Ukraina Lipatgandakan Kekuatan Pasukan di Perbatasan, Rusia Tuding AS Bawa Nazi Murni ke Ukraina!

- 2 Februari 2022, 08:44 WIB
Kondisi terkini di perbatasan antara Rusia dan Ukraina. Dilaporkan Ukraina terus menambah jumlah pasukannya di perbatasan dari 100 ribu menjadi 350 ribu guna mengantisipasi terjadinya perang kedua negara.
Kondisi terkini di perbatasan antara Rusia dan Ukraina. Dilaporkan Ukraina terus menambah jumlah pasukannya di perbatasan dari 100 ribu menjadi 350 ribu guna mengantisipasi terjadinya perang kedua negara. /Istimewa/Reuters


KALBAR TERKINI - Ukraina Lipatgandakan Kekuatan Pasukan di Perbatasan, Rusia Tuding AS Bawa Nazi Murni ke Ukraina!

SIAGA perang terjadi di Ukraina. Menghadapi ancaman invasi pasukan Rusia di perbatasannya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meneken dekrit untuk memperbanyak tentaranya dari 100.000 sehingga jumlah totalnya menjadi 350.000 personel.

Baca Juga: China Masuk Gelanggang, Ingatkan AS: Keberadaan Rusia di Perbatasan Ukraina masih Wajar!

Penambahan personel ini dilakukan lewat sebuah dekrit yang diteken oleh Presiden Zelenskyy di Kiev, Ibukota Ukraina, Selasa, 1 Februari 2022 ini, sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.Com dari laporan The Associated Press.

Penambahan personel militer ini terkait antisipasi atas serangan sekitar 100.000 tentara Rusia yang sudah bersiaga pebih di Belarusia, negara tetangga Ukraina dan juga Rusia.

Jika semua personel ini adalah tentara murni maka jumlah pasukan Ukraina diperkirakan akan berlipat ganda.

Baca Juga: Militer Rusia Bunyikan Alarm Palsu, Seolah -olah Armada Udaranya Menyerang Ukraina

Sebab, warga sipil sudah menyatakan akan ikut berperang, termasuk kalangan veteran perang .

Banyak di antara veteran perang ini adalah kalangan anak muda yang dipensiunkan dini dari militer pada usia 20-an dan 30-an.

Selain terlatih, kalangan muda ini tak bisa diremehkan karena fisik yang masih tangguh dan memiliki pengalaman militer melawan milisi-milisi pemberontak dukungan Rusia.

Baca Juga: AS Evakuasi Staf Kedutaan di Ukraina: Kekhawatiran Serbuan dini Rusia Membuat NATO Panik, Ketegangan Meningkat

Semisal di Donbas, wilayah Ukraina, atau pernah berperang ketika Rusia menganeksasi Semenanjung Krimea.

Presiden Zelenskyy -yang dalam beberapa hari terakhir ini terus menenangkan bangsanya di tengah ketakutan akan invasi Rusia yang akan segera terjadi- menyatakan bahwa dekrit tersebut bukan karena perang.

“Keputusan ini agar perdamaian segera, dan lebih jauh lagi,” katanya.

Sementara itu, dilaporkan dari Moskow, Ibukota Rusia bahwa Kremlin membantah laporan bahwa pihaknya mengirimkan tanggapan tertulis kepada Washington atas proposal AS.

Baca Juga: Politikus Ukraina Khianati Negaranya: Persiapkan Pemerintahan Baru dengan Intelijen Rusia

Proposal itu disebut-sebut ditujukan untuk meredakan krisis Ukraina, sehari setelah AS dan Rusia saling tuding secara tajam di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa.

Kremlin sedang mencari jaminan yang mengikat secara hukum dari AS dan NATO bahwa Ukraina tidak akan pernah bergabung dengan blok tersebut, menghentikan penyebaran senjata NATO di dekat perbatasan Rusia, dan pasukan aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara itu akan ditarik kembali dari Eropa Timur.

Tuntutan tersebut, yang ditolak oleh NATO dan AS sebagai nonstarter, datang di tengah kekhawatiran bahwa Rusia kemungkinan menyerang Ukraina, sehingga memicu penumpukan sekitar 100.000 tentaranya di dekat perbatasan Ukraina.

Baca Juga: Rusia Siap Menyerang, Pasukan Ukraina Siaga di Parit: Terpantau Satelit Maxar Malam ini

Pembicaraan antara Rusia dan Barat sejauh ini gagal menghasilkan kemajuan apa pun.

Washington telah memberikan tanggapan tertulis kepada Moskow atas tuntutan tersebut, dan pada Senin lalu, tiga pejabat pemerintahan Presiden AS Joe Biden, menyatakan bahwa Pemerintah Rusia mengirim tanggapan tertulis terhadap proposal AS.

Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS telah menolak untuk memberikan rincian tentang dokumen tersebut, dengan menyatakan bahwa 'tidak akan produktif untuk bernegosiasi di depan umum'.

Juga dinyatakan, AS akan menyerahkannya kepada Rusia untuk membahas usulan tandingan tersebut.

Tetapi, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko pada Selasa ini menyatakan kepada kantor berita negara Rusia, RIA Novosti, bahwa proposal Rusia itu 'tidak benar'.

Badan tersebut juga mengutip seorang diplomat senior, yang tidak disebutkan namanya di Kementerian Luar Negeri Rusia, yang menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengirim pesan kepada rekan-rekan Barat-nya, termasuk kepada Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, tentang 'prinsip keamanan yang tak terpisahkan', tapi itu bukan menanggapi proposal Washington.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan kepada wartawan pada Selasa ini bahwa ada 'kebingungan', dan menyatakan bahwa tanggapan Rusia terhadap proposal AS, masih dalam pengerjaan

"Apa yang disampaikan kepada pejabat Barat adalah pertimbangan lain, pada masalah yang agak berbeda,” kata Peskov.

Pada Senin lalu, Rusia menuduh bahwa Barat 'meningkatkan ketegangan' atas Ukraina, dan menyatakan bahwa AS telah membawa 'Nazi murni' ke tampuk kekuasaan di Ukraina, ketika Dewan Keamanan PBB mengadakan perdebatan sengit tentang penambahan pasukan Moskow di dekat tetangga selatannya.

Duta Besar AS Linda Thomas-Greenfield membalas bahwa kekuatan militer Rusia yang tumbuh di sepanjang perbatasan Ukraina adalah 'mobilisasi terbesar' di Eropa dalam beberapa dekade.

Ditambahkan, juga telah terjadi lonjakan serangan siber dan disinformasi Rusia.

Pertengkaran sengit di Dewan Keamanan PBB terjadi setelah Moskow kalah dalam upaya untuk memblokir pertemuan itu. Pertengkatan ini juga mencerminkan adanya jurang pemisah di antara kedua kekuatan nuklir itu.

Perdebatan terjadi selama sesi terbuka pertama di mana semua protagonis dalam krisis Ukraina berbicara di depan umum, meskipun badan paling kuat di PBB tidak mengambil tindakan.

Lebih banyak diplomasi tingkat tinggi diharapkan terjadi minggu ini.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: RIA Novosti the associated press


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah