Dilakukan dengan cara memberikan edukasi kepada para penggarap yang membuka lahannya dengan cara pembakaran.
"Mereka mengimbau, jika cara tradisional yang dilakukan tersebut sangat berpotensi terhadap terjadinya bencana kebakaran,” ujar Kepala Penerangan (Kapen) Lanud Supadio, Letkol Sus MH Deni Abdullah, S.Ag.
“Bahaya Karhutla melahirkan ada kabut, yang jelas mengganggu semua aktivitas kehidupan,” paparnya.
Diharapkan, lanjutnya, dengan edukasi yang sering disampaikan, dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat sekaligus menjadi solusi, khususnya dalam teknik pembukaan lahan pertanian dan perkebunan yang lebih baik.
"Tentunya tanpa menimbulkan bencana lanjutan, serta meningkatkan hasil produksi pertanian maupun perkebunan," paparnya.
Melaui sosialisasi yang masif, ujar Letkol Sus MH Deni, maka setidaknya meminimalisir atau bahkan menghilangkan kebiasaan masyarakat, karena ada ancaman sanksi hukum kepada pelanggar perusak ekosistem.
"Hal ini akan lebih ditekankan kembali, karena bukan sekedar peran sinergitasTNI-Polri saja, namun juga seluruh elemen pemerintah setempat, tokoh masyarakat, tokoh adat ,dan tokoh agama, agar lebih memperhatikan pentingnya lingkungan yang sehat bebas dari kabut asap," kata Letkol Sus MH Deni.
Untuk itu, ujarnya, Babinpotdirga Lanud Supadio, terus berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat melalui peningkatkan produktifitas dan kinerja dari biddang pertanian dan perkebunan, terutama dengan mensosialisasi teknik menggarap lahan, menurut prosedur pertanian, yangt ramah lingkungan.