“Kekhawatiran tertinggi kami adalah perlindungan karyawan kami, termasuk jurnalis kami, dan sumber mereka,” tambah pernyataan.
Sementara itu, Direktur FBI Christopher Wray menyatakan dalam pidatonya minggu ini bahwa pihaknya membuka penyelidikan terkait dengan dugaan operasi spionase China setiap 12 jam, dan memiliki lebih dari 2.000 penyelidikan semacam itu.
Ditambahkan, peretas dari Pemerintah China telah mencuri lebih banyak data pribadi dan perusahaan daripada gabungan semua negara lain.
Sementara peretasan dari Rusia yang didukung negara itu, cenderung mendapatkan lebih banyak berita utama, tapi menurut klaim para pejabat AS.
China telah diam-diam mencuri data komersial dan pribadi, yang jauh lebih berharga selama beberapa dekade terakhir ketika teknologi digital mulai berkembang.
Ruang redaksi utama, termasuk The New York Times, di mana operasi spionase siber China terungkap pada 2013, sebelumnya telah dikompromikan.
Runa Sandvik, mantan direktur senior keamanan informasi di surat kabar tersebutmenegaskan bahwa ruang redaksi utama.
Sementara ini telah menunjukkan banyak kemajuan dalam beberapa tahun terakhir untuk membantu jurnalis mereka menavigasi dunia digital yang semakin tidak bersahabat.
"Tapi, upaya ini tidak cukup untuk bertahan melawan orang yang terampil. dan musuh yang gigih seperti China," katanya.
Namun, seorang juru bicara kedutaan besar China di Washington, AS, tidak secara eksplisit menyangkal keterlibatan Beijing dalam peretasan, tetapi menegaskan dalam sebuah pernyataan pada Jumat malam lalu.