“Dalam kasus ini, Pemerintah AS harus menahan diri atau tutup mulut,” kecam Scott Gilbert, pengacara Hekmati. “Jika pemerintah yakin dengan tuduhan itu, tuntut. Tetapi, Pemerintah AS tidak akan bisa melakukannya, karena tidak memiliki cukup bukti yang faktual untuk melakukan itu. "
Hanya saja, Gilbert menolak untuk menyediakan waktu bagi Hemkati untuk diwawancarai AP, padahal tuntutan hukum Hekmati untuk meminta kompensasi, sudah ditunda Pemerintah AS.
FBI dan Departemen Kehakiman AS menolak berkomentar, tetapi rincian dari penyelidikan muncul di ratusan halaman dokumen terkait tuduhan tersebut. Dokumen-dokumen itu menunjukkan bahwa FBI membuka penyelidikan spionase terhadap Hekmati sejak tahun 2011, tahun yang sama dia ditahan di Iran karena dicurigai menjadi mata-mata Badan Pusat Intelejen (Central Intelligence Agency/CIA).
Hekmati -yang dibesarkan di Michigan, dan bertugas sebagai infanteri dan penerjemah di Irak sebelum diberhentikan dengan hormat dari Korps Marinir AS pada 2005- menyatakan bahwa dia pergi ke Iran untuk mengunjungi neneknya yang sakit. Ini karena masa tugasnya yang singkat selama menjadi kontraktor di Departemen Pertahanan AS yang bertugas melakukan analisis intelijen di Afghanistan.
Adapun pernyataan FBI bahwa Hekmati menjual rahasia selama di Iran, sebagian didasarkan pada laporan empat saksi independen, tetapi tidak disebutkan namanya. Hekmati dilaporkan mendekati pejabat Iran dengan menawarkan informasi rahasia.
Fakta lain, Hekmati tiba-tiba mengundurkan diri sebelum kontraknya habis di Afghanistan, dan berangkat ke Iran tanpa memberi tahu teman dan kolega. Bahkan, pencarian forensik komputer oleh FBI menyimpulkan bahwa selama berada di Afghanistan, Hekmati telah mengakses ratusan dokumen rahasia Iran, yang diklaim FBI sebagai di luar cakupan dari tanggung jawab pekerjaannya.
Hekmati mengklaim bahwa dia meneliti Iran secara terbuka, karena untuk mengembangkan keahliannya tentang pengaruh Iran di Afghanistan. “Semua orang tahu tentang pekerjaan yang saya lakukan," katanya dalam sidang di pengadilan AS pada 2020.
Hekmati juga menyatakan bahwa dia sudah berhenti dari pekerjaannya ketika berangkat ke Iran. Jadi, dia tidak berkewajiban memberi tahu rekan-rekan tentang perjalanannya.
Di Iran, lanjut Hekmati, dia juga tidak pernah bertemu dengan pejabat Iran atau mencoba menjual rahasia pemerintah. Pengacara Hekmati menegaskan, kecurigaan FBI tidak sesuai dengan perlakuan yang dialami Hekmati selama menjadi tahanan di Iran. Termasuk penyiksaan dan dipaksa merekam pengakuan yang dipaksakan tetapi palsu.
"Jika dia benar-benar memata-matai Iran, pasti dia akan menjadi aset yang berharga daripada menyiksanya," ujarnya.