Secara teknis, mudah untuk mencegat rudal balistik dalam fase dorongan, karena rudal masih dekat dengan tanah, dan berakselerasi.
Tetapi, sulit untuk mendekati lokasi peluncuran yang biasanya jauh di wilayah musuh.
Dalam fase terminal, intersepsi juga menantang karena kecepatan rudal selam sangat tinggi, catat para analis.
Negara-negara lain sedang mengembangkan rudal hipersonik dengan peluncur gelombang, yang dapat menyesuaikan lintasan di tengah penerbangan, ketika memasuki kembali atmosfer.
Posisi ini membuat intersepsi terminal menjadi lebih sulit, dan intersepsi di tengah jalan menjadi lebih penting, menurut para analis.
Sistem rudal antibalistik mid-course, terdiri dari dua bagian, booster dan pencegat sebagai hulu ledaknya, yang bergerak untuk mencegat rudal balistik dalam fase kedua penerbangannya.
Dalam fase ini, rudal melakukan perjalanan di luar atmosfer, menurut seorang ahli yang akrab dengan teknologi kepada Global Times dengan syarat anonim.
Salah satu tantangan utama untuk sistem rudal antibalistik mid-course, adalah miniaturisasi hulu ledak.
Ini membuatnya cukup ringan, tanpa mengurangi presisi penerbangan serta sensitivitasnya, menurut pakar tersebut.
Ditambahkan bahwa lebih disukai menggunakan roket pembakaran cepat sebagai booster untuk sistem, sehingga dapat mengirim rudal antibalistik ke atmosfer secepat mungkin.