Mayat-mayat ini menjadi objek penelitian terkait untuk memberikan wawasan tentang dekomposisi dalam berbagai kondisi untuk kasus- kasus forensik. Pengamatan dan catatan proses pembusukan disimpan, termasuk urutan dan kecepatan pembusukan, serta sejauh mana pengaruh dari aktivitas serangga.
Tahapan pembusukan manusia yang dipelajari, dimulai dengan tahap jenazah masih segar, kemudian tahap mengasapi, disusul pembusukan, dan terakhir, tahap jenazah mengering.
Lebih 100 jenazah disumbangkan ke fasilitas tersebut, setiap tahun.
Beberapa orang, sebelum meninggal, melakukan pra-registrasi. Enam puluh persen uang dari mereka, didonasikan untuk anggota keluarga. Lebih dari 1.300 orang telah memilih melakukan pra-daftar sendiri. Salah satu orang paling terkenal yangtelah menyumbangkan tubuhnya, adalah antropolog Grover Krantz, seperti sudah dikonfirmasikan oleh rekannya, David Hunt di Smithsonian.
Di Inggris Libatkan Militer
Di Inggris, sejumlah ilmuwan forensik bekerja sama dengan pihak militer untuk membuka peternakan tubuh pertamanya, sebuah situs bagi para peneliti untuk mempelajari pembusukan sisa-sisa manusia.
'Pertanian' ini juga dikenal sebagai fasilitas pemakaman forensik, atau taphonomy, sebuah disiplin ilmu forensik, terkait studi pembusukan dan fosilisasi. Dari lokasi inilah, dihasilkan berbagai data terkait kerusakan jaringan dan tulang manusia dalam kondisi terkendali seiiring terjadinya perubahan kimiawi di tanah, udara dan air di sekitar mayat untuk membantu penyidik kriminal dan forensik.
Para peneliti berpendapat, mayat-mayat ini menghasilkan informasi yang penting untuk investigasi kriminal yang tidak dapat diperoleh dari penelitian hewan.
Hanya saja, kalangan kritikus menyatakan, para ilmuwan ini adalah manusia yang begitu mengerikan.
Baca Juga: Dikabarkan Pensiun Sejak Akhir Februari, Begini Kondisi Emma Watson Sebenarnya