“Di hari ke 28 Ramadan ini istri sudah menyiapkan bahan-bahan untuk membuat lontong, rendang dan sate.
Kami juga buat kue kering putri salju dan nastar, lumayanlah untuk obati rindu.
Terkadang untuk menu buka puasa, istri juga membuat kue-kue kampung khas Pontianak seperti dadar gulung, nagasari.” tambahnya.
Tahun lalu mereka hanya merayakan Idul Fitri hanya dengan membeli makanan cepat saji karena masih dalam suasana Lockdown.
“Tahun ini berbeda dari dua tahun sebelumnya.
Karena sudah tidak ada lockdown, meskipun masih zona orange tapi kami sudah diperbolehkan untuk keluar rumah dan sholat berjamaan.
Biasanya Himpunan Umat Muslim Indonesia Auckland (HUMIA) yang mengadakan sholat Ied berjamaah.
Mereka sewa gedung dan mendatangkan imam khusus dari Indonesia.
Setelah sholat, kami biasanya santap makanan lebaran khas Indonesia dan keliling berlebaran dari rumah ke rumah,” Ujar Arif yang saat ini sedang menunggu jadwal wisuda di Auckland University tersebut.***