Roket Hamas Bombardemen Israel, Netanyahu: Siapun akan Bayar Mahal!

11 Mei 2021, 04:40 WIB
SERANGAN ROKET - Ledakan dahsyat beruntun terdengar dari roket-roket yang diluncurkan militan Hamas ke Yerusalem, Israel, Senin, 10 Mei 2021 malam waktu setempat. Israel pun langsung membalas./ ROKET HAMAS: PIXABAY/CAPTION: OKTAVIANUS C/ / PIXABAY

JERUSALEM, KALBAR TERKINI - Ledakan dahsyat beruntun terdengar dari roket-roket yang diluncurkan militan Hamas ke Yerusalem, Israel, Senin, 10 Mei 2021 malam waktu setempat.

Israel pun langsung membalas tak kalah dahsyat.

Sebagian besar dari serangan lusinan roket Hamas menghujam ke kota-kota di selatan Israel. Sirene ambulans dan aparat meraung-raung sepanjang malam diYerusalem.  Warga dan aparat sibuk mengangkut para korban yang berjatuhan.

Sementara di Jalur Gaza,  20 orang dilaporkan tewas termasuk sembilan anak-anak. 

Serangan ini menjadikannya sebagai hari paling berdarah dalam pertempuran antara musuh bebuyutan itu dalam beberapa tahun terakhir.

Baca Juga: Afghanistan: Negeri Multietnis yang Meratap Sepanjang Masa

Militan Hamas,  sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated  Press, Senin, menembakkan lusinan roket ke Israel  menyusul murkanya Hamas setelah ratusan warga Palestina diklaim terluka dalam bentrokan dengan polisi Israel di sebuah situs keagamaan, titik api sengketa tersebut.

Pertempuran itu meningkatkan ekskalasi ketegangan di seluruh wilayah,  setelah berminggu-minggu konfrontasi antara polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina di Yerusalem.

Konfrontasi  yang berpusat di sekitar kompleks puncak bukit yang disengketakan di Kota Tua Yerusalem,  mengancam terpicunya konflik yang lebih luas.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menuduh Hamas melewati 'garis merah' dengan serangan roket di Yerusalem,  sekitar 100 kilometer utara Gaza, dan menjanjikan tanggapan yang sangat tegas. 

Baca Juga: Taliban Diduga Bantai lagi 16 Warga Afghanistan: Masyaallah! Pura-pura 'Bingung'

"Siapapun yang menyerang kami,  akan membayar mahal," katanya, memperingatkan bahwa pertempuran bisa 'berlanjut untuk beberapa waktu'. 

Di Washington, juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengutuk insiden berdarah itu,  sekaligus meminta supaya semua pihak menahan diri untuk menenangkan situasi. 

“Secara lebih luas, kami sangat prihatin tentang situasi di Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza, termasuk konfrontasi dan kekerasan di Yerusalem,” katanya. 

Seorang pejabat diplomatik menyatakan, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) , Mesir dan Qatar, yang sering menjadi penengah antara Israel dan Hamas, semuanya berusaha  menghentikan pertempuran.

Dia berbicara dengan syarat anonim karena tidak berwenang untuk membahas masalah tersebut dengan media. 

Letkol Jonathan Conricus,  juru bicara militer Militer Israel mengatakan,  lebih  50 roket ditembakkan ke Israel sepanjang malam, yang sebagian besar ditujukan ke kota-kota Israel selatan, dekat perbatasan.

Enam roket diklaim ditujukan ke Yerusalem dalam apa yang diyakininya  sebagai serangan roket pertama di kota itu sejak perang 2014. 

Baca Juga: Bom Mobil Kabul, Hazara Persenjatai Diri : Sudah Cukup Kami Diserang!

Tak lama setelah sirene dibunyikan,  ledakan terdengar di Yerusalem. Satu roket jatuh di pinggiran barat kota, merusak ringan sebuah rumah,  dan menyebabkan kebakaran.  

Tentara Israel mengatakan,  satu roket berhasil dicegat, dan yang lainnya jatuh di area terbuka. 

Israel menanggapi dengan serangan udara ke sasaran Hamas di seluruh Gaza. Militer mengatakan,  peluncur roket dan delapan militan telah menjadi sasaran. Dari 20 korban tewas, tujuh anggota keluarga, termasuk tiga anak, meninggal dalam ledakan di kota utara Beit Hanoun.

Belum jelas apakah ledakan itu disebabkan oleh serangan udara atau roket yang salah sasaran. Ashraf al-Masri, seorang anggota keluarga, mengatakan bahwa ada ledakan di luar rumah. 

“Kami tidak tahu dari mana asalnya,” katanya. "Kami mencoba meminta anak-anak untuk dimakamkan, tetapi situasinya sulit di Beit Hanoun,  dan kami takut meninggalkan rumah." 

Tentara Israel mengatakan,  seorang warga sipil Israel di selatan negara menderita luka ringan,  ketika sebuah kendaraan diserang oleh rudal anti-tank dari Gaza. 

Abu Obeida, juru bicara sayap militer Hamas, mengatakan bahwa serangan di Yerusalem adalah tanggapan atas apa yang dia sebut sebagai 'kejahatan dan agresi'  Israel di kota itu. "Ini adalah pesan yang harus dipahami musuh dengan baik," katanya. 

Dia mengancam akan lebih banyak serangan,  jika pasukan Israel memasuki kembali kompleks Masjid Al-Aqsa yang suci,  atau melakukan penggusuran rumah keluarga-keluarga Palestina dari lingkungan di Yerusalem timur. 

Sebelumnya, polisi Israel menembakkan gas air mata, granat kejut dan peluru karet, selama  bentrok dengan warga Palestina,  yang melempar batu ke kompleks ikonik tersebut, situs tersuci ketiga bagi Islam dan juga oleh  agama Yahudi. 

Ketegangan di situs tersebut telah menjadi pemicu serangan kekerasan berkepanjangan di masa lalu, termasuk intifada Palestina terakhir, atau pemberontakan.   

"Lebih dari selusin tabung gas air mata dan granat kejut mendarat di masjid saat polisi dan pengunjuk rasa berhadapan di dalam kompleks bertembok yang mengelilinginya,"  kata seorang fotografer Associated Press di tempat kejadian.  

Menurutnya, asap mengepul di depan masjid dan kuil berkubah emas di situs tersebut, dan bebatuan berserakan di alun-alun di dekatnya. Di dalam satu area kompleks, sepatu dan puing-puing berserakan di atas karpet berornamen.

Lebih dari 300 warga Palestina terluka, termasuk 228 lainnya dilarikan  ke rumah sakit dan klinik untuk perawatan, menurut pihak Bulan Sabit Merah Palestina.

Polisi mengatakan,  21 petugas terluka, termasuk tiga orang yang dirawat di rumah sakit. Paramedis Israel mengatakan,  tujuh warga sipil Israel juga terluka.   

Dalam upaya nyata  menghindari konfrontasi lebih lanjut, otoritas Israel mengubah rute pawai yang direncanakan oleh ultra-nasionalis Yahudi,  melalui Muslim Quarter di Kota Tua, untuk menandai Hari Yerusalem, yang merayakan pendudukan Israel atas Yerusalem timur. 

Konfrontasi pada Senin adalah yang terbaru setelah berminggu-minggu bentrokan terjadi hampir setiap malam antara Palestina dan pasukan Israel di Kota Tua Yerusalem, pusat emosional konflik mereka, selama bulan suci Ramadhan.  

Bulan tersebut cenderung menjadi waktu kepekaan agama yang meningkat. 

Baru-baru ini, ketegangan dipicu oleh rencana penggusuran puluhan warga Palestina dari lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem timur, tempat pemukim Israel melakukan pertempuran hukum yang panjang untuk mengambil alih properti. 

Mahkamah Agung Israel menunda keputusan penting pada Senin dalam kasus tersebut, dengan alasan 'keadaan'. 

Selama beberapa hari terakhir, ratusan warga Palestina, dan beberapa lusin petugas polisi terluka dalam bentrokan di dalam dan sekitar Kota Tua, termasuk kompleks suci, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, dan bagi Muslim sebagai Tempat Suci yang Mulia. 

Ketegangan di Yerusalem telah  bergema di seluruh wilayah,  dan datang di titik penting selama krisis politik Israel,  setelah Netanyahu gagal membentuk koalisi pemerintahan pada pekan lalu. 

Lawannya sekarang bekerja untuk membangun pemerintahan alternatif.

Sebelum serangan roket pada Senin di Yerusalem, militan Palestina telah menembakkan beberapa rentetan roket ke Israel selatan.

Pengunjuk rasa yang bersekutu dengan Hamas, telah meluncurkan lusinan balon pembakar ke Israel, memicu kebakaran di bagian selatan negara itu. 

Hamas, sebuah kelompok militan Islam yang selalu mencari berbagai cara menghancurkan Israel, telah berperang tiga kali dengan Israel sejakmerebut kekuasaan di Gaza pada 2007. Kelompok itu memiliki persenjataan besar rudal dan roket,  yang mampu menyerang hampir di kota mana saja di Israel. 

Tindakan Israel di Yerusalem menuai kecaman internasional yang semakin meningkat. 

Dewan Keamanan PBB menjadwalkan konsultasi tertutup tentang situasi tersebut pada Senin.  

AS dan Uni Eropa telah menyatakan keprihatinan yang mendalam atas kerusuhan di Yerusalem, dan mendesak Israel untuk menenangkan situasi,  dan tidak melakukan penggusuran yang direncanakan.  

Sekutu Israel yakni Arab dan  Turki juga mengutuk tindakan Israel. 

Netanyahu menolak kritik  pada Senin, dengan menyayakan bahwa Israel bertekad untuk memastikan hak beribadah bagi semua,  dan bahwa ini 'mengharuskan dari waktu ke waktu untuk berdiri dan berdiri teguh seperti yang dilakukan oleh polisi Israel dan pasukan keamanannya'.

Dalam perang Timur Tengah pada 1967, Israel merebut Yerusalem timur, dan juga Tepi Barat dan Jalur Gaza. Israel kemudian mencaplok Yerusalem timur,  dan menganggap seluruh kota sebagai ibukotanya. 

Palestina berusaha merebut wilayah tersebut untuk kelak dijadikan  negara masa depan, dengan Yerusalem timur sebagai ibu kota.*** 

 

Sumber: The Associated Press

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler