika dunia melihat efek mengerikan dari serangan gas di medan perang.

Segera, perang kimia dipilih sebagai sesuatu yang baru dan berbeda yang menuntut tindakan.

Dari peperangan ini, penelitian ilmiah mengidentifikasi bahwa senjata kimia dan bakteriologis, berpotensi menyebabkan kehancuran permanen dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Pada saat itu, senjata bakteriologis korban massal (kemudian disebut senjata biologis), sebagian besar masih bersifat hipotetis, tetapi potensi penggunaan patogen sebagai senjata, tetap sangat ditakuti.

Baik senjata kimia dan biologi, dapat digunakan untuk menargetkan populasi di luar medan perang, sehingga menyoroti sifatnya yang tidak pandang bulu.

Inovasi teknologi dapat mengarah pada metode peperangan yang lebih mematikan.

Itu sebabnya senjata biologis dilarang pada 1925 oleh Protokol Jenewa, khususnya Protokol Larangan Penggunaan dalam Perang Gas Asfiksia, Beracun atau Lainnya, dan Metode Bakteriologis Peperangan.

Ketika senjata nuklir tiba di panggung dunia dengan serangan Angkatan Udara AS di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945, efek mengerikannya dipublikasikan di seluruh dunia.

Tiba-tiba, jutaan orang hidup dalam ketakutan akan senjata korban massal.

Sepanjang tahun-tahun perang dingin, ketakutan bahwa perang nuklir dapat menyebabkan akhir umat manusia, memicu tindakan internasional untuk mencegah pengembangan dan penggunaannya lebih lanjut.

Tetapi, maish dari The Conversation. meskipun ancaman nuklir adalah tema dominan perang dingin, senjata kimia dan biologi tidak pernah kehilangan stigmanya.

Tampaknya, ketakutan akan senjata nuklir justru lebih memperkuat ketakutan akan senjata kimia dan biologi.

Pada dekade 1980-an, menjadi jelas bahwa pelarangan internasional senjata kimia, tidak berhasil.

Dunia menjadi sasaran gambar-gambar mengerikan dari Perang Iran-Irak pada 1980-1988 tentang orang-orang yang menderita efek gas mustard, sarin dan tabun.

Ketika Irak menggunakan gas untuk membantai ribuan warga sipil di Halabja pada 1988, kengerian dan kemarahan komunitas internasional mendorong terciptanya Konvensi 1992 tentang Pengembangan, Produksi, Penimbunan, dan Penggunaan Senjata Kimia.

"Dan, sekali lagi, norma bahwa semua WMD berbeda dari senjata lain diperkuat," tulis The Conversation.

Senjata kimia dan bakteriologis berpotensi menyebabkan kehancuran permanen dalam skala yang belum pernah terlihat sebelumnya.***

Sumber: Sputnik International, The Conversation

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Conversation Sputnik News

Tags

Terkini

Terpopuler