Ketika jaringan rudal Barat menekan kawasan Asia-Pasifik, China perlu mengembangkan sistem rudal antibalistik serta senjata jangkauan jauh, seperti kapal induk dan rudal hipersonik untuk mempertahankan diri.
Jika AS berhasil mengerahkan rudal jarak menengah di dekat China, itu berarti China tidak hanya akan menghadapi lebih banyak ancaman rudal, tetapi juga lebih banyak ketidakpastian.
"Jika rudal AS dikerahkan di beberapa lokasi di sepanjang rantai pulau, maka akan lebih sulit untuk memprediksi dari mana rudal itu berasal," kata Wang.
"Itulah mengapa China membutuhkan tombak dan perisai. Bila diperlukan, China harus dapat menggunakan kemampuan serangan jarak jauhnya, dan menghancurkan posisi rudal tersebut," tambahnya.
China juga harus menggunakan sistem pertahanan rudal untuk mencegat mereka yang telah terbang ke udara," lanjut Wang.
China baru saja meluncurkan kapal induk ketiganya, Fujian, Jumat lalu, dan memamerkan rudal hipersonik DF-17 di parade militer Hari Nasional 2019.
Jika rudal AS dikerahkan di depan pintu China, mereka kemungkinan menjadi target senjata China, jika mereka membidik China, menurut para analis.
China sudah memiliki keunggulan militer atas AS di ambang pintu China.
Pengembangan pertahanan nasional lebih lanjut diperlukan untuk mencegah AS, dan menurunkan korban jika terjadi konflik, menurut para analis.
China mengikuti strategi pertahanan nasional yang bersifat defensif, sehingga tombak dan perisai yang dikembangkannya ditujukan untuk menjaga kedaulatan nasional.