Tragis, Banyak Cewek Filipina Angkat Senjata: Termakan Propaganda Komunis

20 Maret 2021, 10:21 WIB
MILISI WANITA - Personel bersenjata wanita NPA ini diduga adalah Josephine Lapira (22), yang tewas setelah bersama pasukannya baku tembak dengan pasukan Grup Combat PAF ke-730 Angkatan Bersenjata Filipina di pedalaman kawasan Nasugbu, Kota Batangas, Provinsi Batangas, 28 November 2017. Dalam foto ini, Josephine memberi komando kepada peletonnya./FOTO: REDDIT/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI -  Pada 28 November 2017,  Josephine Lapira (22)  tewas setelah bersama pasukan Tentara Rakyat Baru (New People Army) terlibat baku tembak dengan pasukan Grup Combat PAF ke-730 Angkatan Bersenjata Filipina, di pedalaman kawasan Nasugbu, Kota  Batangas, Provinsi Batangas.   

Militer Filipina sendiri tak kaget lagi saban menemukan jenazah wanita dalam pasukan Komunis Mao ini. Banyak wanita yang bergabung di jajaran milisi organisasi revolusioner sayap kiri yang beroperasi di bawah arahan Partai Komunis Filipina (CPP) ini. 

Di balik asap mesiu atau asap dari kobaran api akibat pertempuran bersenjata, susah bagi militer pemerintah untuk mengenal lelaki atau perempuan. Ini jika para milisi ini sudah beraksi, dan umumnya berseragam loreng ala tentara.

Baca Juga: Jaga Pengguna Remaja, Instagram Atur Ulang DM Orang Dewasa

Baca Juga: Puisi Sendu Iran ke AS: Daun Lain Jatuh dari Pohon Waktu...

Baca Juga: Larangan non-Muslim di Malaysia Ucapkan Kata 'Allah', Tokoh Dayak: Pemerintahnya Harus Bijak

Milisi wanita itu bergerak cepat dan terkatih menggunakan beragam senjata dan peledak, termasuk senapan serbu sekelas M-16 atau AK-47.  

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari blog Albertisement yang melansir AFP, 30 November 2017, Josephine termasuk satu di antara 15 personel NPA yang tewas. Dia adalah Sekretaris Jenderal Pemuda Gabriella, suatu ormas underbow organisasi sayap pemuda komunis, dan mantan mahasiswa yang populer di Universitas Filipina. 

Sebagai seorang aktivis komunis, Josephine secara teratur mempromosikan keyakinan politiknya kepada perempuan, dan merekrut mereka untuk bergabung ke dalam milisi NPA.

Di lokasi bergelimpangannya jenazah para serdadu  milisi NPA  termasuk Josephine,  pihak militer menyita berbagai temuan. Di antaranya, barang-barang pribadi, senjata, makanan, dan granat. 

Sebelum kontak senjata, menurut  Mayor Engelberto Nioda Jr, Komandan Grup Combat PAF ke-730,  pihaknya mendapat informasi tentang adanya kendaraan yang sarat dengan pemberontak bersenjata di Nasugbu, 65 kilometer selatan Kota Manila, Ibu Kota Filipina. 

Delvo menambahkan, pos pemeriksaan bersama polisi dan militer langsung didirikan di rute ke Kota Calatagan dan Kota Balayan, begitu mereka menerima informasi tentang kendaraan tersebut.

“Kami mengharapkan mereka melewati jalan itu, karena akan menjadi rute keluar yang biasa. Tapi, mereka malah berbelok dan menuju ke arah Tagaytay  (Cavite). Ada juga pos pemeriksaan di sana," lanjut Delvo. 

Pihaknya  kemudian menemukan dua kendaraan, sebuah jeepney (bus kota khas Filipina yang bodinya dari kayu) tanpa tanda nomor polisi, dan sebuah mobil van yang posisinya berdekatan, di antara Desa Aga dan Desa Kaylaway, sepanjang Jalan Raya Tagaytay-Nasugbu yang remang-remang.

"Jip itu tidak berhenti (untuk diperiksa) dan (penumpang) menembaki pasukan kami," kata Delvo.

Alih-alih Lawan Ketidakadilan

NPA sendiri dibentuk pada 29 Maret 1969, sebagai bagian militer dari CPP, yang juga menjalankan tugas sekunder dalam pengorganisasian dan propaganda. NPA mengklaim, pihaknya harus membalikkan ketidakadilan yang dialami rakyat Filipina oleh pemerintah dan kelas kapitalis, seperti tuan tanah atau pemilik properti raksasa.

Dikutip dari New Delhi Times, 21 Oktober 2019, terdapat tiga ketidakadilan yang diklaim oleh NPA harus diperangi: birokrat-kapitalisme, imperialisme, dan tuan tanah semi-feodal. NPA telah terlibat dalam perang lima dekade melawan negara Filipina.

NPA telah lama meluncurkan kampanye online untuk perekrutan lebih banyak kaum wanita ke dalam kelompoknya. Front Demokratik Nasional Filipina (NDFP), sebuah organisasi yang berbasis di Belanda, yang bernegosiasi atas nama CPP, selama ini  memainkan peran aktif dalam menyebarkan pesan lewat platform media sosial, melalui publikasi resminya dalam situsnya: Liberation.

Liberation,  antara lain menerbitkan enam profil perekrutan wanita.  Pada 29 Agustus 2019, profil Ka Maggie dipublikasikan. Disebutkan: “Dia praktis menghabiskan masa mudanya dalam gerakan revolusioner, menjadi bagian dari organisasi aktivis di sekolah menengah Katolik pada usia 15 tahun.

Liberation juga menulis: "Dia  seorang lesbian. 'Kebangkitan'  terjadi pada saat yang sama ketika dia menjadi sadar akan masalah sosial yang mempengaruhi negara..."

Pada 25 Agustus 2019, profil Maya dipublikasikan. Disebutkan: “Meninggalkan kenyamanan hidup, meninggalkan mimpi luhur, melupakan dorongan untuk pemenuhan diri adalah tantangan yang luar biasa. Maya berharap, dia bisa mengatasi tantangan saat dia berintegrasi dengan massa, saat dia memberikan yang terbaik..."

"...,saat dia menyerap budaya mereka, tenggelam dalam perjuangan mereka untuk bangkit dari kemiskinan penderitaan mereka dan membebaskan diri, membebaskan kita semua, dari belenggu dari sistem yang menindas dan eksploitatif..."

"...saat Maya berdiri bersama para pejuang Merah selama perayaan ulang tahun ke-50, mengepalkan tinju menyanyikan Internationale, dia melepaskan semua reservasi, dan seperti pemula yang baru saja menemukan sayapnya, dia melambung ke kehidupan barunya..."

NPA adalah milisi komunis yang paling lama bertahan di dunia. Milisi ini selama ini sulit diberangus oleh Pemerintah Filipina karena ideologinya selalu mengatasnamakan keadilan sosial dan anti-kemapanan.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, para personelnya silih-berganti menyerahkan diri, kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi walaupun masih banyak yang bertahan di hutan-hutan pedalaman Filipina, dan...umumnya wanita!***

 

Sumber:  Albertisement (dari AFP) & New Delhi Times

 

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler