Ingin Awet Muda dan Hidup Sehat? Tak Lama lagi Obatnya Resmi dijual di Jepang!

- 10 Maret 2022, 08:52 WIB
Ilustrasi Awet Muda
Ilustrasi Awet Muda /freepik / @kitthanes

KALBAR TERKINI - Bukan fiksi ilmiah jika akhirnya sekelompok ilmuwandi Jepang berhasil menemukan empat zat sekaligus obat pencegah penuaaan.

Zat-zat dan obat-obatan anti-penuanaan ini sedang dikembangkan di Jepang, untuk kepentingan khalayak terutama bagi warga negara itu.

Pertama, Senolitik: kelas obat penghilang sel-sel tua, yang mengeluarkan zat penyebab peradangan dari tubuh.

Baca Juga: DARI OnlyFans, Dea Bisa Raup Belasan Juta, Aplikasi yang Memuat Konten Dewasa, Warning Untuk Para Orangtua

Kedua, Nicotinamide mononucleotide (NMN) dan lainnya: zat yang jumlahnya berkurang seiring bertambahnya usia.

Eksperimen hewan mengkonfirmasi efek anti-penuaan mereka.

Ketiga, Rapamisin: obat imunosupresan. Eksperimen hewan mengkonfirmasi bahwa obat itu membantu memperpanjang harapan hidup.

Baca Juga: Ikon Louis Vuitton Koleksi Men Fall/Winter 2021, Wajah BTS Penuhi Videotron Seoul

Keempat, Metformin: obat diabetes. Eksperimen hewan mengkonfirmasi itu membantu memperpanjang harapan hidup.

Penelitian gerontologi ini dilakukan oleh Pusat Strategi Penelitian dan Pengembangan (CRDS), lembaga pemikir yang berafiliasi dengan Badan Sains dan Teknologi Jepang.

Tugas lembaga ini adalah melakukan penelitian langkah-langkah terkait kebijakan sains dan teknologi negara, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.com dari koran Jepang, The Asahi Shimbun, Kamis, 24 Februari 2024.

Baca Juga: Pandemi Covid-19: Masya Allah, Mortal Combat pun Jualan Kelapa!

Gerontologi sendiri, dilansir dari Wikipedia, berasal dari bahasa Yunani, yanga artinya 'lanjut usia' (geros), dan 'ilmu' (logos).
i
Secara etimologis, gerontologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang orang lanjut usia (lansia).

Kelihatannya sederhana dan singkat, tapi definisi tersebut memiliki cakupan yang sangat luas.

Ini karena masalah penuaan disebabkan oleh berbagai faktor dan aspek yang mempengaruhi banyak bidang dan segi kehidupan.

Karena itu, para ahli Gerontologi (Gerontologist) memiliki latar belakang displin ilmu yang sangat beragam.

Mereka adalah para peneliti dan praktisi di bidang biologi, medis, psikologi, kriminologi, sosiologi, ekonomi, antropologi, hukum, sosial politik dan berbagai displin ilmu lainnya.

Para ahli Gerontologi menerapkan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, untuk membantu para lansia menjalani kehidupan yang baik, sejahtera, dan bahagia.

Kalangan ini mengadakan pelatihan bagi para lansia, serta juga mendidik masyarakat umum untuk turut aktif dalam mendorong dan memfasilitasi para lansia supaya tetap dan produktif.

Untuk itu, dilakukan beragam penyuluhan tentang cara-cara yang baik untuk merawat para lansia; mengadvokasi kebijakan publik.

Kebijakan ini mengakomodir hak-hak lansia, dan terciptanya hukum, yang menjamin perlindungan bagi para lansia

Sementara masih menurut The Asahi Shimbun,
para peneliti gerontologi di Jepang ini sedang berlomba untuk mengungkap mekanisme bagaimana manusia menua.

Tujuannya, mengembangkan obat-obatan dan makanan bergizi, yang dapat memperpanjang rentang hidup sehat manusia.

“Bukan lagi fiksi ilmiah. Kami mengembangkan metode anti-penuaan, dan memperpanjang harapan hidup sehat,” kata Yoichi Nabeshima, seorang profesor emeritus di Universitas Kyoto yang juga Ketua Institut Penelitian Penuaan Produktif (IRPA).

IRPA, meniru sebuah lembaga penelitian swasta di AS, memulai kegiatannya sejak 2021. Misinya, mengembangkan metode anti-penuaan dengan mempelajari mekanisme penuaan dan umur panjang.

Picu Kanker, Jantung, Diabetes, Alzheimer

Penuaan adalah faktor terbesar yang memicurisiko kanker, penyakit jantung, diabetes, dan penyakit Alzheimer.

Banyak anggapan selama ini bahwa tidak dapat dihindari: Orang menjadi lebih mungkin mengembangkan penyakit, karena fungsi fisik menurun seiring bertambahnya usia.

Tetapi, penelitian tersebut sedang dipercepat untuk menemukan cara memperlambat proses penuaan itu sendiri, untuk menurunkan risiko berkembangnya banyak penyakit secara bersamaan.

Shinichiro Imai, seorang profesor gerontologi di Fakultas Kedokteran Universitas Washington dan anggota dewan eksekutif IRPA, menemukan zat yang menekan gejala terkait usia.

Zat-zat ini antara lain dapat mencegah kenaikan kadar gula darah dan penurunan kepadatan tulang dalam percobaan hewan.

Zat yang disebut nikotinamida mononukleotida (NMN), ada di tubuh manusia, tetapi jumlahnya berkurang seiring bertambahnya usia.

Penelitian sedang dilakukan untuk mempelajari efektivitas NMN, sebagai suplemen nutrisi kepada manusia. Penelitian terkait NMN juga akan dilakukan di IRPA.

IRPA, yang berbasis di Pulau Pelabuhan Kobe, bersama-sama mengembangkan obat-obatan dan makanan bergizi dengan sebuah perusahaan.

Hal ini terbukti secara ilmiah telah efektif melawan penuaan. Organisasi ini juga menyediakan akses bagi para anggotanya untuk mencari nasihat dari kalangan peneliti di luar negeri.

AutoPhagyGO Inc, sebuah perusahaan startup yang berafiliasi dengan Universitas Osaka, didirikan pada 2019 untuk menggunakan temuan para peneliti di universitas tersebut guna membantu memperpanjang rentang hidup sehat manusia.

Autophagy sendiri adalah sebuah mekanisme alami, yang menghancurkan, dan mendaur ulang komponen dalam sel untuk menghilangkan protein dan organel yang rusak.

Mekanisme ini ditemukan oleh Yoshinori Ohsumi, seorang profesor kehormatan di Institut Teknologi Tokyo, memenangkan Hadiah Nobel untuk Fisiologi atau Kedokteran pada 2016.

Autophagy menurun seiring bertambahnya usia, menurut Tamotsu Yoshimori, seorang profesor biologi sel terkemuka di Universitas Osaka, yang menjabat sebagai penasihat teknis untuk AutoPhagyGO.

Temuan perusahaan ini berusaha mengaktifkan kembali autophagy, untuk membantu memperlambat penuaan, mencegah penyakit terkait usia, dan memperbaiki gejala penyakit tersebut.

Penurunan fungsi mitokondria, struktur seluler yang bertindak sebagai sumber energi, telah dilaporkan menjadi salah satu faktor.

Tetapi, lebih banyak peneliti memfokuskan perhatian ke 'sel tua', yang menumpuk di dalam tubuh manusia seiring bertambahnya usia.

Sel-sel tua tidak dapat lagi membelah diri, terutama karena kerusakan DNA dalam sel. Studi menunjukkan bahwa jumlah sel tua meningkat seiring bertambahnya usia.

Temuan terbaru juga mengungkapkan bahwa sel-sel ini mengeluarkan zat yang menyebabkan peradangan di sekitar sel, sehingga mengarah pada perkembangan arteriosklerosis dan kanker.

Para peneliti menetapkan hipotesis bahwa menghilangkan sel-sel tua dari tubuh menggunakan obat-obatan, dapat membantu mencegah atau mengobati penyakit terkait usia.

Studi ini sedang berlangsung di AS terkait upaya untuk mengkonfirmasi keamanan dan kemanjuran senolitik, kelas obat yang dirancang untuk menghilangkan sel, pada manusia.

Sebuah kelompok penelitian yang dipimpin oleh Eiji Hara, seorang profesor mikrobiologi molekuler di Universitas Osaka, melakukan penelitian yang melibatkan tikus.

Ditemukan bahwa tikus yang bertambah berat badannya setelah makan makanan kaya lemak, memiliki sel-sel yang lebih tua di hati, sehingga mereka lebih mungkin mengembangkan kanker hati.

Kelompok itu kemudian menghabiskan lima tahun untuk mengidentifikasi zat yang dapat menghilangkan sel-sel tua dalam studi bersama dengan perusahaan farmasi.

Studi tersebut menunjukkan bahwa pemberian zat tersebut kepada tikus dengan risiko tinggi kanker hati dapat mengurangi jumlah sel-sel tua di tubuh mereka, dan menurunkan risiko kanker.

Para peneliti juga memberikan zat tersebut kepada tikus yang menerima obat kemoterapi setelah menjalani transplantasi sel kanker manusia.

Mereka menemukan zat itu membantu meningkatkan kemanjuran obat.

“Pengembangan obat yang secara selektif menghancurkan sel-sel tua dapat membantu mencegah penyakit terkait usia, dan memperpanjang harapan hidup sehat,” kata Hara, yang melakukan penelitian lebih lanjut ke dalam sel-sel tua.

Kelompok penelitian lain, yang dipimpin oleh Masataka Sugimoto, Kepala Bagian Biokimia di Pusat Nasional untuk Geriatri dan Gerontologi (NCGG), juga menemukan bukti baru.

Dikonfirmasi dalam percobaannya pada 2016 bahwa menghilangkan sel-sel tua dari paru-paru tikus, membantu memulihkan fungsi paru-paru mereka.

Tetapi, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui kemungkinan dampak negatif dari menghilangkan sel-sel tua, karena sebagian besar masih belum diketahui peran sel-sel itu dalam tubuh.

Penelitian juga sedang berlangsung untuk obat-obatan yang memperlambat penuaan, dan memperpanjang harapan hidup.

Termasuk senolitik, NMN, rapamycin, obat imunosupresan yang digunakan dalam transplantasi organ, dan metformin, obat yang digunakan untuk mengobati diabetes.

Populasi di Jepang sendiri dengan cepat beruban. Saat ini, penduduk berusia 65 tahun atau lebih, mencapai 29 persen dari total populasi.

Rasionya pun diproyeksikan akan meningkat menjadi 35 persen pada 2040.

“Jepang adalah masyarakat yang menua yang menghadapi biaya medis yang membengkak untuk orang tua. Jadi, sangat penting untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penuaan di negara ini,” kata Nabeshima dari IRP.***

Sumber: The Asahi Shimbun, Wikipedia

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber The Asahi Shimbun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah