Khatoon Khider, Komandan Pasukan Yazidi: Mantan Penyanyi Pop yang Sarat Ratapan Perang

- 4 Februari 2022, 20:51 WIB
Ilustrasi pasukan wanita
Ilustrasi pasukan wanita /Istimewa/Reuters

KALBAR TERKINI - Khatoon Khider, Komandan Pasukan Yazidi: Mantan Penyanyi Pop yang Sarat Ratapan Perang

TIDAK terhitung lagi warga etnis Yazidi yang dibantai ISIS,  termasuk para wanitanya yang diperkosa.

Tapi,  tak sedikit pula kaum wanita dari etnis berbahasa Asyur yang angkat senjata melawan gerombolan ini.

Baca Juga: Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, Algojo ISIS Pembantai Orang Yazidi yang juga Pemerkosa

Bagi ISIS, etnis yang agamanya berakar dari agama Persia bercampur  unsur Mesopotamia pra-Islam atau tradisi agama Asiria, Mithraisme, Kristen dan Islam.

Selain Asiria ini,  adalah pemuja berhala sehingga harus dimusnahkan.

Khatoon Khider, adalahseorang wanita Yazidi yang akhirnya menjadi tentara, pemimpin 200 personel Pasukan Matahari dari jajaran Tentara Peshmerga bentukan Irak.

Penyanyi terkenal Yazidi ini bergabung dengan militer karena tak tahan menyaksikan penderitaan etnisnya.

Itu sebabnya lagu-lagu yang dipopulerkan oleh Khider, sebagaimana umumnya lagu-lagu Yazidi lainnya, sarat akan cerita tentang peperangan.

Salah satu lagu populer Khider adalah tentang seorang tentara wanita yang terjun ke medan perang setelah awalnya  menyamar untuk mencari kekasih hati yang tak pernah kembali, hilang entah di mana.
 
Khider, yang dagu dan pipinya ditandai dengan tato kecil berwarna biru tua, warna  khas etnis ini, lahir dari minoritas Yazidi di Irak.

Jumlah mereka yang sedikit,  dan agama kuno yang tidak biasa dengan malaikat merak, telah menjadikan etnis ini senantiasa menjadi korban penganiayaan selama beabad-abad, sehingga tradisi musik yang diwarisi pun sarat dengan cerita perang, pembantaian, dan kehilangan.

Hidup Khider juga ditandai oleh konflik.“Kami telah menghabiskan seluruh hidup kami dalam perang, tanpa alasan,” katanya kepada The Guardian belum lama berselang, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.Com.

Duduk di barak di utara Gunung Sinjar, tempatnya di tinggal setelah berlatih dengan para pejuangnya Khider bercerita bahwa ayahnya  masuk wajib militer untuk berperang dalam perang Iran-Irak,  beberapa bulan setelah dia lahir, kemuian ditawan.

Khider  tidak melihat sang ayah selama satu dekade, dan memamcunya untuk  menjadi penyanyi.

“Ketika masih kecil, kakek dan ibu saya selalu menangis dan meratap atas kepergian ayah yang ditawan  Iran, dan sesuatu mendorong saya untuk mengungkapkan kesedihan itu.

Saya tidak pernah hidup melalui waktu yang baik. Itulah yang membuat saya menjadi penyanyi," kenangnya.

Keluarga Khider adalah gembala dan musisi. Dia lahir di padang rumput musim panas yang tinggi di Gunung Sinjar di mana mereka berkemah selama berbulan-bulan setiap tahun, melakukan penggemukan ternak, dan tumbuh dikelilingi oleh lagu-lagu.

Khider harus meninggalkan sekolah setelah kelas enam untuk bekerja sebagai buruh harian di pertanian lokal.

Sanksi AS dan Barat terhadap pemerintahan Saddam Hussain  telah menaikkan harga pangan, keluarga membutuhkan lebih banyak uang, sementara tidak ada sekolah menengah di kotanya.

Dengan lagu-lagu masa kecil yang  dihafalnya, Khider meminta saudara iparnya untuk mencarikannya tanbour, alat musik petik,  seperti gitar dan belajar sendiri untuk bermain musik.

Kerabatnya segera berkumpul untuk mendengarkan lagu balada favoritnya sendiri, tetapi, sebagai seorang wanita dalam masyarakat konservatif, dia tidak pernah mengharapkan siapa pun di luar kerabatnya untuk mendengar lagu-lagu itu.

“Saya bernyanyi di rumah, tetapi ayah saya tidak pernah memperhatikannya,” katanya.

Halaman:

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x