WASHINGTON, KALBAR TERKINI - Hingga Sabtu, 6 Maret 2021, lebih 20 ribu akun berbasis Microsoft di badan pemerintah dan organisasi yang berafiliasi dengan AS, Eropa dan Asia serta diduga juga di Indonesia, sedang dibobol oleh peretas (hacker).
Kendati Microsoft mengklaim, para peretas ini didukung Pemerintah Tiongkok, seorang juru bicara negara tersebut membantah tuduhan tersebut.Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Reuters, Sabtu, aksi peretasan ini menyasar banyak tempat dan semua kode telah tercemar. Aksi pertama diunduh dari SolarWinds Corp, sebuah perusahaan jantung peretasan massal yang terungkap pada Desember 2020.
Peretasan gelombang kedua atau yang paling baru ini telah membobol menghantam puluhan ribu organisasi baik badan usaha skala kecil, menengah, multinasional serta LSM di Asia, Eropa selain targetnya: AS. Pihak Microsoft menyatakan, peretasan masih berlanjut hingga Sabtu ini, meskipun pihaknya telah menambah tambahan piranti darurat.
Baca Juga: Susul Facebook, YouTube Hapus Saluran Militer Myanmar
Microsoft yang awalnya mengklaim bahwa peretasan ini dilakukan lewat 'serangan terbatas' dan 'bertarget,", kini menolak berkomentar tentang sejauh mana skala permasalahan itu. Namun Microsoft pada Sabtu ini hanya menegaskan, pihaknya sudah bekerja sama dengan badan pemerintah di AS dan perusahaan keamanan untuk membantu pelanggannya.
"Pelanggan yang terkena dampak harus menghubungi tim dukungan untuk bantuan dan sumber daya tambahan," tegas Microsoft.
Salah satu pemindaian perangkat yang terhubung menunjukkan, hanya 10 persen dari pengguna piranti Microsoft yang rentan diretas telah memasang tambalan pada Jumat lalu, meskipun kasus peretasan terus meningkat.
Baca Juga: Pesawat Iran Dibajak, Korps Pengawal Revolusi Islam Bergerak Cepat
Karena memasang piranti tambahan tidak menghilangkan celah masuk untuk peretasan, kini otoritas di AS sedang mencari cara untuk memberi tahu kepada semua korban dan memandu mereka untuk ikut memburu para peretas.