Facebook dan Departemen Kehakiman AS Berdamai

23 Juni 2022, 12:17 WIB
Pemilik perusahaan Metagroup, Anthony Cheng yang membandingkan logonya dengan Meta Facebook /mothership.sg

NEW YORK, KALBAR TERKINI - Meta Platforms dan Departemen Kehakiman AS akhirnya berdamai terkait gugatan departemen tersebut tentang iklan perumahan di Facebook yang dianggap diskriminatif.

Meta lewat Facebook dianggap melakukan diskriminasi oritmik yang melanggar Undang-undang Perumahan yang Adil.

Namun setelah tercapai kesepakatan maka Facebook akan tunduk pada persetujuan Departemen Kehakiman dan pengawasan pengadilan untuk penargetan iklan dan sistem pengirimannya.

Baca Juga: Facebook dan Meta Gagal Deteksi Ujaran Kebencian di Platformnya

Sebagai tindak lanjutnya, dilansir Kalbar-Terkini.com dari The Associated Press, Rabu, 22 Juni 2022, Facebook akan mengubah algoritme untuk mencegah iklan perumahan yang diskriminatif.

Perusahaan induknya juga akan tunduk pada pengawasan pengadilan untuk menyelesaikan gugatan yang diajukan oleh Departemen Kehakiman AS pada Selasa lalu.

Dalam rilisnya, pejabat Pemerintah AS menyatakan pihaknya telah mencapai kesepakatan dengan Meta Platforms Inc.

Sebelumnya dikenal sebagai Facebook Inc, untuk menyelesaikan gugatan yang diajukan secara bersamaan di pengadilan federal Manhattan.

Baca Juga: Korban Seksual Ungkap Kebejatan Pendetanya saat Kebaktian: AS Geger saat Tayang di Facebook

Pengacara AS Damian Williams menyebut gugatan itu 'terobosan', dan Asisten Jaksa Agung Kristen Clarke menyebutnya 'bersejarah'.

Ashley Settle, juru bicara Facebook, menegaskan dalam email bahwa perusahaannya sedang 'membangun metode pembelajaran mesin baru.

Ini akan mengubah cara iklan perumahan dikirimkan kepada orang-orang yang tinggal di AS di berbagai kelompok demografis.

Menurutnya, perusahaan akan memperluas metode barunya untuk iklan yang terkait dengan pekerjaan dan kredit di AS.

Baca Juga: Facebook Meta Diprediksi Terseok-seok pasca Mundurnya Sheryl Sandberg: Manusia paling Berdosa di Dunia

Sementara itu, Williams menegaskan bahwa teknologi Facebook di masa lalu telah melanggar Undang-undang Perumahan yang Adil secara online.

" Sama seperti ketika perusahaan terlibat dalam iklan diskriminatif dengan menggunakan metode periklanan yang lebih tradisional," ujarnya.

Sedangkan Clarke menegaskan, perusahaan seperti Meta memiliki tanggung jawab untuk memastikan alat algoritmik mereka tidak digunakan secara diskriminatif.

Menurut ketentuan penyelesaian, Facebook akan berhenti menggunakan alat iklan untuk iklan perumahan.

Alat ini, menurut pemerintah, facebook menggunakan algoritma diskriminatif untuk menemukan pengguna yang 'terlihat seperti' pengguna lain, berdasarkan karakteristik yang dilindungi oleh Undang-undang Perumahan yang Adil.

Pada 31 Desember 2022, Facebook harus berhenti menggunakan alat yang pernah disebut 'Pemirsa Serupa', yang bergantung pada algoritme yang menurut AS mendiskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya.

Facebook juga akan mengembangkan sistem baru selama setengah tahun ke depan.

Ini untuk mengatasi perbedaan ras dan lainnya yang disebabkan oleh penggunaan algoritma personalisasi dalam sistem pengirimannya untuk iklan perumahan.

Mnenurut Departemen Kehakiman AS, jika sistem baru tersebut tidak memadai maka kesepakatan penyelesaian dapat dihentikan.

Untuk per penyelesaian, Meta juga harus membayar denda lebih dari 115.000 dolar AS.

Pengumuman ini muncul setelah Facebook setuju pada Maret 2019 untuk merombak sistem penargetan iklanny.

Hal ini untuk mencegah diskriminasi dalam iklan perumahan, kredit, dan pekerjaan sebagai bagian dari penyelesaian hukum dengan kelompok termasuk American Civil Liberties Union, National Fair Housing Alliance, dan lainnya.

Perubahan yang diumumkan ini, kemudian dirancang agar pengiklan yang ingin menjalankan iklan perumahan, pekerjaan, atau kredit, tidak lagi diizinkan untuk menargetkan orang berdasarkan usia, jenis kelamin, atau kode pos.

Departemen Kehakiman AS menyatakan pada Selasa, penyelesaian pada 2019 telah mengurangi opsi penargetan.

Opsi ini berpotensi diskriminatif yang tersedia untuk pengiklan, tetapi gagal menyelesaikan masalah lain, termasuk pengiriman iklan perumahan yang diskriminatif Facebook melalui algoritme pembelajaran mesin.***

Sumber: The Associated Press

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: The Associated Press

Tags

Terkini

Terpopuler