AROMA KEBANGKITAN NII! Densus 88 Antiteror Temukan 77 Anak Asal Sumbar Dibaiat di Tangerang Selatan

16 April 2022, 09:45 WIB
Bendera NII /

KALBAR TERKINI - Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri menemukan fakta baru terkait 77 anak usia 13 tahun yang dicuci otak dan baiat ke Negara Islam Indonesia (NII).

Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops) Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengatakan, puluhan anak yang baiat ke NII Berasal dari Sumatera Barat (Sumbar).

"Anak-anak tersebut semuanya dari Sumbar," kata Aswin saat dikonfirmasi wartawan, Jumat 15 April 2022.

Baca Juga: Lima Terduga Teroris Diamankan di Wilayah Tangerang Selatan, Mabes Polri: Terkait Jaringan Negara Islam NII

Lebih lanjut, Aswin menerangkan metode cuci otak yang dilakukan terhadap 77 anak itu telah berlangsung sejak lama.

Kendati begitu, ia tidak menjelaskan secara rinci kapan dimulainya metode tersebut.

"Metode ini sudah berlangsung lama karena di antara para tersangka ada yang telah bergabung sejak masih kecil," jelasnya.

Baca Juga: Jamaah Islamiyah Gagal Adu Domba Singapura-Malaysia, Di Indonesia, Terus Dilibas Densus 88

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri meringkus lima tersangka teroris yang merupakan jaringan NII di Tangerang Selatan pada Minggu 3 April 2022.

Kemudian pada Jumat (25/3/2022) Densus 88 kembali menangkap 16 tersangka terorisme di wilayah Sumatera Barat (Sumbar) yang merupakan kelompok jaringan NII.

Dalam pendalamannya, Densus 88 kemudian menemukan 77 anak di bawah 13 tahun yang dicuci otak dan dibaiat kepada kelompok jaringan Negara Islam Indonesia (NII).

Baca Juga: Kader Partai Umat Dibekuk Densus 88 Terkait Terorisme, Polri: Penanganan Tidak Melihat Latar Belakang Sosial

Proses perekrutan anggota NII digelar secara terstruktur, khususnya bagi yang akan diangkat menjadi pengurus atau pejabat.

Tidak hanya itu, perekrutan anggota NII juga dilakukan tanpa memandang jenis kelamin dan batas usia.

Sekilas Sejarah Berdirinya NII

Kartosuwiryo, Biodata Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, seorang tokoh tinggi dalam pemberontakan Darul Islam. Dok PR

Dikutip Chanel YouTube Historical Indonesia. Negara Islam Indonesia (NII) adalah negara yang berdasarkan syariat Islam, didirikan Sekarmaji Marijan Kartosuwirjo.

Baca Juga: Ditangkap karena Hadiri Baiat ISIS di 3 Tempat, Munarman Sempat Melawan Densus 88 di Rumahnya

NII juga dikenal juga Darul Islam (DI) diproklamasikan di Cisayong Tasikmalaya Jawa Barat pada 7 Agustus 1949.

Waktu itu, kekosongan Jawa Barat yang ditinggalkan pasukan Siliwangi hijrah ke Jogjakarta, dimanfaatkan Kartosuwirjo melancarkan niatnya memisahkan diri dari pangkuan Republik Indonesia.

Dia mendirikan Negara Islam Indonesia atau NII.

Konsep negara pembentukan Kartosuwirjo yang merupakan aktivis partai Syarekat Islam Indonesia itu berbeda dengan konsep Negara Republik Indonesia yang telah diproklamasikan dengan dasar negara Pancasila.

Di NII tidak ada idelogi lain, selain penegakan syariat islam.

Kartosuwirjo membentuk kesatuan tentara yang disebut Tentara Islam Indonesia (TII) yang terdiri dari pasukan Hizbullah dan Fisyabillilah yang sudah ada sejak zaman Jepang.

Terbentuknya TII, Kartosuwirjo leluasa melancarkan aksi propaganda seputar NII-nya maupun aksi-aksi terornya.

Warga yang anti DI/TII, dibunuh, bahkan kekuatan DI/TII di tahun 1950 semakin meningkat, hampir setara dengan Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Selama peperangan dengan TNI, pasukan DI/TII terus bergerilya di hutan hutan.

Hal itu berdampak sangat buruk bagi rakyat Jawa Barat.

Aksi pembunuhan dan perampokan harta benda milik rakyat guna mencukupi hidup selama perang gerilya.

Akibat aksinya itu, mayoritas rakyat Jawa Barat tidak mendukung gerakan DI/TII, malah membantu TNI dalam penumpas pemberontak DI/TII yaitu gerakan operasi militer Barata Yuda yang dikenal dengan operasi Pagar Betis.

Pada 6 Juni 1962, Kompi C Batalion 328 Kujang 2 dibawah pimpinan Letda Suhanda, bergerak mengikuti jejak ke arah kawah Kamojang Garut yang diyakini sebagai jejak gerombolan DI/TII bersembunyi.

Diatas ketinggian yang gelap penuh pepohonan di gunung Geuber Majalaya Kabupaten Bandung, baku tembak terjadi.

Sersan Ara Suhara terus bergerak mendekati sebuah gubuk yang ternyata didalamnya Kartosuwirjo.

Dia ditangkap dalam keadaan hidup, dan selanjutnya dijatuhi hukuman mati pada 5 September 1962.***

Editor: Slamet Bowo SBS

Sumber: PMJ News Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler