Rusia Siapkan Skenario Nuklir, Drobinin: Akibat 'Kebijakan' AS!

- 5 Agustus 2022, 16:32 WIB
Ilustrasi rudal nuklir Rusia
Ilustrasi rudal nuklir Rusia /The Daily Beast

KALBAR TERKINI - Diplomat senior Rusia Alexey Drobinin menegaskan kebijakan AS telah memaksa Rusia dan kekuatan dunia lainnya untuk menghidupkan kembali rencana perang nuklir mereka.

Demikian pernyataan Drobinin yang juga Kepala Departemen Perencanaan Kebijakan Luar Negeri Kementerian Luar Negeri Rusia, dalam sebuah artikel di Majalah Mezhdunarodnaya Zhizn (International Life), Rabu, 3 Agustus 2022.

“Dibangun oleh generasi negosiator, kerangka kerja untuk kontrol senjata dan pelestarian stabilitas strategis sekarang sedang dibongkar atas dorongan AS," tulisnya.

Baca Juga: Rusia Buka Kembali Beryozka, Toko Bebas Bea Legendaris dari Era Soviet

Menurut Drobinin, AS telah menurunkan ambang batas serangan pertama dalam doktrin militernya.

Faktor-faktor ini dan lainnya lagi-lagi membawa skenario konflik paling berbahaya antara kekuatan nuklir, yang penuh dengan konsekuensi bencana, kembali ke pandangan para perencana militer.

Namun demikian, tambah Drobinin, munculnya tatanan dunia multipolar di mana Rusia terlibat secara aktif, akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih aman.

"Kecuali jika Barat memilih untuk ikut campur. Semua orang akan mendapat manfaat dari multipolaritas dan deglobalisasi, asalkan tidak ada yang mengganggu jalannya fenomena objektif ini,” lanjut Drobinin.

Baca Juga: SpaceX Bawa Astronot AS dan Rusia ke ISS: Perang di Bumi, Damai di Luar Angkasa

“Apa yang sangat penting di sini adalah bagaimana pendirian politik Amerika Utara dan Eropa Barat memilih untuk berperilaku," lanjutnya.

"...kecuali," katanya lagi: "Mereka mampu menekan rasa sakit yang mereka rasakan karena kehilangan kekuasaan mereka atas dunia, betapapun dapat dimengerti rasa sakit itu."

" ...dan berhenti 'mengambil pistol' setiap kali diplomasi pasien dilakukan," tambahnya.

"Inilah tren yang mengkhawatirkan tentang semakin pentingnya kekuatan dalam urusan internasional yang tidak hanya akan bertahan, tetapi juga meningkat," ”tulis Drobinin.

Pada Senin, 1 Agustus 2022. masalah nukir juga dinyatakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, dalam sebuah suratnya kepada peserta Konferensi Peninjauan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT) X.

Baca Juga: Rusia Kurangi Migasnya, Eropa kian Terancam Mati Kelaparan dan Kedinginan!

Putin menegaskan bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir, dan itu tidak boleh dibiarkan terjadi.

New START tetap penting sebagai satu-satunya perjanjian kontrol senjata utama antara Moskow dan Washington, yang masih berlaku.

Pada awal 2021, kesepakatan itu di ambang kedaluwarsa, tetapi akhirnya diselamatkan, tak lama setelah pelantikan Joe Biden Biden sebagai Presiden AS.

Baca Juga: Moskow Targetkan Kuasai Ukraina Timur Demi Bebaskan Warga Keturunan Rusia!

Ketika itu, menurut Putin, Washington akhirnya menyetujui seruan Moskow untuk memperpanjang kesepakatan tersebut tanpa prasyarat apa pun, yang .
berakhir pada 2026.

Biden telah meminta Putin untuk merundingkan kesepakatan pengendalian senjata baru yang berpotensi menggantikan perjanjian New Start.

Putin pun dalam suratnya kepada peserta konferensi tersebut menjawab permintaan Biden.

Menurutnya, Rusia secara konsisten mengikuti surat dan semangat Perjanjian. Kewajiban Rusia di bawah perjanjian bilateral dengan AS tentang pengurangan dan pembatasan senjata yang relevan, juga telah dipenuhi sepenuhnya.

Putin menambahkan bahwa Moskow percaya bahwa 'tidak ada pemenang dalam perang nuklir, dan itu tidak boleh dilepaskan'.

Menurut Putin, Rusia percaya bahwa semua negara yang mengikuti aturan NPT harus memiliki akses ke penggunaan energi nuklir secara damai, tanpa syarat apa pun.

“Kami siap untuk berbagi pengalaman kami di bidang energi atom dengan mitra kami,” tambahnya.


Sebelumnya, maish pada hari yang sama, Biden mengeluarkan pernyataannya menjelang konferensi NPT.

Biden menyerukan Rusia untuk terlibat dalam pembicaraan untuk menghasilkan perjanjian kontrol senjata baru untuk menggantikan perjanjian START Baru, yang akan berakhir pada 2026.

Pada saat yang sama, Biden menuduh Moskow 'menghancurkan perdamaian di Eropa' lewat 'operasi militer' yang berlangsung di Ukraina.

“Negosiasi membutuhkan mitra yang bersedia beroperasi dengan itikad baik,” kata Biden.

“Dalam konteks ini, Rusia harus menunjukkan bahwa mereka siap untuk melanjutkan pekerjaan pengendalian senjata nuklir dengan Amerika Serikat," ujarnya.

Penanda New START tetap menjadi satu-satunya perjanjian pengendalian senjata utama antara Moskow dan Washington yang masih tersisa.

Kesepakatan itu di ambang kehancuran pada awal 2021, ketika perjanjian tersebut segera akan berakhir.

Itu akhirnya diselamatkan tak lama setelah pelantikan Biden, ketika Washington akhirnya menyetujui seruan berulang-ulang Moskow untuk memperpanjang kesepakatan tanpa prasyarat apa pun.***

Sumber: Russia Today

Editor: Arthurio Oktavianus Arthadiputra

Sumber: Russia Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x