Soeharto Miliki Andil Bangkitkan Teroris NII untuk Amankan Golkar

- 20 April 2022, 22:45 WIB
Bendera NII
Bendera NII /

DII di mata Soeharto adalah satu-satunya kelompok (radikal) yang masih ada di Indonesia, dengan sejarah pertempuran nyata dalam pelayanan negara Islam.

DI kemudian menarik semakin banyak anggota baru, seiring dengan meningkatnya penindasan oleh Orde Baru.

Di antaranya, lanjut Jones, adalah Abdullah Sungkar, pendiri JI dan sesama ulama Abu Bakar Ba' asyir.

"Satu pelajaran yang seharusnya dipelajari tetapi tidak bahwa kooptasi atau kemitraan dengan kelompok Islam radikal tidak pernah berjalan sesuai rencana dan biayanya selalu melebihi manfaatnya," katanya.

Tindakan keras pemerintah terhadap DI/NII terjadi di seluruh Jawa pada 1970-an dan 80-an, yang berujung pada penangkapan hampir seluruh pimpinan senior DI.

Satu aspek khusus dari penangkapan ini menonjol: Banyak dari mereka yang ditangkap memiliki anak laki-laki, yang dua puluh tahun kemudian muncul sebagai pemimpin JI, dan atau peserta aktif dalam operasi jihad.

Misalnya, lanjut Jones, empat pimpinan DI yang ditangkap selama satu periode adalah Haji Faleh dan Achmad Husein dari Kudus; Muhammad Zainuri dari Madiun; dan Bukhori dari Magetan.

Putra Haji Faleh, Abu Rusdan, menjadi juru kunci JI atau amir, setelah Abu Bakar Ba'asyir ditangkap pada 2002, meskipun dia tidak pernah terlibat dalam kekerasan.

Salah satu putra Achmad Husein, Taufik Ahmad alias Abu Arina, menjadi pemimpin JI Jawa Tengah. Putra Zainuri, Fathurrahman al-Ghozi, terbunuh di Mindanao, Filipina pada 2003, dan terlibat dalam pengeboman JI di Jakarta dan Manila.

Anak bungsunya, Ahmad Rofiq Ridho alias Ali Zein, ditangkap terkait dengan Noordin Top. Putra Bukhori, Lutfi Haedaroh alias Ubeid, juga ditangkap untuk kedua kalinya, sehubungan dengan kamp pelatihan jihad di Aceh.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: International Crisis Croup


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah