Serangan Teroris Dituding Rekayasa, Lemkapi: Ngawur!

6 April 2021, 22:52 WIB
LEMKAPI BEREAKSI - Pihak Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) bereaksi keras atas kemunculan tudingan bahwa serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan serangan simpatisan teroris di Mabes Polri merupakan hasil rekayasa./FOTO ILUSTRASI: PIXABAY/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

JAKARTA, KALBAR TERKINI -   Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) bereaksi keras atas tudingan  bahwa serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan serangan simpatisan teroris di Mabes Polri merupakan hasil rekayasa.

Tudingan tersebut muncul dari pihak-pihak tertentu di tengah kerja keras Polri menangkap dan menindak terorisme di Indonesia. Serangan di Mabes Polri oleh Zakiah Aini, seorang  terduga simpatisan teroris pada Rabu, 31 Maret 2021, terjadi hanya selang dua hari  setelah serangan bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar di Kota Makasar, Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Tribrata News, Selasa, 6 April 2021,  Direktur Eksekutif Lemkapi Dr Edi Hasibuan menilai bahwa tudingan tersebut sebagai pemikiran yang ngawur. "Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan. Itu pemikiran yang ngawur. Mana mungkin teror bisa direkayasa?" kecamnya.

Hasibuan pun meminta masyarakat untuk tidak menyampaikan informasi yang menyesatkan karena dapat membingungkan masyarakat.   "Semua bukti sangat jelas. Korbannya juga sangat jelas. Peristiwanya juga sangat jelas. Mana mungkin polisi bisa merekayasa?" terang mantan anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini.  

Baca Juga: Muchsin, ternyata Mantan Teroris Aceh: Penjual Pistol ke Zakiah Aini

Baca Juga: IPW Desak Kapolri Usut Hilangnya BB Sabu 11 Kg

Baca Juga: Seorang Kakek Tega Tikam Mati Istrinya

Pihaknya mengajak masyarakat agar menyamakan pandangan, bahwa terorisme adalah musuh negara dan masyarakat. "Jangan kita biarkan teror terus bermunculan, dan menimbulkan ketakutan di masyarakat. Kami ajak semua masyarakat melawan teror, demi keamanan negeri kita,"  jelas pakar hukum kepolisian dari Universitas Bhayangkara Jakarta.

Selain itu, pihaknya juga menilai Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dan seluruh jajaran Polri telah bekerja keras melakukan penegakan hukum dalam aksi teror.   "Mari kita dukung dedikasi dan loyalitas Polri yang siang malam bekerja demi melindungi masyarakat dari berbagai ancaman teror," tambahnya.

Penangkapan di Jawa Tengah

Sementara itu,  pengembangan kasus terorisme masih terus dilakukan oleh pihak Polri. Untuk itu, tim Densus 88 Antiteror saat ini telah mengamankan enam terduga teroris di Provinsi Jawa Tengah. Mereka diamankan di beberapa daerah, antara lain Banyumas, Kudus, Klaten, hingga Semarang.

Sebelumnya, buntut dari penyerangan Mabes Polri oleh terduga seorang teroris yakni penangkapan tiga terduga teroris di Kabupaten Bandung, provinsi  Jawa Barat. Setelah dikembangangkan lebih lanjut, saat ini terjaring enam terduga teroris yang berhasil diringkus.  

"Terdapat enam orang warga Jawa Tengah yang sudah diamankan Densus 88,  pasca terjadinya serangan di Mabes Polri,  beberapa waktu lalu," terang Kapolda Jawa Tengah Irjen Ahmad Luthfi di Hotel Patra Jasa Semarang, Selasa ini.

Kapolda  Jateng menambahkan, enam orang tersebut diamankan karena diduga terlibat dalam kelompok lama dan baru. Di antaranya, kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dan Jamaah Islamiyah (JI).  

"Di antara mereka ini, ada yang tergabung dalam kelompok lama, dan kelompok baru. Intinya, saat ini semuanya masih dalam proses pendalaman lebih lanjut," terangnya.  

Sebagai informasi, salah seorang terduga teroris di Jawa Tengah yang telah diamankan, berinisial BS. Diketahui, BS adalah seorang pendakwah yang berafiliasi dalam kelompok JI. BS juga merupakan kakak mantan narapidana teroris bernama Gunawan atau yang lebih dikenal dengan nama Pak Wi.***

 

Sumber: Tribrata News

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis

Tags

Terkini

Terpopuler