Baca Juga: Sejarah 25 April, Wahana Antariksa Pioneer 10 Berhasil Melewati Orbit Pluto Pertama Kali
Dari pernikahan pertamanya, uskup memiliki seorang putra yang bertahan hingga dewasa, yang juga bernama Peder Pedersen Winstrup. Menurut catatan sejarah, Winstrup yang lebih muda, belajar tentang benteng, bukan teologi, ketika kuliah di Universitas Leiden di Belanda saat masih muda.
Winstrup kemudian menikah, selambat-lambatnya tahun pada 1679 dengan seorang wanita bangsawan muda bernama Dorothea Sparre, yang membawa serta Sodertou miliknya, nama kawasan tanah warisan mendiang ayahnya.
Pada 1680, Kerajaan Swedia merebut kembali tanah yang diberikan kepada kaum aristokrat. Winstrup muda pun kehilangan tanah miliknya, termasuk pula Winstrup yang lebih tua di tanah Lundagard.
Dia menghabiskan sisa hidupnya dalam kemiskinan, tidak pernah menjadi ayah dari seorang anak laki-laki.
Garis keturunan laki-laki meninggal bersamanya pada sekitar awal abad ke-18.
Karena itu, klaim para peneliti, mumi janin tersebut adalah bagian dari kisah sedih pria itu: ditempatkan di peti mati ayahnya, sebagai tindakan simbolis: pewaris Winstrup laki-laki terakhir yang dimakamkan dengan kakeknya.
"Dengan hasil dari analisis (DNA kuno) silsilah, satu-satunya orang yang dapat memberikan kerabat tingkat kedua kepada Peder Winstrup, melalui garis keturunan ayah, adalah putranya, Peder. Janin dari seorang anak laki-laki yang ditempatkan di peti mati ini, bisa jadi adalah cucu dari uskup, " demikian tulisan di makalah penelitian para arkeolog yang juga dipublikasikan di Journal of Archaeological Science.
"Ada kemungkinan, bahwa kerabat memiliki akses ke ruang bawah tanah, tempat peti mati Winstrup disimpan, dan mungkin menyimpan janin di salah satu peti mati, dalam hal ini di Peder Winstrup," lanjut tulisan itu.