Vanessa Pappas, CEO TikTok: Dunia adalah Realitas Miliaran Dolar

2 Mei 2021, 02:31 WIB
Vanessa Pappas, CEO TikTok./PHOTO: TIKTOK/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

KALBAR TERKINI -  Ada sesuatu tentang menggulir TikTok tanpa henti,  yang membuat Anda pingsan karena begitu ketagihan. Platform populer yang sudah lebih dari dua miliar unduhan di seluruh dunia ini, merupakan kombinasi antara hiburan video bentuk pendek yang membuat pengguna mabuk kepayang selama membolak-balik klip berdurasi 15 detik.

Setelah sadar, mungkin sulit bagi Anda untuk mengingat wajah, koreografi tertentu,  atau untuk mengetahui apa yang sebenarnya memuaskan dari video tersebut.

Vanessa Pappas (41), bagaimanapun, dapat menggambarkan dengan jelas TikTok pertama yang pernah dilihatnya: klip singkat dari seorang pria yang mengenakan kotak kardus, berkeliaran di sekitar apartemennya seperti kepiting. “Jelas sekali, itu berkesan,” kata Vanessa, yang sejak Jumat,  30 April 2021, dilantik sebagai Chief Executife Oficer (CEO) TikTok.

Baca Juga: TikTok Gelar #WeAreAPI untuk Orang Asia dan Kepulauan Pasifik

Video itulah yang meyakinkan Pappas, yang saat itu adalah seorang eksekutif di YouTube, untuk berhenti, mengemasi rumahnya di New York City, dan pindah ke ke Los Angeles untuk memimpin TikTok, suatu media sosial yang sedang berkembang dan 'menggila' di jagat ini.

Bagi Vanessa, dunia sekarang ini adalah realitas miliaran dolar, yang mungkin di ambang kehancuran, tapi mustahil terjadi lewat kehadiran TikTok apalagi dengan bergabung dengan TikTok.

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Marie Claire. 11 Agustus 2020, dalam dua tahun sejak Vanessa menaiki penerbangannya ke kantor barunya itu, TikTok telah menembus lanskap media sosial, seperti raksasa: tumbuh lebih cepat daripada yang dapat digulir atau digesek.

Menurut perusahaan pemantauKemenk aplikasi Sensor Tower, TikTok adalah aplikasi yang paling banyak diunduh. TikTok telah diunduh 165 juta kali di AS pada 2020 atau sejak  masih bernama  Douyin yang  diluncurkan pada September 2016  oleh Zhang Yiming , bos  BytDance.

Digandrungi di seluruh dunia, menurut catatan Kalbar-Terkini, TikTok pada 3 Juli 2018 sempat diblokir Pemerintah Indonesia lewat Kemenkominfo.

Baca Juga: TikTok Lantik Dua Bos Baru, Vanessa: TikTok Baru Mulai!

Enggan Tampil di Media Massa

Marie Claire pertama kali mengobrol dengan Vanessa pada awal Mei 2020 melalui aplikasi Zoom, berbulan-bulan sebelum masa depan TikTok sangat rapuh akibat pencejalan di sejumlah negara termasuk di AS. Latar belakang video Vanessa adalah gambar air biru cerah yang diapit oleh garis pantai berbatu, perahu layar terombang-ambing di permukaan.

Vanessa adalah setengah Yunani, dari pihak ayahnya, dan dia mengambil foto itu saat berkunjung ke Ithaca, sebuah pulau kecil di Yunani. Putrinya yang berusia empat tahun kala itu, diberi nama Penelope, diambil dari nama ratu Ithaca dalam cerita The Odyssey karya Homer.

Tapi kesan 'Yunani; akan hilang saat mendengar aksen Australia Vanessa, yang tinggal di negara Benua Kanguru ini hingga berusia 20 tahun, sebelum menghabiskan empat tahun di London, Inggirs, kemudian pindah ke AS.  

Sejak itu, Vanessa bekerja di sebuah perusahaan teknologi di kawasan Silicon Valley. Pada 2007, Vanessa menjadi bagian dari tim di Next New Networks, sebuah perusahaan yang membantu pembuat video menemukan penonton untuk film mereka,  Vanessa menemukan influencer,  bahkan sebelum mereka disebut influencer.  

Next New Networks dibeli dengan harga kurang dari 50 juta dolar AS oleh YouTube pada 2011,  dan Vanessa ikut serta, menjadi kepala global pengembangan pemirsa YouTube, kemudian sebagai kepala wawasan kreatif global. "Dalam tiga bulan, tugas saya di YouTube adalah benar-benar menulis pedoman tentang cara membangun penonton," katanya.

Dianggap Nekat

TikTok merebut Vanessa dari YouTube pada 2018 , tetapi bukan hanya video manusia kepiting yangmembuatnya setuju dibajak TikTok. “Saya menganggap TikTok sebagai rumah bagi pembuat konten baru,  yang benar-benar merayakan keragaman dan kreativitas,” katanya tentang pilihan meninggalkan YouTube. 

Vanessa adalah seseorang yang berpikir maju sehingga menyadari keinginan orang-orang kreatif untuk terhubung, dan mengekspresikan diri mereka secara otentik di media sosial.

Kalangan ini diyakininya mendambakan platform yang 'tidak perlu mengedepankan yang terbaik. "Anda hanya perlu mengedepankan diri. Sebenarnya tidak ada platform lain untuk melakukan itu dengan cara yang memprioritaskan seluler dan waktu nyata. TikTok merasa seperti memenuhi janji itu, ”katanya. 

Ketika itu, YouTube adalah platform yang diibaratkan begitu meraksasa seperti kisah Goliath (tahun itu, aplikasi iOS yang paling banyak diunduh), sedangkan TikTok baru saja berekspansi ke AS pada Agustus 2020.

Jadi jelas TikTok dianggap sebagai David kecil yang nekat melawan dan mengalahkan Goliath. Bahkan, tidak ada yang bisa memastikan apakah TikTok kala itu akan lepas landas,  atau gagal seperti banyak platform mode sebelumnya, semisal Vine atau YikYak.

Ketika memilih bekerja di BytDance, perusahaan China pemilik TikTok,  banyak rekan yang menilai Vanessa mengmbil pilihan yang salah bahkan gegabah. Apalagi, Vanessa  memiliki dua anak kecil, berusia dua setengah tahun,  dan satunya masih enam  bulan.

“Menurut saya, itu mungkin keputusan karier tersulit yang pernah saya buat,” kenang Vanessa.  

Baca Juga: Disneyland Dibuka Kembali: Semua Karyawan Harus Divaksinasi

Toh Vanessa memutuskan untuk mengambil pilihan itu, dan memulai pekerjaaan sebagai penasihat strategis untuk ByteDance,  dengan fokus khusus ke TikTok.

Belakangan,  jabatan Vanessa naik menjadi manajer umum aplikasi pada Januari 2019.  “Masuk akal untuk melakukan semuanya. Dan itu pasti menjadi perjalanan yang fenomenal sejak itu. "   

Di YouTube,  Vanessa bertanggung jawab untuk meningkatkan pertumbuhan besar-besaran di seluruh dunia, tetapi di TikTok, Vaness dia ditugaskan sebaliknya:  Ambil produk milik China,  dan sesuaikan untuk konsumen AS, dan...berhasil! 

Pada November 2018, bulan mulainya Vanessa bekerja, TikTok dilaporkan memiliki 20 juta pengguna di AS, menurut Wallaroo Media, dan bertambah lagi sehingga menjadi100 juta.

Dalam enam bulan pada Oktober 2019- Maret 2020, pengguna bulanan TikTok hampir dua kali lipat.

Bagian dari strateginya adalah benar-benar selaras dengan kebutuhan pengguna, dan merespons dengan cepat apa yang mereka inginkan. Saat tim Vanessa mengetahui bahwa pembuat konten meretas fungsi aplikasi untuk menambahkan teks ke videonya, teknisi TikTok dengan cepat membuat alat tersebut.

Mereka juga mengembangkan fungsi layar hijau, yang sekarang menjadi penawaran yang sangat populer.  

Vanessa juga mendorong timnya untuk mempelajari kelemahan dan kekuarangan TikTok.

Hasilnya, luar biasa.

“Pada 2019, yang terjadi adalah, ngeri menjadi keren,” katanya. “Tiba-tiba, tidak apa-apa bagimu untuk tidak sempurna. Kita tidak harus mengkurasi momen-momen untuk terlihat bersenang-senang, padahal kita sendiri bisa bersenang-senang. ”   

Ada empat  akun TikTok dengan nama dan foto bagian kepala Vanessa, tapi tidak ada yang menjadi miliknya. Vanesa mengaku hanya memiliki akun untuk melihat video, bukan memposting.

Dia tidak pernah menginjakkan kaki di dalam Hype House, lapangan megah di Los Angeles yang menjadi rumah bagi segelintir bintang platform terbesar (meskipun dia berencana untuk mengunjunginya  pasca-Covid-19). 

Vanessa juga jarang melakukan wawancara. Dia cepat menunjukkan prestasinya dengan kata 'kita'.  

Greg Justice, Kepala Pemrograman Konten TikTok menggambarkan gaya kepemimpinan Vanessa sebagai 'sangat kolaboratif', dan memuji budaya perusahaan terbuka yang ciptakannya.  

“Vanessa tidak hanya cepat menunjukkan penghargaan, mempertimbangkan sudut pandang alternatif, dan memberdayakan rekan-rekannya, tetapi dia mengharapkan,  dan menginspirasi seluruh tim untuk melakukan hal yang sama,” tambahnya.

Adapun kontroversi tentang TikTok telah menjadi berita utama, tetapi Vanessa setidaknya tidak terganggu.

“Kami yakin akan keberhasilan jangka panjang TikTok,  dan berkomitmen penuh untuk melindungi privasi dan keamanan pengguna kami. TikTok akan tetap di sini, ”katanya dalam email kepada Marie Claire pada 30 Juli 2020.  

Vanessa  menolak gagasan bahwa pemerintah China menggunakan TikTok untuk mendapatkan informasi tentang orang AS.

“Ada banyak informasi yang salah tentang TikTok di luar sana. TikTok memiliki CEO Amerika, kepala petugas keamanan informasi dengan pengalaman puluhan tahun dalam militer dan penegakan hukum AS. Juga ada tim AS yang bekerja dengan rajin untuk mengembangkan infrastruktur keamanan terbaik di kelasnya," tegasnya.  

Untuk memisahkan citra AS dari perusahaan induknya, TikTok benar-benar mempertaruhkan klaim di tanah AS. Pada Januari 2020,  ratusan dari 1.500 karyawan perusahaan yang berbasis di AS, pindah ke kantor seluas 120 ribu kaki persegi di Culver City, California.

Pada medio Mei 2020, TikTok mempekerjakan CEO yang berbasis di AS, Kevin Mayer, mantan eksekutif Disney.  

Vanessa mencatat bahwa data pengguna TikTok di AS, disimpan di server di AS dan Singapura, bukan di Beijing, Ibu Kota China (gugatan yang diajukan di California menuduh bahwa TikTok mengirim data ke server China). 

“Saya pikir kami sedang berusaha keras untuk memastikan bahwa kami ' membangun lebih banyak transparansi dan membicarakan topik penting keamanan data dan privasi pengguna, ”kata Vanessa. 

Tidak ada yang tahu — bahkan mungkin Vanessa — tentang masa depan TikTok.

Namun,  komitmennya yang teguh terhadap produk,  tidak akan berkurang.

“Saya terus melihat bahwa kami bersandar dan menciptakan produk luar biasa ini,  yang menyediakan alat ekspresi bagi pengguna kami sehingga memungkinkan mereka terus melakukan apa yang ingin mereka lakukan,” katanya.

“Kami ingin komunitas kami menjadi bagian dari perjalanan [kami], dan saya pikir itu akan membantu kami menuju ke level berikutnya," tambahnya.

Vanessa,  setidaknya,   bukan pemberi pengaruh atau pencipta, tetapi Vanessa telah memengaruhi dan menciptakan masa depan teknologi, masa depan media sosial, dan masa depan tentang bagaimana orang AS terhubung ... atau tidak. Jadi, hanya masa depan, tidak peduli ke mana takdir menuntunnya, atau ke mana dia akan memimpin.*** 

 

Sumber: Marie Claire

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler