Politikus Ukraina Khianati Negaranya: Persiapkan Pemerintahan Baru dengan Intelijen Rusia

- 23 Januari 2022, 21:50 WIB
Tentara Ukraina berdiri di parit di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di Mariupol/AP/Andriy Dubchak/AP
Tentara Ukraina berdiri di parit di garis pemisah dari pemberontak pro-Rusia di Mariupol/AP/Andriy Dubchak/AP /

 

KALBAR TERKINI - Politikus Ukraina Khianati Negaranya: Persiapkan  Pemerintahan Baru dengan Intelijen Rusia

Tekat rakyat Ukraina untuk melawan sampai mati menghadapi aneksasi Rusia ternyata tega dikhianati oleh sekelompok politisi di dalam negeri sendiri.

Para oknum politikus penghianat ini diklaim berasal dari kalangan partai kecil yang tidak populer di Ukraina.

Kalangan ini disebut sudah lama bekerjasama dengan intelijen Rusia untuk menyiapkan pemerintah baru yang pro-Rusia di Ukraina.

Baca Juga: Rusia Siap Menyerang, Pasukan Ukraina Siaga di Parit: Terpantau Satelit Maxar Malam ini

Dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Associated Press, Minggu, 23 Januari 2022, Kementerian Luar Negeri Rusia pada Minggu ini, langsung menolak klaim yang dilancarkan oleh Pemerintah Inggris pada Sabtu lalu.

Kantor Kementrian Luar Negeri Inggris mengklaim. Rusia berusaha menggantikan pemerintah Ukraina dengan pemerintahan pro-Moskow, dan bahwa mantan anggota Parlemen Ukraina, Yevheniy Murayev, sedang dipertimbangkan sebagai calon potensial.

Juga diklaim bahwa beberapa politisi Ukraina lainnya memiliki hubungan dengan dinas intelijen Rusia, bersama dengan Murayev,  yang merupakan pemimpin sebuah partai kecil yang tidak memiliki kursi di parlemen.

Baca Juga: China Caplok Taiwan jika AS dan NATO Fokus Urusi Ukraina, Rusia Dituding Ingin Kembali Hidupkan Uni Soviet

Politisi itu termasuk Mykola Azarov, mantan perdana menteri di bawah Viktor Yanukovych, Presiden Ukraina yang digulingkan dalam pemberontakan pada 2014, dan mantan kepala staf Yanukovych, Andriy Kluyev.

“Beberapa dari mereka memiliki kontak dengan perwira intelijen Rusia,  yang saat ini terlibat dalam perencanaan serangan ke Ukraina.” kata pihak Kementerian Luar Negeri Inggris.

Partai Nashi pimpinan Murayev—yang identik dengan bekas sebuah gerakan pemuda Rusia  pendukung Presiden Rusia Vladimir Putin—dianggap bersimpati kepada Rusia, tetapi Murayev pada Minggu ini menolak menyebutnya sebagai pro-Rusia.

Baca Juga: AS Bergetar: Rusia Gelar Kekuatan Laut Internasional Menyapu Dunia, Akankah NATO Bereaksi Lebih Dulu?

“Waktu bagi politisi pro-Barat dan pro-Rusia di Ukraina telah berlalu selamanya,” bantahnya  dalam sebuah posting Facebook.

Sesaat sebelum pernyataan Inggris diumumkan, dia memposting wajahnya di atas poster film James Bond dan berkomentar: "Rincian esok."

Pemerintah Inggris membuat klaim berdasarkan penilaian intelijen, tanpa memberikan bukti untuk mendukungnya.

Itu terjadi di tengah ketegangan tinggi antara Moskow dan Barat atas tudingan adanya rancangan Rusia di Ukraina,  dan meningkatnya tuduhan masing-masing pihak bahwa pihak lain merencanakan provokasi.

Baca Juga: Joe Biden Dituding Penakut, Buntut Ketegangan Perbatasan Moscow-Kiev, Sinyal NATO Terpecah Hadapi Invasi Rusia

“Disinformasi yang disebarkan oleh Kantor Luar Negeri Inggris adalah lebih banyak bukti bahwa negara-negara NATO, yang dipimpin oleh Anglo-Saxon, telah meningkatkan ketegangan di sekitar Ukraina,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia,  Maria Zakharova di aplikasi pesan Telegram, Minggu.

“Kami menyerukan Kantor Luar Negeri Inggris untuk menghentikan kegiatan provokatif, berhenti menyebarkan omong kosong," lanjutnya.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss menyatakan, informasi itu 'menyoroti sejauh mana aktivitas Rusia yang dirancang untuk menumbangkan Ukraina, dan merupakan wawasan tentang pemikiran Kremlin'.

Baca Juga: Rusia Kian Menggertak, Ukraina: : Biy Moskaliv! (Kalahkan Orang Rusia!) Veteran Perang Siap Angkat Senjata

Truss mendesak Rusia untuk 'mengurangi ketegangan, mengakhiri kampanye agresi,  disinformasi, dan mengejar jalur diplomasi'.

Dia juga menegaskan kembali pandangan Inggris bahwa 'setiap serangan militer Rusia ke Ukraina akan menjadi kesalahan strategis besar-besaran dengan biaya besar'.

Inggris telah mengirim senjata anti-tank ke Ukraina sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan pertahanannya terhadap potensi serangan Rusia.

Mark Galeotti, yang telah menulis dengan bayaran mahal tentang layanan keamanan Rusia, menyatakan kepada The Associated Press:  "Saya tidak bisa tidak skeptis tentang klaim Inggris."

“Ini adalah salah satu situasi di mana sulit untuk mengetahui apakah yang kita hadapi adalah ancaman asli, kesalahpahaman tentang tawaran tak terelakkan," katanya.

"Semua ini sengaja dibuat untuk berbagai tokoh di Ukraina oleh Rusia,  atau 'komunikasi strategis'  bahwa itulah yang kami lakukan," tambah  Galeotti yang juga profesor kehormatan Studi Slavonik dan Eropa Timur di University College, London.

Di tengah upaya diplomatik untuk meredakan krisis, Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace diperkirakan akan bertemu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu untuk pembicaraan di Moskow.

Tidak ada waktu yang diberikan untuk pertemuan itu, yang akan menjadi pembicaraan pertahanan bilateral pertama Inggris-Rusia sejak 2013.

AS telah melakukan kampanye agresif dalam beberapa bulan terakhir untuk menyatukan sekutu Eropa-nya,  melawan invasi baru Rusia ke Ukraina.

Gedung Putih menyebut,  penilaian Pemerintah Inggris 'sangat memprihatinkan', dan menyatakan bahwa hal itu mendukung pemerintah Ukraina yang terpilih.

"Perencanaan semacam ini sangat memprihatinkan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Emily Horne.

“Rakyat Ukraina memiliki hak berdaulat untuk menentukan masa depan mereka sendiri, dan kami mendukung mitra kami yang terpilih secara demokratis di Ukraina.".

Penilaian itu dilakukan ketika Presiden AS Joe Biden menghabiskan hari Sabtu di retret kepresidenan,  Camp David di luar Kota Washington, dan  berkumpul dengan tim keamanan nasional seniornya untuk membicarakan situasi Ukraina.

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa diskusi itu termasuk upaya untuk meredakan situasi,  dengan langkah-langkah diplomasi,  dan pencegahan yang dikoordinasikan secara erat dengan sekutu dan mitra, termasuk bantuan keamanan ke Ukraina.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x