Penjelasan Tentang Buta Warna Parsial, Penyakit yang Dialami Fahri Fadhilah Nur Rizki, Berikut Cara Mengatasi

- 31 Mei 2022, 07:48 WIB
Penyebab buta warna pada sebagian orang.
Penyebab buta warna pada sebagian orang. /Pixabay/

KALBAR TERKINI - Seorang calon Bintara Polri Fahri Fadhilah Nur Rizki membuat geger lantaran mengaku dicoret sebagai calon Bintara Polri.

Padahal namanya masuk sebagai calon seleksi lulus nomor 35 dari 1.000 lebih siswa yang dinyatakan lulus.

Saat ini ia sedang berjuang meminta keadilan atas  kasus yang menimpanya tersebut.

Baca Juga: Fahri Fadilah Nur Rizki Buta Parsial Namun Lolos Bintara Polri, Ini Penjelasan Kepolisian: Dia Menghafal Warna

"Saya minta Bapak Kapolri, Kapolda dan Bapak Presiden untuk membantu memperjuangkan hak saya," ujarnya dalam video yang diunggah akun YouTube @CMHaibar seperti dilansir Kalbarterkini.com, Selasa 31 Mei 2022.

Kepolisian sendiri beralasan, Fahri mengalami buta warna Parsial.

Kepolisian menduga, dirinya bisa lolos sebagai anggota Polri karena menghafal warna-warna yang masuk dalam ujian bintara kepolisian.

Baca Juga: Viral Pria Lulus Bintara Polri Mendadak Tersingkirkan Diganti Oleh Siswa Gagal

"Yang bersangkutan sudah tiga kali daftar dan dinyatakan TMS karena alasan buta warna parsial. Yang terakhir lulus karena kemungkinan menghafal," ujar Kabid Dokes Polda Metro Jaya, Kombes Pol Didiet Setiobudi dilansir dari PMJ News.com.   

Lalu, apa sebenarnya buta warna parsial sehingga dianggap berbahaya untuk seorang anggota kepolisian, berikut penjelasan rincinya.

Fahri Fadillah mengaku telah lulus dari bintara Polri , tapi saat berangkat pendidikan namanya digantikan oleh orang yang telah gagal.
Fahri Fadillah mengaku telah lulus dari bintara Polri , tapi saat berangkat pendidikan namanya digantikan oleh orang yang telah gagal. TikTok@Fahri Fadillah

Apa yang dimaksud buta warna parsial?

Buta warna parsial atau defisiensi penglihatan merupakan ketidakmampuan mata dalam membedakan corak warna.

Buta warna parsial bukan berarti tidak bisa melihat warna sama sekali, melainkan hanya terbatas pada warna-warna tertentu, misalnya merah-hijau atau biru-kuning.

Keterbatasan dalam membedakan warna ini jarang terjadi pada banyak orang sehingga perlunya pengecekan secara khusus dengan bantuan dokter.

Buta warna banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita, 1 dari 12 pria dapat mengalami buta warna sedangkan hanya 1 dari 200 wanita yang menderita buta warna.

Penglihatan Buta Warna Parsial

Penglihatan buta warna parsial kemungkinan besar terjadi akibat kurangnya pigmen warna dalam mata sehingga ada beberapa jenis warna yang tidak mampu ditangkap oleh mata.

Di dalam mata terdapat fotoreseptor berbentuk kerucut, yang mana kerucut tersebut berisikan pigmen-pigmen peka cahaya guna mengenali warna.

Masing-masing kerucut memiliki kepekaan terhadap cahaya merah, hijau, atau biru.

Kerucut dapat mengenali warna dengan cara menangkap gelombang panjang yang masuk dalam mata.

Kebanyakan seseorang yang memiliki buta warna parsial susah membedakan warna merah-hijau dibandingkan biru-kuning.

Di sisi lain, penderita buta warna parsial biru-kuning cenderung jarang terjadi dan jika terjadi dapat lebih parah dibandingkan penderita buta warna merah-hijau.

Hal ini disebabkan karena seseorang yang buta warna biru-kuning biasanya juga memiliki buta warna merah-hijau sehingga warna akan terlihat netral atau abu-abu.

Defisiensi penglihatan atau buta warna ini menyebabkan seseorang mengalami kesulitan dalam membedakan warna yang masuk, bergantung pada tingkat kegelapan dan kecerahan warna tersebut.

Defisiensi penglihatan atau buta warna juga dapat disebabkan oleh cedera atau penyakit.

Buta Warna tidak Bisa Melihat Warna Apa?

Secara umum, penderita buta warna tidak dapat melihat warna merah-hijau atau biru-kuning.

Hal ini terjadi akibat hilangnya atau rusaknya satu atau lebih kerucut dalam retina mata.

Jenis buta warna paling umum adalah trikromasi anomali atau merah-hijau. Jenis buta warna merah-hijau terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

1. Protanopia (red-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut merah. Hal ini membuat seseorang susah membedakan warna merah.

2. Protanomali (merah-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut merah, tetapi hanya bisa melihat beberapa jenis warna merah tertentu.

3. Deuteranopia (green-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut hijau. Hal ini membuat seseorang susah membedakan warna hijau dengan warna lainnya.

4. Deuteranomali (hijau-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut hijau, tetapi hanya bisa melihat beberapa nuansa atau warna hijau tertentu.

Tes buta warna parsial dapat dilakukan dengan beberapa metode.

Seseorang dengan buta warna merah-hijau hanya akan melihat dunia sebagai hijau keruh dengan sedikit warna biru dan kuning.

Cokelat, oranye, merah serta warna pucat akan susah ditangkap dan dibedakan. Jenis buta warna kedua adalah biru-kuning.

Buta warna biru-kuning jarang terjadi pada seseorang dan akan sangat menyulitkan untuk membedakan warna biru, hijau, kuning, serta merah. Jenis buta warna biru-kuning terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Tritanopia (blue-blind), buta warna akibat seseorang tidak memiliki kerucut biru. Hal ini membuat seseorang susah menangkap dan membedakan warna biru.

2. Tritanomali (biru-lemah), buta warna dengan masih adanya kerucut biru, tetapi hanya bisa melihat beberapa nuansa atau warna biru tertentu.

Keenam jenis buta warna di atas berasal dari ketidakberfungsian salah satu dari tiga jenis kerucut pada mata.

Meski begitu, kebanyakan orang dengan trikromasi anomali mampu beradaptasi dengan kehidupan normal.

Ada dua jenis buta warna lainnya, yaitu monokromasi achromatopsia dan tetrakromasi.

Seseorang dengan monokromasi achromatopsia tidak mampu melihat warna sama sekali dan hanya dapat melihat warna hitam-putih, seperti televisi zaman dulu.

Sedangkan, seseorang dengan tetrakromasi memiliki sensitivitas kerucut 100 kali lebih besar dibandingkan mata normal lainnya.

Tes buta warna parsial dapat dilakukan dengan beberapa metode.

Metode-metode tersebut dapat dilakukan dengan bantuan dokter spesialis mata. Tes buta warna yang umum digunakan, antara lain:

1. Tes Ishihara
Tes ishihara digunakan untuk mengecek penderita buta warna merah-hijau.

Bentuk tes ini berupa kartu dengan titik-titik yang memiliki warna dan ukuran berbeda-beda. Beberapa dari titik-titik tersebut membentuk satu atau dua digit angka.

Seseorang dengan mata yang normal akan dapat melihat angka tersebut, sedangkan seseorang dengan buta warna tidak dapat melihatnya.

2. Cambridge Color TestTes ini sangat mirip dengan tes ishihara, bedanya adalah tes ini menggunakan layar komputer.

Seseorang akan diminta untuk mencari huruf “C” yang warnanya berbeda dari background warna aslinya.

Huruf ini muncul secara acak dan seseorang perlu menekan salah satu tombol dari empat tombol yang disediakan jika melihat huruf tersebut.

3. Anomaloscope
Pada tes ini, seseorang akan melihat melalui kaca dan sebuah lingkaran.

Setengah lingkaran berwarna kuning dan setengah lagi berwarna merah-hijau.

Orang tersebut perlu untuk menyamakan kedua potongan warna menjadi satu dengan kecerahan yang sama. Tes ini digunakan untuk mengecek buta warna merah-hijau.

4. Farnsworth-Munsell 100 Hue Test
Tes ini menggunakan balok-balok dengan gradasi warna yang berbeda.

Orang tersebut hanya perlu menyusun warna balok dengan gradasi warna yang tepat.

Metode ini digunakan untuk beberapa perusahaan yang memerlukan ketelitian dalam penggunaan warna.

Apakah Ada Obat untuk Buta Warna Parsial?

Apakah ada obat untuk buta warna parsial? Sejauh ini, belum ditemukan obat untuk buta warna parsial yang diturunkan.

Namun, bila penyebabnya adalah penyakit atau cedera mata, maka dapat dibantu dengan menggunakan kacamata khusus atau kontak lensa guna meningkatkan kemampuan penglihatan.

Selain itu, banyak hal yang dapat dilakukan oleh orang buta warna parsial untuk menyesuaikan penglihatannya, misalnya dengan memberi label pada pakaian warna, mengingat urutan warna lampu lalu lintas, dan banyak lainnya.

Perlu waktu, kesabaran, dan latihan supaya seseorang mampu beradaptasi dengan penglihatan mereka.

Buta warna parsial adalah ketidakmampuan seseorang dapat membedakan warna tertentu, misalnya merah-hijau atau biru-kuning.

Buta warna dapat disebabkan akibat gen keturunan, penyakit, atau cedera mata.

Banyak metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui hal tersebut, seperti tes ishihara, anomaloscope, dan tes warna lainnya.

Sejauh ini, belum ada obat untuk penderita buta warna, tapi melakukan konsultasi dengan ahli kacamata atau dokter ahli dapat membantu seseorang mendapatkan alat bantu penglihatan sehingga mampu beradaptasi dengan lebih baik.***

Editor: Slamet Bowo SBS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x