Wanita Saudi sudah Setara dengan Pria: Berkah dari 'Beasiswa Penjaga Dua Masjid Suci'

- 10 Maret 2022, 09:38 WIB
Ilustrasi Wanita Arab Saudi
Ilustrasi Wanita Arab Saudi /Pexels @rodnaeproductions

JEDDAH, KALBAR TERKINI - Negara Kerajaan Arab Saudi terus memacu diri untuk menjadi 'Arab modern' dengan memacu pembangunan di berbagai bidang terutama pendidikan.

Hingga 2020 ini, kaum wanita di Saudi sudha berimbang dengan lelaki dalam mengenyam pendidikan tinggi.

Hari-hari dominasi laki-laki di Saudi di bidang pendidikan pun mulai memudar.

Baca Juga: Harklinikken, Klinik Rambut 'Ajaib', Idola Wanita Kaya Teluk Arab

Dilaporkan, perempuan yang mengejar studi pascasarjana dan bekerja sebagai dosen dan profesor di lembaga pendidikan di seluruh Kerajaan Saudi kian meningkat.

Dilansir Kalbar-Terkini.com dari Arab News, Selasa, 8 Maret 2022, kesetaraan di bidang akademis antara pria dan wnaita di Saudi telah terjadi.

Pintu pun telah dibuka lebar untuk pemberdayaan perempuan di semua sektor ekonomi di era Saudi modern.

Baca Juga: Kabar Baik! Arab Saudi Putuskan Bebas Karantina Keluar Masuk Tanpa Karantina Covid 19

Reformasi pendidikan telah melewati beberapa tahap selama beberapa dekade terakhir.

Termasuk pengenalan beasiswa pemerintah dan program Kementerian Pendidikan untuk mendorong siswa perempuan mempelajari berbagai mata pelajaran yang diminati, dan khusus.

Beasiswa pertama dalam sejarah Kerajaan Saudi diperkenalkan pada 1935, ketika Raja Abdul Aziz mengirim tiga siswa Saudi ke Inggris.

Baca Juga: BACAAN TAHLIL Singkat, Arab, Beserta Terjemahan Bahasa Indonesia, Amalkan Dimalam Jumat

Kemudian, Thoraya Obaid menjadi wanita pertama penerima beasiswa Pemerintah Saudi, yang pada 1966 lulus dari Mills College di Oakland, California, AS.

Obaid kemudian menjadi salah satu dari 100 orang yang dinobatkan sebagai 'Pembangun Peradaban Muslim dan Budaya Dunia', di antara banyak pencapaian luar biasa lainnya.

Banyak orang lain segera mengikuti jejaknya. Pada 1980, jumlah beasiswa yang memungkinkan pemuda Saudi untuk belajar di AS, tumbuh pesat.

Dari 11.000 siswa yang diberikan beasiswa selama periode itu, sepertiga di antaranya adalah perempuan.

Dengan lebih banyak lulusan perempuan, terjadi peningkatan bertahap dalam jumlah perempuan yang memasuki pekerjaan teratas, dan mendapatkan gaji yang setara dengan rekan laki-laki mereka.

Perubahan lebih lanjut terjadi setelah tahun 2005, ketika Raja Abdullah mengumumkan program baru, yang disebut Beasiswa Penjaga Dua Masjid Suci.

Program ini dirancang untuk memperkuat institusi akademik Saudi, dan memperluas penelitian dan penawaran kursus mereka.

Setelah Raja Salman naik takhta, program beasiswa pemerintah mengalami transformasi lebih lanjut untuk mencerminkan agenda reformasi Visi 2030 Kerajaan.

Agend ini menetapkan diversifikasi ekonomi Saudi dari sekadar minyak, untuk merangkul industri teknologi tinggi, kreatif, dan khusus lainnya.

Beasiswa baru ini telah dirancang untuk mencakup bidang studi tertentu, untuk memungkinkan pemuda Saudi berpartisipasi dalam perjalanan Kerajaan Saudi untuk menjadi pemain global dalam ekonomi global modern.

Perubahan ini juga bertujuan menghubungkan kualifikasi siswa dengan karir yang tersedia di pasar kerja Saudi, meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, dan mengembangkan teknik manajerial.

Berkat skema ini, wanita Saudi telah maju di semua bidang akademis, mulai dari administras dan pengajaran hingga penelitian.

“Saya selalu berpikiran ilmiah; membaca, menulis dan mengajar,” kata Haya Zidan, wakil dekan untuk studi pascasarjana dan penelitian ilmiah di Universitas Elektronik Saudi di Riyadh.

Selama studinya sendiri, Zidan diberikan beasiswa, yang memungkinkannya belajar di AS dan Inggris, di mana dia memperoleh gelar dalam ilmu kesehatan, sebelum kembali ke Kerajaan Saudi untuk bekerja di bidang akademis.

“Pekerjaan pertama saya adalah di Universitas Terbuka Arab, yang baru didirikan tahun 2003, dan sejak itu saya telah bekerja di beberapa universitas dan perguruan tinggi," katanya.

"Misalnya, di Universitas Dar Al-Hekma, Universitas Princess Nourah Bint Abdulrahman, Universitas Elektronik Saudi, dan Universitas Cerdas Hamdan Bin Mohammed di Dubai,” lanjut Zidan.

Selama lebih 15 tahun, Zidan telah mengajar siswa secara online melalui platform e-learning, yang diyakininya sebagai alat luar biasa sehingga memungkinkan siswa perempuan menghadiri kuliah dari jarak jauh.

“Ini adalah jenis kegembiraan khusus untuk terhubung dengan siswa, berbagi ide dan bekerja melalui konsep, merancang intervensi kesehatan dan proyek penelitian," ujarnya.

"Juga ini untuk menyaksikan bagaimana mereka tumbuh dan mengenali potensi besar mereka untuk menjadi bagian dari perubahan besar dalam perawatan kesehatan dan masyarakat," kata Zidan.

Kombinasi beasiswa, pertumbuhan kelembagaan, dan teknologi baru, telah merevolusi pendidikan perempuan di Saudi, memperluas cakrawala bagi jutaan anak muda.

“Kami selalu bangga melihat keberhasilan seperti itu. Saya selalu kagum dengan upaya yang dilakukan wanita dalam mencapai target dan tujuan, baik pribadi maupun profesional, dan hati yang mereka curahkan dalam segala hal yang mereka lakukan, terlepas dari tantangannya,” kata Zidan.

“Saya juga menghargai kekuatan bimbingan dari wanita yang lebih berpengalaman untuk orang lain yang baru memulai, untuk mendukung mereka dalam menemukan pijakan dan memberi kesempatan untuk bersinar juga," tambahnya.

“Kami juga belajar lebih banyak dari kekuatan perempuan. Ini adalah cara untuk berhasil dan mencapai tujuan secara kolektif, sejalan dengan ambisi Visi 2030," tandasnya.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Arab News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah