Surat Terbuka Ratna Sari Dewi Soekarno untuk Presiden Soeharto: Siapa yang Membantai 800 Ribu Nyawa Rakyat?

- 12 Mei 2022, 09:04 WIB
Ratna Sari Dewi Soekarno. Selain memperhatikan betul budaya Indonesia, ia juga rupanya memperhatikan kondisi politik di tanah air, salah satunya ketika ia menulis surat terbuka kepada Presiden Soeharto tentang pembantaian sedikitnya 800 ribu nyawa.
Ratna Sari Dewi Soekarno. Selain memperhatikan betul budaya Indonesia, ia juga rupanya memperhatikan kondisi politik di tanah air, salah satunya ketika ia menulis surat terbuka kepada Presiden Soeharto tentang pembantaian sedikitnya 800 ribu nyawa. /@nadiawita

Kenyataan berita-berita lain yang saya peroleh dari lapangan udara Halim adalah bahwa : peristiwa G 30 S itu adaiah cetusan dari suatu konflik dalam angkatan Darat. Oleh karena itu mereka menggunakan dalih”pribadi Soekarno itu dibawa kesana karena saya sebagai istri merasa khawatir akan keselamatan suami saya. Sampai di Halim saya malah jadi bingung karena ketika saya tanyakan pada sementara orang tenyata tak seorang pun yang tahu apa yang telah terjadi. Bahkan ketika itu kita tidak tahu bahwa Jenderal A.Yani telah terbunuh. Pokoknya ketika itu kita tidak tahu siapa kawan dan siapa lawan. Hampir semuanya dalam kebingungan dan tidak tahu apa yang akan diperbuat. Tidak seorang pun tahu apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi berikutnya.

Dalam mengenang peristiwa G 30 S itu kembali saya kira persoalannya akan lain andaikata Jenderal A.Yani masih hidup. Presiden Soekarno sendiri sangat sedih bagaimana sampai terjadi dia jadi korban dan bagaimana tempat tinggalnya sampai diketahui.

Selain hal diatas dengan ini saya ingin mengajukan pertanyaan yang penting kepada Tuan yang kiranya Tuan perlu perhatikan.Yalah tentang adanya ” dewan jenderal” yang Tuan telah tentang keras tidak mengetahuinya. Orang hanya tahu bahwa Jenderal A. Yani dan jenderal-jenderal lain yang terbunuh itu yang hanya mengetahui tentang persoalan “dewan jenderal1′ tersebut.

Akan tetapi 2 minggu sebelum peristiwa tersebut Presiden Soekarno bertanya kepada Jenderal A. Yani: bagaimna sebenamya duduk persoalan dewan jenderal tersebut. Yang dijawab oleh Jenderal A. Yani dengan tegas: Bapak Presiden serahkan kepada saya saja segala hal yang bersangkutan dengan anak buah saya tersebut” (maksudnya D.D.)

Dari dialog tersebut bagi saya timbul pertanyaan yang besar: bagaimana bisa terjadi Jenderal A. Yani itu ikut terbunuh? (jelas karena justru ada kontradiksi dalam ABRI sendiri=penyalin).

Jadi andai kata Tuan benar-benar obyektif maka pasti Tuan akan yakin bahwa Soekarno itu benar-benar tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa tentang G 30 S tersebut.

Tuan Suharto.

Dengan mengetahui tentang hal-hal di atas maka lalu timbul pertanyaan saya: apakah kiranya jawaban Tuan ada seluruh rakyat Indonesia yang menduga bahwa dengan adanya tindakan cepat dari Tuan untuk membentuk kekuasaan “orde baru” dalam situasi yang kacau balau itu bukankah justru sebenarnya Tuanlah yang mempunyai semua rencana dan melaksanakan rencana “dewan jenderal”

Bukti-bukti kemudian menunjukkan bahwa dalam situasi yang kacau di Indonesia itu, Tuan telah membangun tentara yang berorientasi ke kanan, bergandengan tangan dengan sementara mahasiswa-mahasiswa (yang tidak puas) yang kemudian didorong dan bekerja sama dengan pimpinan-pimpinan partai islam serta politisi yang kanan untuk menghancurkan PKI. Yang selanjutnya terjadilah pembunuhan dan pertumpahan darah yang terencana. Bagaimana hal ini sampai terjadi bahwa sikap ABRI malah lebih dekat dengan Pentagon (markas Besar Departemen Pertahanan Amerika Serikat) dimana hampir semua kegiatan militer didunia dikendalikan dari sana? Apakah dalam situasi demikian itu orang bisa mengharapkan lain kecuali PKI itu menjadi hancur beranakan karenanya dan hubungan dengan RRC dengan sendirinya putus.

Presiden Soekarno telah berulang kali mengatakan bahwa tidak benar untuk hanya menyalahkan PKI. Beliau berkata: “Kita jangan melemparkan semua kesalahan itu kepada PKI saja. Tapi persoalannya terletak pada hal-hal lain.”

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah