Fasilitas Nuklir Iran Rusak, Diduga Disabotase Israel

12 April 2021, 01:36 WIB
BOM NUKLIR - Upaya Iran memperkaya kemurnian uraniumnya diduga untuk membuat senjata nuklir. Lokasinya di Kota Natanz, Iran tengah. Pada Minggu, 11 April 2021. terjadi pemadaman listrik di fasilitas nuklir tersebut yang diduga akibat sabotase lewat jaringan internet./GAMBAR ILUSTRASI BOM NUKLIR/ PIXABAY/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

DUBAI, KALBAR TERKINI -  Sistem pertahanan Iran termasuk di bidang cyber ternyata masih lemah. Terbukti, lokasi fasilitas nuklirnya di Kota Natanz, Iran tengah, sudah tiga kali bermasalah. Terakhir, jaringan listrik di lokasi ini yang dikendalikan lewat internet mendadak rusak, Minggu, 11 April 2021.

Insiden itu menunjukkan lemahnya Iran dalam menjaga objek vitalnya. Seharusnya, fasilitas nuklir sangat strategis di kota buah ini,  dilengkapi dengan pengamanan superketat alias maksimum. Termasuk sistem cyber-nya. Pasalnya, sudah tiga kali  terjadi insiden di lokasi itu.

Insiden ini  diprediksi oleh berbagai kalangan pengamat militer sebagai hasil sabotase dari pihak atau negara tertentu yang selama ini menjadi musuh Iran.

Hanya saja, Iran sejauh ini  hanya menyebut  insiden itu sebagai 'sabotase teroris nukir'.

Baca Juga: Mabuk, Junta Bantai 82 Warga: Mayat Dibakar, Makanan Penduduk Dirampok!

Baca Juga: Muslim Sunni Ambon Mulai Puasa 1 Ramadan 1442 H

Baca Juga: Gantikan Tentara, PBB Larang Produksi Robot Pembunuh Berintelijen Buatan?

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press (AP), Minggu, sabotase lewat jaringan internet tersebut, diprediksi semakin meningkatkan  ketegangan regional menyusul alotnya negoisasi antara kekuatan dunia dan Teheran terkait kesepakatan nuklir Iran yang compang-camping.

Ali Akbar Salehi, Kepala Badan Energi Atom Iran, tidak langsung menyalahkan siapa pun atas insiden tersebut.  Sementara banyak  media di Israel menyebutkan, insiden ini tak lain akibat serangan dunia maya. Akibatnya, fasilitas nuklir Iran di Natanz, yang notabene merupakan rumah untuk sentrifugal sensitif, telah menjadi gelap dan rusak.  

Jika Israel yang menyebabkan pemadaman listrik, masih menurut AP, maka akan semakin meningkatkan ketegangan antara kedua negara, yang sudah terlibat dalam konflik bayangan secara ebih luas di Timur Tengah. 

"Untuk menggagalkan tujuan gerakan teroris ini, Republik Islam Iran akan terus secara serius meningkatkan teknologi nuklir di satu sisi,  dan di sisi lain mencabut sanksi yang menindas," kata Salehi, menurut stasiun televisi Pemerintah Iran. 

Dia menambahkan: "Sambil mengutuk langkah putus asa ini, Republik Islam  Iran menekankan perlunya konfrontasi oleh badan-badan internasional dan (Badan Energi Atom Internasional) untuk melawan terorisme nuklir ini." 

IAEA, badan Perserikatan Bangsa-bangsa yang memantau program atom Teheran, sebelumnya mengaku sudah mengetahui laporan media tentang insiden di Natanz, dan telah berbicara dengan pejabat Iran tentang hal itu.

Badan ini tidak merinci lebih lanjut. Insiden  tersebut juga memperumit upaya AS, mitra keamanan utama Israel, untuk memasukkan kembali perjanjian nuklir, yang bertujuan membatasi program Teheran, sehingga Iran tidak dapat menciptakan senjata nuklir.

Ketika berita pemadaman muncul, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mendarat di Israel pada Minggu, untuk melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan Benny Gantz.

Listrik di Natanz terputus di seluruh fasilitas, yang terdiri dari bengkel di atas tanah,  dan ruang pengayaan bawah tanah, menurut juru bicara program nuklir sipil Behrouz Kamalvandi kepada stasiun televisi Pemerintah Iran, Channel 12 TV.

Hanya saja, Salehi  dalam wawancara,  tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di fasilitas tersebut.

Padahal, Natanz sudah tiga kali menjadi sasaran sabotase. Virus komputer Stuxnet ditemukan di fasilitas itu pada 2010, dan secara luas diyakini sebagai ciptaan bersama AS-Israel untuk  menghancurkan sentrifugal Iran di Natanz di tengah ketakutan Barat tentang program nuklir Teheran. 

Natanz mengalami ledakan misterius di pabrik perakitan sentrifus canggihnya pada Juli 2010. Insiden ini digambarkan oleh pihak berwenang sebagai sabotase.

Iran akhirnya  membangun kembali fasilitas itu,  jauh di dalam gunung terdekat. 

Israel, musuh bebuyutan regional Iran, dicurigai sebagai pelaku serangan itu, dan juga melancarkan serangan lainnya, ketika kekuatan dunia terus bernegosiasi dengan Teheran di Wina mengenai kesepakatan nuklirnya.

Iran  juga menyalahkan Israel atas pembunuhan seorang ilmuwan yang memulai program nuklir militer negara itu,  beberapa dekade sebelumnya. 

Kan, penyiar di Channel 12 TV mengatakan, Israel kemungkinan berada di balik serangan itu karena dikaitkan dengan dugaan yang sama atas Israel sebagai dalang serangan virus Stuxnet, satu dekade lalu.

Menurut Channel 12 TV mengutip para ahli, kemungkinan Iran akan menutup seluruh bagian fasilitas.  

Tidak ada laporan yang berdasarkan sumber atau penjelasan tentang bagaimana berita dari media ini sampai pada kesimpulan seperti itu.  

“Sulit bagi saya untuk percaya bahwa ini kebetulan,” kata Yoel Guzansky, seorang senior di Institut Studi Keamanan Nasional Tel Aviv, tentang pemadaman listrik pada Minggu.

"Jika seseorang bukan secara kebetulan, dan itu bagus melakukannya,  maka dia mencoba mengirim pesan lewat serangan itu, bahwa 'kami dapat membatasi kemajuan Iran'. 

Serangan ini diduga pula untuk mengirimkan pesan bahwa situs nuklir paling sensitif Iran ternyata dapat ditembus. 

Israel belum mengklaim tudingan sebagai pelaku tersebut, karena Israel sendiri tidak pernah membicarakan tentang operasi yang dilakukan oleh badan intelijen Mossad atau unit militer khusus.  

Netanyahu berulang kali menggambarkan Iran sebagai ancaman utama, yang berusaha mengatur Israel dalam beberapa pekan terakhir, bahkan saat dia berjuang mempertahankan jabatan setelah pemilihan, dan saat dituduh korupsi.

Dalam pertemuan dengan Austin pada Minggu, Gantz menyatakan, Israel memandang AS sebagai sekutu untuk melawan semua ancaman termasuk Iran. "

Teheran saat ini merupakan ancaman strategis untuk keamanan internasional, seluruh Timur Tengah, dan Israel," kata Gantz. "Kami akan bekerja secara erat dengan sekutu Amerika kami,  untuk memastikan bahwa setiap perjanjian baru dengan Iran akan mengamankan kepentingan vital dunia, mencegah perlombaan senjata berbahaya di wilayah kami, dan melindungi negara Israel." 

Insiden terakhir  diduga merupakan reaksi atas perkembangan pengayaan nukir  Iran.

Pada Sabtu, 10 April 2021, Iran mengumumkan telah meluncurkan rantai 164 sentrifugal IR-6 di pabrik. Para pejabat juga mulai menguji sentrifus IR-9, yang menurut mereka akan memperkaya uranium 50 kali lebih cepat daripada sentrifugal generasi pertama Iran, IR-1. Kesepakatan nuklir membatasi Iran untuk hanya menggunakan IR-1 untuk pengayaan.

Sejak mundurnya AS lewat Presiden Donald Trump dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, sejak itulah Teheran tak peduli lagi dengan tuntutan untuk membatasi cadangan uraniumnya.

Teheran telah  memperkaya uranumnya hingga 20 persen kemurnian atau tinggal selangkah lagi untuk menciptakan sebuah senjata nuklir ketika tingkat kemurniannya mencapai 90 persen. 

Padahal, Iran selama ini bersikeras kepada dunia internasional bahwa program nuklir hanya akan digunakan untuk tujuan damai. 

Pada Selasa, 6 April 2021, sebuah kapal kargo Iran,  yang disebut-sebut  berfungsi sebagai pangkalan terapung untuk pasukan Pengawal Revolusi Iran di lepas pantai Yaman,  dilanda ledakan.

Kemungkinan besar penyebabnya adalah ranjau limpet.  

Iran menyalahkan Israel atas ledakan itu. Serangan tersebut meningkatkan perang bayangan yang telah berlangsung lama di perairan Timur Tengah yang menargetkan pengiriman di wilayah itu.***

 

Sumber: The Associated Press

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler