Dihubungi di Dili, Ibukota Timor Leste, Senin, 31 Januari 2022, mantan Capres Timor Leste yang kalah tipis di Pilpres 2016 ini menyatakan, seorang pemimpin yabg memiliki visi dan misi ke depan akan sangat penting bagi masa depan Timor Leste.
"Ibarat kalimat bijaksana bahwa 'bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya'.
Ini benar. Kita memang harus menghargai tokoh-tokoh pejuang kemerdekaaan Timor Leste," tambahnya.
Tapi, lanjut Angela, selama ini sudah terbukti bahwa para tokoh ini, selama silih-berganti memimpin Timor Leste, tidak menjadikan negara itu semakin baik perekonomiannya.
"Melainkan semakin terpuruk, dan tidak pernah berpikir untuk mencari alternatif lain dari minyak sebagai soko guru perekonomian dan kesejehteraan rakyat," ujarnya.
Bahkan, ketika deposit minyak dan gas bumi (migas) di Celah Timor akan habis sekitar satu dekade lagi, korupsi tanpa henti terus terjadi, dan menggerogoti Timor Leste.
Ketika Timor Leste masih menjadi bagian teritorial Indonesia sebagai Timor Timur, provinsi ini sudah swasembada beras, dan menjadi lumbung padi yang penting bagi Indonesia.
"Sekarang apa? Persawahan terbengkalai, dan juga berbagai sektor lain di bidang non-migas.
Yang ada di pikiran para pemimpin selama ini, hanya migas, migas, dan migas. Minyak dan gas, minyak dan gas.