SAMAKAH 1 Muharram dengan 1 Suro? Berikut Perbedaan Makna dan Tradisi yang Menyertainya

27 Juli 2022, 08:55 WIB
Kumpulan ucapan selamat Tahun Baru Islam 2022 M atau 1 Muharram 1444 H /Twibbonize.com/noorhayatihelhen

KALBAR TERKINI – Samakan 1 Muharram dengan 1 Suro? Ini perbedaan dan tradisi yang menyertainya

Malam tahun baru Hijriah 1 Muharam 1444 akan jatuh pada Sabtu, 30 Juli 2022.

Dalam tradisi Islam, tanggal 1 Muharram diperingati karena merupakan awal ekspedisi hijrah Nabi Muhammad dari Makah ke Madinah.

Sedangkan, dalam tradisi Jawa, tanggal 1 Muharram disebut sebagai Malam 1 Suro.

Dalam tradisi Jawa malam 1 Suro dianggap sakral dan mistis.

Baca Juga: KAPAN LIBUR 1 Muharram atau Tahun Baru Islam 1444 H? Ini Jawaban SKB Tiga Menteri

Tanggal 1 Suro adalah awal bulan dalam kalender Jawa yang awalnya diterbitkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, seorang Raja Mataram Islam.

Sementara tanggal 1 Muharram merupakan awal penanggalan Tahun Baru Islam dalam kalender Hijriyah yang pertama kali dibuat pada masa khalifah Umar bin Khattab.

Malam 1 Suro dimaknai sebagai malam mistis tak terlepas dari beberapa faktor yang tak bisa lepas kaitannya.

Adapun hal terpenting yang menyebabkan bulan Suro dianggap sakral adalah budaya keraton.

Baca Juga: KAPAN MALAM 1 Suro 2022? Berikut Tradisi yang Biasa Dilakukan Masyarakat Jawa

Keraton di Indonesia sering mengadakan upacara dan ritual untuk peringatan hari-hari penting tertentu, salah satunya peringatan Malam 1 Suro.

Peringatan ini pada akhirnya terus diwariskan dan dilanjutkan dari generasi ke generasi hingga saat ini.

Pengajar Sastra Jawa di Universitas Indonesia Prapto Yuwono menerangkan, kaitan mistis dengan malam 1 Suro adalah imbas dari politik kebudayaan dari Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Pada kurun 1628-1629.

Baca Juga: Niat Puasa Asyura 10 Muharram Berikut Lengkap Tata Cara Melakukannya

Sultan Agung menciptakan kalender Jawa-Islam dengan pembauran kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Kesakralan Malam 1 Suro juga juga tak terlepas dari komposisi sosiologis masyarakat Jawa yang masih sangat bersifat paganistik Hindu.

Terlepas dari itu banyak tradisi di Indonesia untuk menyambut datangnya malam 1 Suro.

Klaten misalnya, Suroan merupakan kegiatan berdoa bersama sebagai rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan.

Tradisi ini dapat mempererat tali persaudaraan.

Pada malam satu Suro, biasanya masyarakat Klaten melakukan kegiatan laku prihatin untuk tidak tidur semalam suntuk atau selama 24 jam.

Contoh lain, di Yogyakarta misalnya, perayaan malam 1 Suro biasanya selalu identik dengan membawa keris dan benda pusaka sebagai bagian dari iring-iringan kirab.

Para abdi dalem keraton, beberapa hasil kekayaan alam berupa gunungan tumpeng serta benda pusaka menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro.

Perayaan tradisi peringatan malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan.

Oleh karena itu, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua umat yang hadir merayakannya.

Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.***

 

Editor: Yuni Herlina

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler