Perang Nuklir Rusia vs AS, Perang Akhir Zaman yang tak Terjadi karena Sama-sama Takut?

- 19 Februari 2022, 10:14 WIB
Rusia Siap Perang, Puluhan Kapal Laut Kumpul di Laut Hitam. Namun perang antara Rusia melawan AS tampaknya tidak akan benar-benar terjadi
Rusia Siap Perang, Puluhan Kapal Laut Kumpul di Laut Hitam. Namun perang antara Rusia melawan AS tampaknya tidak akan benar-benar terjadi /Ilustrasi/Pixabay

KALBAR TERKINI - Perang Nuklir Rusia vs AS, Perang Akhir Zaman yang tak Terjadi karena Sama-sama Takut?

Tidak mudah bagi AS untuk menenangkan perang melawan Rusia jika Krisis Ukraina berlanjut menjadi titik panas meletusnya Perang Dunia (PD) III.

Dibandingkan Rusia, AS jauh lebih kaya daripada Rusia, dan AS telah menghabiskan lebih banyak dana untuk membangun militernya.

Baca Juga: Ngeri! China Merapat ke Krisis Ukraina, Mendagri Wang Wenbin Menggertak AS: Jangan Main-main dengan Rusia!

Gelagat peperangan antara kedua negara ini sudah kentara di era Presiden AS Barrack Obama pada 2015.

Sejarah PD I sendiri telah membuktikan bahwa konflik berdarah yang besar, bisa dimulai dengan pertempuran kecil, terutama di Eropa Timur.

Beginilah setidaknya salah satu prediksi bahwa Krisis Ukraina, suatu negara kecil, akan memicu PD III, dengan melibatkan semua senjata tercanggih, bukan lagi jenis konvensional seperti PD II apalagi PD I.

Baca Juga: Putin Tuding Orang Rusia di Ukraina Alami Genosida, Moskow segera Balas Dendam!

Gelagat perang antara AS dan Rusia ini, misalnya, sudah diprediksi lewat ulasan yang dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Week, 9 Januari 2015.

Hanya saja, sejak 2015 itu, diprediksi bahwa sangat tipis kemungkinan AS dan Rusia akan bentrok secara militer atas invasi Moskow ke Ukraina.

Sebab, Ukraina yang dewasa ini ngotot menjadi anggota NATO, bukan anggota dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Baca Juga: Ukraina Identik dengan Martabat Rusia: Merasa Ditampar AS, Moskow Rela Bertaruh Nyawa!

Tetapi, banyak negara tetangga Ukraina adalah anggota NATO, termasuk Polandia, Rumania, Slovakia, dan Hongaria.

Begitu juga negara-negara Baltik, yakni Lituania, Latvia, dan Estonia, yang letaknya lebih jauh ke utara dan kanan di perbatasan Rusia.

Jika salah satu dari negara-negara itu datang membantu Ukraina, dan menemukan diri mereka dalam perang dengan Rusia, maka NATO berkewajiban untuk campur tangan.

Baca Juga: Rusia sudah Arahkan Persenjataan ke Ukraina, AS Malah Mulai Curiga Pemimpin Prancis dan Jerman Membelot

Hal itu juga benar. Jika Rusia datang dengan dalih menyerang salah satu negara itu, sepertinya tidak mungkin.

Masih dari analisis The Week, sekali lagi, AS dan Rusia hampir pasti tidak akan menyerang Ukraina. Tapi bagaimana jika mereka melakukannya?

Kendati jauh lebih kaya daripada Rusia dan menghabiskan lebih banyak untuk militernya, tidak berarti perang akan mudah bagi AS untuk menang, bahkan menjamin kemenangan.

Baca Juga: Rusia sudah Arahkan Persenjataan ke Ukraina, AS Malah Mulai Curiga Pemimpin Prancis dan Jerman Membelot

Seperti Napoleon Bonaparte dari Prancis dan Adolf Hitler dari Jerman telah belajar dengan cara yang sulit, maka Rusia akan berkorban banyak untuk memenangkan perang, terutama di kandang sendiri.

Jadi, seperti apa perang antara AS dan Rusia? Berikut beberapa skenario, dari mengerikan hingga hanya buruk:

Armagedon Nuklir

Bahkan, dengan perlucutan senjata nuklir timbal balik yang lambat sejak akhir Perang Dingin, AS dan Rusia masing-masing memiliki ribuan hulu ledak nuklir yang siap.

Baca Juga: Deplu Ukraina Kuatir AS Jatuhkan Moral Rakyatnya terkait Serangan Dadakan Rusia

Seperti yang dicatat Eugene Chow pada awal 2015, misalnya, seluruh persediaan rudal balistik antarbenua (ICBM) milik AS sebanyak 448 aktif yang pada dasarnya ditujukan tepat ke Rusia.

Ratusan ICBM Rusia mungkin akan membalas.

Pada 2015 saja, AS memiliki sekitar 7.700 hulu ledak nuklir, termasuk 1.950 hulu ledak yang siap digunakan melalui ICBM, kapal selam, dan pesawat terbang, ditambah ribuan lagi dalam kapur barus atau menunggu untuk dibongkar, menurut penghitungan Federasi Ilmuwan Amerika.

Sementara Rusia memiliki sedikit lebih banyak hulu ledak secara keseluruhan, sekitar 8.500, tetapi lebih sedikit yakni 1.800 di antaranya yang beroperasi.

Baca Juga: Rusia Berang AS Timbulkan Kepanikan, Putin: Spekulasi, Provokatif, bisa Timbulkan Konflik!

Masih data 2015, China pun sebagai perbandingan, memiliki sekitar 250 hulu ledak nuklir, sedikit lebih sedikit dari Prancis (300), dan sedikit lebih banyak dari Inggris (225).

Kendati begitu, perang nuklir dengan Rusia masih saling menjamin kehancuran.

Perang Konvensional di Eropa Timur Ini adalah skenario lain, yang tidak pernah terjadi dalam Perang Dingin.

Kemungkinan, skenario satu (Armagedon nuklir) membuat skenario ini hampir tidak mungkin terjadi.

Baca Juga: Rusia Berang AS Timbulkan Kepanikan, Putin: Spekulasi, Provokatif, bisa Timbulkan Konflik!

Tapi, jika mengasumsikan hipotesis dari pecahnya perang AS-Rusia di Ukraina, maka pasukan NATO lainnya melengkapi semua senjata maut itu di pasukan, kapal, dan pesawat AS.

Tidak seperti di Asia-Pasifik, di mana AS membuat China tetap terkendali (dan sebaliknya, seperti yang dijelaskan Eugene Chow) hingga 2015, NATO memberi ASsuatu aliansi militer yang kuat yang dibentuk khusus untuk menghadapi Soviet Rusia.

Dinamika pertama adalah bahwa Rusia akan memiliki keuntungan di lapangan sendiri: Angkatan Laut Rusia telah lama menyebut Krimea sebagai rumahnya.

Pasukan apa pun yang belum dimiliki Rusia di Ukraina, berada tepat di sebelahnya, satu perbatasan melintasi jauhnya.

Titik awal besar lainnya, adalah jika AS dan sekutu NATO-nya mengepung Rusia secara efektif.

Menurut perhitungan publiknya sendiri, AS memiliki 598 fasilitas militer di 40 negara, bersama dengan 4.461 pangkalan di AS dan wilayah AS.

Seiring dengan sejumlah besar pangkalannya di Jerman, AS memiliki instalasi militer besar di Qatar dan atol Diego Garcia di selatan Rusia, Jepang dan Korea Selatan di timurnya.

Selain itu, NATO memiliki pangkalan di sekitar batas barat Rusia dan di Turki, tepat di seberang Laut Hitam dari Ukraina.

Bagaimana dengan Rusia? "Mereka hadir di Kuba, lebih sebagai stasiun perjalanan daripada pangkalan," kata profesor NYU Mark Galeotti kepada The Washington Post.

Rusia juga memiliki pangkalan angkatan laut di Tartus, Suriah. Tetapi sebaliknya, Rusia tidak memiliki pangkalan di luar bekas Uni Soviet.

Rusia memiliki sekitar 845.000 tentara tugas aktif, dengan sebanyak 2,5 juta lebih sebagai cadangan.

Namun, Galeotti tidak terlalu terkesan. "Militer Rusia cukup kompeten," katanya kepada The Washington Post.

"Ini bukan di level militer Amerika atau Inggris atau Jerman, tapi lebih baik dari tahun 1990-an.

Pasukan Rusia, terutama pasukan khusus Spetsnaz, baik dalam menggertak tetangga kecil," ujarnya,

"Tetapi, itu tidak akan efektif untuk melawan NATO. Itu juga tidak akan mampu mengalahkan China." kata Galeotti.

Sebagai kekuatan perang di laut Hitam, armada Rusia dinilainya tidak terlalu mengesankan.

Kapal utama Rusia, pada dasarnya dibangun untuk melawan kapal lain, dan hanya berguna dalam pertempuran laut.

Ada Moskva, kapal penjelajah rudal berpemandu yang sudah tua; sebuah kapal penjelajah perang anti-kapal selam yang besar, sangat kuno.

Juga terdapat kapal perusak dan dua fregat, yang lebih serbaguna, kapal pendarat, dan kapal selam serang diesel.

"Ini bukan kekuatan yang sangat kuat. Angkatan Laut Italia sendiri dapat dengan mudah menghancurkannya.," tulis The Washington Post.

Sementara itu, AS memiliki 1,4 juta tentara tugas aktif militer dan 850.000 cadangan, tetapi tidak bisa begitu saja melawan Rusia. Harus ada yang dapat mempertahankan 598 pangkalan itu di seluruh dunia, serta membela AS.

Sedangkan Pasukan Respons NATO (NRF), yang mungkin akan menjadi unit bersenjata pertama yang menyerang Rusia, memiliki 13.000 tentara yang siap, dan ribuan lainnya sebagai cadangan.

Jika Rusia akan memiliki keuntungan di laut – Sevastopol adalah pelabuhan asalnya, dan AS/NATO harus mengusir angkatan lautnya – maka AS akan memiliki keunggulan di langit.

Pengamat militer Charles Clover menambahkan, pesawat AS memiliki radar, rudal, dan peralatan perang elektronik yang lebih baik.

Sementara pesawat Rusia dinilainya memiliki penanganan yang unggul dan rasio dorong-ke-berat, yang akan memberi keunggulan dalam pertempuran udara klasik.

Tapi, pertempuran udara klasik setidaknya setua dalam film Top Gun, menurut analis pertahanan Rusia, Ruslan Pukhov kepada FT.

"Sejak masa Soviet, kami tertinggal di belakang AS dalam penerbangan militer," akunya.

Karena kesenjangan itu, tambahnya, perencana militer Soviet dan Rusia telah banyak berinvestasi dalam sistem pertahanan udara, dan sistem S-300 dan S-400 adalah yang terbaik di dunia.

"Ini seperti tinju," kata Pukhov. “Jika Anda memiliki lengan kanan yang lemah, Anda perlu mengimbanginya dengan lengan kiri yang kuat."

"Ahli strategi Soviet menutupi kelemahan dalam penerbangan dengan berinvestasi besar-besaran dalam sistem pertahanan udara," tambahnya.

Perang AS-Rusia mungkin tidak akan berakhir imbang, tetapi itu akan menjadi kekacauan berdarah.

Situs Global Firepower pada 2015, misalnya, menempatkan AS sebagai militer konvensional paling kuat di dunia, dan itu tanpa NATO

Tetapi Rusia berada di urutan kedua. Ini berbeda dengan penilaian Galeotti.

Jika melihat daftar aset militer, AS mengalahkan Rusia di hampir setiap kategori di mana Rusia hanya memiliki lebih banyak tank, artileri darat, dan kapal perang ranjau.

Ada kartu liar, meskipun sejak 2010, militer AS dan Rusia bekerja sama, termasuk terlibat dalam latihan militer bersama.

Tidak seperti di masa Soviet, atau bahkan dekade 1990-an, komandan militer AS dan Rusia saling mengenal dan akrab dengan persenjataan dan strategi satu sama lain.

Sempat ada 'upaya kerjasama yang sangat kuat antara militer Rusia dan AS, sebagaimana dinyatakan pada 2015 oleh Laksamana Muda Mark C Montgomery, wakil direktur untuk rencana, kebijakan, dan strategi di Komando Eropa AS (EUCOM) dalam Foreign Policy pada 2012.

Ketika itu, perwira Rusia berada di markas NORAD. di Colorado, dan mempraktikkan taktik kontra-pemberontakan.

"Latihan angkatan laut cenderung cukup dalam di tingkat keterlibatan teknis mereka," kata Montgomery."

"Katakanlah, latihan darat dan [pasukan operasi khusus] masih cukup muda, yang melakukan lebih banyak walk-thru daripada latihan rinci.

Tapi seiring berjalannya waktu dari tahun ke tahun, mereka menjadi lebih rumit," tambahnya.

Perang Proksi

Singkatnya, perdamaian yang dinegosiasikan tanpa korban adalah yang terbaik dari pilihan yang buruk.

AS dan Rusia telah melakukan serangkaian perang proksi, yang terbesar adalah seama berperang di Vietnam hingga Afghanistan.

Dalam skenario ini, AS mungkin mendanai pasukan Ukraina untuk memerangi tentara Rusia, dengan tujuan yang mungkin untuk mengusir mereka dari wilayah Ukraina.

Atau, jika AS atau NATO mendukung tentara Ukraina, Rusia mungkin mendanai gerakan separatis pro-Moskow di Ukraina untuk menentangnya.

Rusia membantu Vietnam Utara mengalahkan AS di Asia Tenggara, dan AS membantu Mujahidin mengalahkan Soviet di Afghanistan.

Jika pola itu berlaku, dan Ukraina adalah medan pertempurannya, maka itu adalah berita buruk bagi tentara pendudukan. Keuntungannya adaah bag AS.

Tentang Armagedon

Kata Harmagedon yang disebut di Alkitab Kristen, dianggap berasal dari kata bahasa Ibrani 'Har Megido', yang artinya Bukit Megido.

Tempat yang dirujuk ini adalah sebuah dataran lembah yang disebut Megido, yang merupakan lokasi dari banyak pertempuran yang menentukan pada masa purbakala.

Dilansir dari Wikipedia, salah satunya yang terjadi pada 609 SM dan digambarkan dalam Kitab 2 Raja-raja 28-30 dan 2 Tawarikh 20-25, mengakibatkan kematian Yosia, seorang raja yang muda dan karismatis.

Kematiannya mempercepat merosotnya dinasti Daud dan mungkin sekali telah mengilhami kisah-kisah tentang datangnya kembali seorang Mesias dari garis keturunannya.

Lembah ini ditandai oleh kehadiran gundukan-gundukan arkeologis atau tel, yang merupakan hasil akumulasi reruntuhan dari pemukiman Zaman Perunggu dan Zaman Besi yang berkembang antara 5.000 tahun lalu dan tahun 650 SM.

Sebagian orang mengatakan bahwa kata Armagedon merupakan contoh dari sebuah salah kaprah (biasanya kebetulan), yang belakangan memperoleh makna yang baru.

Satu-satunya tempat yang menyebutkan kata Armagedon dalam Alkitab, muncul dalam Kitab Wahyu 16:16: "Lalu Ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa Ibrani disebut Harmagedon."

Namun, Alkitab mencakup banyak nas, yang merujuk ke konsep tentang Armagedon.

Rujukan nubuat Alkitab yang spesifik, tidak menunjukkan secara jelas apakah peristiwa-peristiwa itu benar-benar akan terjadi di sini, atau apakah pengumpulan pasukan-pasukan itu hanya dianggap sebagai sebuah tanda.

Memang, sejumlah pasukan Romawi pernah dikumpulkan di tempat ini untuk salah satu penyerangan ke Yerusalem pada 67 M.

Hal ini sesuai dengan penafsiran preteris tentang kejadian-kejadian dalam Wahyu 16:17-21, yang merujuk ke kejadian-kejadian yang memuncak pada penghancuran Yerusalem pada 70 M.

Sebuah penafsiran lainnya adalah kematian mendadak Yosia, seorang pembaharu agama dalam usia 30-an.

Penafsiran ini memperlihatkan pengharapan besar untuk memperbarui negara teokratis Yahudi, yang menghasilkan mitos-mitos tentang kepulangannya dengan kemenangan.

Yosia, konon, mati di tangan firaun Mesir Nekho II, justru pada saat kerajaan Daud sedang naik setelah suatu masa kekacauan dan korupsi.

Kematiannya mempercepat kemerosotan faksi yang sangat monoteistik di Yudea pada tahun-tahun sebelum pembuangan Babel.

Gagasan bahwa seorang raja keturunan Daud suatu hari akan kembali untuk berperang dan menang di Megiddo adalah sebuah contoh tentang mitos mengenai kepulangan yang kekal (the myth of eternal return).

Sebelum PD I, perang ini biasanya dirujuk di koran-koran dan buku-buku sebagai Armagedon, selain juga Perang Besar.

Sebagai bagian dari keseluruhan teologi dari agama Bahá'í, literatur dan riset Bahá'í menafsirkan penggenapan pengharapan-pengharapan di sekitar Pertempuran Armagedon dalam tiga cara, dan ketiga-tiganya telah terjadi.

Yang pertama, berkaitan dengan serangkaian tulisan yang dikarang oleh Bahá'u'lláh, pendiri agama Bahá'í, untuk dikirim ke berbagai raja dan pemimpin negara.

Akta dari Yang Dijanjikan, yang membahas kekuasaan dunia dengan kritik, adalah sebuah kejadian yang menggemparkan.

Yang kedua. terkait dengan kejadian-kejadian terinci menjelang akhir Pertempuran Megiddo (1918) dari PD I, semacam penggenapan haraiah di mana kekuatan-kekuatan dunia sedang bertempur.

Secara khusus, kemenangan Jenderal Allenby di Megiddo, yang mencegah Kekaisaran Ottoman menyalibkan Abdu'l-Baha.

Abdu'l-Baha saat itu merupakan pemimpin dari agama Baha'i, dipandang oleh umat Baha'i sebagai Pertempuran Armagedon yang harafiah.

Yang ketiga, meninjau seluruh perkembangan PD I dan II (meskipun keduanya dapat dipandang sebagai satu proses yang terdiri dari dua tahap), dan kehancuran yang dihasilkannya terhadap berbagai sarana dan norma dunia sebelum dan sesudahnya.

Menurut agama Saksi-saksi Yehuwa, Armagedon adalah pertempuran di mana setan mempersatukan semua penguasa di muka bumi dalam melawan Raja yang ditunjuk oleh Allah, yakni Yesus.

Jadi, Wahyu menyatakan bahwa Armagedon adalah perang besar dari Yehuwa yang Mahakuasa. Berbeda dengan banyak kelompok Kristen, Saksi-saksi Yehuwa tidak percaya bahwa satu ‘Antikristus’ akan terlibat dalam perang ini.

Setan sendiri akan menggerakkan kerajaan-kerajaan dunia untuk memerangi umat pilihan Allah.

Wahyu mengatakan bahwa "roh-roh setan … mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa" (Wahyu 16:14).

Namun kemudian, "Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja" karena keadilannya akan mengalahkan mereka demi kemuliaan Allah yang mahakuasa" (Wahyu 17:12-14).***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Week The Washington Post Wikipedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah