India Blokir 35 Saluran YouTube Pakistan: Dituding anti-India, Ini Sejarah Perseteruan 76 Tahun Tersebut

- 22 Januari 2022, 08:04 WIB
Ilustrasi Youtube Pakistan
Ilustrasi Youtube Pakistan /Istimewa/

KALBAR TERKINI - India Blokir 35 Saluran YouTube Pakistan: Dituding anti-India, Ini Sejarah Perseteruan 76 Tahun Tersebut.

HUBUNGAN India dan Pakistan tetap rumit sejak Pakistan dipisahkan dari India menyusul pembubaran Kemaharajaan Britania India pada 1947 yang diwarnai tewasnya hampir sejuta warga.

Terakhir, negara mayoritas penganut Hindu ini memblokir 35 saluran berita YouTube yang berbasis di Pakistan.

Baca Juga: INDIA OPEN 2022: Satu-satunya Wakil di Final, Hendra Ahsan Gagal Jadi Juara, Tunduk Atas Wakil Tuan Rumah

Dua situs web di antaranya karena dianggap terlibat dalam penyebaran berita palsu anti-India oleh negara mayoritas Islam itu, secara terkoordinasi melalui media digital.

Sebagaimana dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Daily Star, Jumat, 21 Januari 2022, Pemerintah India menyatakan bahwa semua akunYouTube yang diblokir oleh Kementerian Informasi dan Penyiaran India ini memiliki basis pelanggan total senilai lebih dari satu crore 20 lakh, dan video mereka memiliki lebih dari 130 crore views, kata sebuah pernyataan resmi.

Selain itu, dua akun Twitter, dua akun Instagram, dan satu akun Facebook juga telah diblokir oleh Pemerintah India atas keterlibatannya dalam menyebarkan disinformasi anti-India, yang terkoordinasi melalui internet.

Baca Juga: Kereta Api Pakistan Tabrakan, 40 Penumpang Tewas, Ratusan Terjepit di Gerbong

Menurut pernyataan itu, badan-badan intelijen India sedang memantau dengan cermat akun-akun media sosial dan situs web ini, dan melaporkannya ke kementerian untuk tindakan segera, sebagaimana laporan koresponden The Daily Star dari New Delhi, Ibukota India.

Ke-35 akun yang diblokir oleh kementerian informasi semuanya beroperasi dari Pakistan, dan diidentifikasi sebagai bagian dari empat jaringan disinformasi yang terkoordinasi.

Berseteru Sepanjang Masa

Hubungan India dengan Pakistan memang rumit karena sejumlah peristiwa sejarah dan politik.

Baca Juga: Bikin Galau, Pakistan akhirnya Cabut Blokir 'Tik Tok'

Hubungan antara kedua negara telah ditetapkan oleh pemisahan India Britania, yang penuh kekerasan pada 1947, termasuk konflik Kashmir.

Akibatnya, hubungan kedua negara selalu diliputi oleh permusuhan dan kecurigaan. India Utara dan Pakistan tumpang tindih sampai batas tertentu di bidang linguistik, demografi, geografi, dan ekonomi.

Setelah pembubaran Kemaharajaan Britania pada 1947, dua negara baru yang berdaulat terbentuk , Dominion India dan Dominion Pakistan.

Pemisahan berikutnya dari bekas India Britania menyebabkan hingga 12,5 juta orang mengungsi, dengan perkiraan korban jiwa yang bervariasi dari beberapa ratus ribu sampai sejuta orang.

India muncul sebagai sebuah negara sekuler dengan penduduk mayoritas Hindu dan minoritas Muslim yang besar, sementara dilansir dari Wikipedia.

Pakistan juga muncul sebagai sebuah negara sekuler, dengan penduduk mayoritas Muslim yang sangat besar, kemudian menjadi sebuah republik Islam, meskipun konstitusinya menjamin kebebasan beragama bagi rakyatnya dari semua keyakinan.

Segera setelah kemerdekaan kedua negara, India dan Pakistan menjalin hubungan diplomatik.

Namun, pemisahan yang penuh kekerasan dan banyaknya klaim teritorial terus membayangi hubungan mereka.

Sejak kemerdekaan mereka, kedua negara telah bertempur dalam tiga perang besar, satu perang yang tidak dideklarasikan, dan telah terlibat dalam banyak pertempuran bersenjata, dan kebuntuan militer.

Dibayangi Konflik Kashmir

Konflik Kashmir adalah titik pusat utama dari semua konflik ini dengan pengecualian Perang India-Pakistan 1971, dan Perang Pembebasan Bangladesh, yang mengakibatkan pemisahan diri Pakistan Timur , yang kini menjadi negara Bangladesh.

Banyak upaya untuk memperbaiki hubungan–terutama KTT Simla, KTT Agra, dan KTT Lahore. Sejak awal dekade 1980-an, hubungan kedua negara memburuk, terutama setelah Konflik Siachen, menghebatnya pemberontakan Kashmir pada 1989, uji coba nuklir India dan Pakistan pada 1998, dan Perang Kargil pada 1999.

Beberapa langkah membangun kepercayaan, seperti perjanjian gencatan senjata 2003 dan layanan Bus Delhi-Lahore berhasil menurunkan ketegangan.

Namun, upaya-upaya ini terhambat oleh serangan teroris berkala. Serangan Parlemen India 2001 hampir membawa kedua negara ke jurang perang nuklir.

Pengeboman Samjhauta Ekspres 2007, yang menewaskan 68 warga sipil, sebagian besar adalah orang Pakistan, juga merupakan titik krusial dalam hubungan kedua negara.

Selain itu, Serangan Mumbai 2008 yang dilakukan oleh militan Pakistan, mengakibatkan tamparan keras terhadap perundingan damai India-Pakistan yang sedang berlangsung.

Setelah hubungan mencair singkat menyusul pemilihan pemerintah baru di kedua negara, diskusi bilateral kembali terhenti setelah Serangan Pathankot 2016.

Pada September 2016, sebuah serangan teroris di sebuah pangkalan militer India di Kashmir yang dikuasai India, serangan serupa yang paling mematikan dalam tahun-tahun terakhir, menewaskan 19 tentara Angkatan Darat India.

Klaim India bahwa serangan tersebut telah diatur oleh kelompok jihad yang didukung Pakistan, dibantah oleh Pakistan, yang mengklaim bahwa serangan tersebut merupakan reaksi lokal terhadap kerusuhan di daerah tersebut, karena kekuatan yang berlebihan oleh personel keamanan India.

Serangan tersebut memicu sebuah konfrontasi militer di sepanjang Garis Kontrol, dengan eskalasi pelanggaran gencatan senjata, dan serangan militan terhadap pasukan keamanan India lebih lanjut.

Hingga Desember 2016, konfrontasi yang sedang berlangsung, dan peningkatan retorika nasionalis di kedua belah pihak, telah mengakibatkan gagalnya hubungan bilateral, dengan sedikit harapan akan pulih.

Sejak pemilihan pemerintah baru di India dan Pakistan pada awal 2010, beberapa langkah telah diambil untuk memperbaiki hubungan, khususnya mengembangkan sebuah konsensus mengenai kesepakatan status Non-Discriminatory Market Access on Reciprocal Basis (NDMARB) satu sama lain, yang akan meliberalisasi perdagangan.

Pada akhir 2015, pertemuan diadakan antara menteri luar negeri dan penasihat keamanan nasional kedua negara, di mana kedua belah pihak sepakat untuk membahas secara menyeluruh rintangan yang tersisa dalam hubungan tersebut.

Pada November 2015, Perdana Menteri India yang baru, Narendra Modi dan Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menyetujui dibukanya kembali perundingan bilateral.

Pada bulan berikutnya, Perdana Menteri Modi melakukan kunjungan singkat, dan tidak terjadwal ke Pakistan, saat sedang dalam perjalanan ke India, dan menjadi Perdana Menteri India pertama yang mengunjungi Pakistan sejak 2004.

Terlepas dari upaya-upaya tersebut, hubungan antara kedua negara tetap dingin, menyusul terulangnya aksi terorisme lintas batas.

Menurut sebuah World Service Poll BBC pada 2014, 17 persen warga India memandang pengaruh Pakistan secara positif, dan 49 persen menyatakan pandangan negatif, sementara 21 persen orang Pakistan memandang pengaruh India secara positif, dengan 58 persen menyatakan pandangan negatif.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: Wikipedia The Daily Star


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah