Otoritas Harus Cermati Kearifan Lokal Masyarakat Dayak Buka Lahan

- 9 April 2021, 21:33 WIB
KARHUTLA -  Pemadam karhutla di kalbar. Menurut Gubernur Sutarmidji,  api di lahan gambut sangat sulit di padamkan, dan  karhutla cenderung akibat ulah manusia. Pada 2019, terdapat 157 titik api di lahan perkebunan. Kebakaran di Kalbar disebutnya selalu terjadi di batas-batas pemukiman yang belum dilakukan penanaman./FOTO & CAPTION: CORNELIS OKTAVIAUS/
KARHUTLA - Pemadam karhutla di kalbar. Menurut Gubernur Sutarmidji, api di lahan gambut sangat sulit di padamkan, dan karhutla cenderung akibat ulah manusia. Pada 2019, terdapat 157 titik api di lahan perkebunan. Kebakaran di Kalbar disebutnya selalu terjadi di batas-batas pemukiman yang belum dilakukan penanaman./FOTO & CAPTION: CORNELIS OKTAVIAUS/ /KALBAR TERKINI/OKTAVIANUS CORNELIS

PONTIANAK, KALBAR TERKINI - Otoritas terkait di Kalimantan Barat  diharapkan bijak mencermati  kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla).  Sebab dalam banyak kasus, karhutla terjadi akibat pembakaran lahan yang cenderung tidak sesuai kearifan lokal  untuk perkebunan-perkebunan besar.

Adapun pembakaran lahan untuk membuka ladang oleh masyarakat Suku Dayak, dilakukan dalam musim-musim  tertentu berdasarkan kearifan  lokal. Upaya ini semata untuk memenuhi kebutuhan hidup terutama sebagai petani.  Dikutip Kalbar-Terkini.com dari Jurnal Untan (Universitas Negeri Tanjungpura) edisi tahun 2017 volume V bertajuk Jurnal Hutan Lestari, leluhur masyarakat  Dayak sudah mengajarkan kiat-kiat khusus dalam membakar hutan untuk membuka ladang.

Kiat ini  adalah melokalisir api  selama pembakaran hutan. Pembakaran hanya di titik tertentu yang bakal dijadikan ladang atau perkebunan. Hal ini disesuaikan dengan karakter tanah di Kalbar yang gampang terbakar karena jenis  lahan gambut.  

Usai melakukan ritual adat,  proses membakar lahan dilakukan oleh tenaga pembantu berjumlah lima-enam orang. Jika lahan yang akan digarap berukuran besar, maka tenaga yang dibutuhkan mencapai delapan orang.

Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal di Usia 99 Tahun, Berikut Perjalanan Duke of Edinburgh

Baca Juga: Materi Kutbah Jumat Minggu ini, Marhaban ya Ramadhan Bulan Penuh Ampunan

Baca Juga: Buyil, 'Penunggu ' Taman Buaya masih Pimpin Forum Wartawan Hiburan

Alat-alat yang digunakan selama pengendalian api, berupa air dan dedaunan kayu yang masih muda. Setiap sisi lahan diberi batasan api, berupa batang kayu hidup yang baru ditebang, sehingga  menahan api agar tidak merambat ke tempat lain.  Hal ini karena  batang kayu yang masih hidup, diyakini dapat menahan api lantaran masih memiliki kandungan air air yang cukup banyak di bagian batang sehingga tidak mudah terbakar.  

Batang kayu yang masih hidup tersebut, tidak hanya sebagai penahan api, melainkan  juga sebagai pembatas antara ladang yang satu dengan ladang lainnya.  Ketika api dalam proses pembakaran, pembakar ladang harus pandai melihat arah angin sehingga api  dapat dikendalikan.

Halaman:

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x