AS Bergetar: Rusia Gelar Kekuatan Laut Internasional Menyapu Dunia, Akankah NATO Bereaksi Lebih Dulu?

- 21 Januari 2022, 16:11 WIB
Sekitar 1.500 pasukan terjun payung Rusia ambil bagian dalam latihan invasi di Kostroma, utara Moskow.*
Sekitar 1.500 pasukan terjun payung Rusia ambil bagian dalam latihan invasi di Kostroma, utara Moskow.* /The Sun/

KALBAR TERKINI - AS Bergetar: Rusia Gelar Kekuatan Laut Internasional Menyapu Dunia, Akankah NATO Bereaksi Lebih Dulu?

REPUBLIK Federasi Rusia menyatakan rencana serangannya ke Ukraina merupakan tudingan tak masuk akal dari AS dan sekutunya.

Itu sebabnya Rusia berusaha menunjukkan ke dunia terutama ke AS supaya jangan meremehkannya.

Baca Juga: Joe Biden Dituding Penakut, Buntut Ketegangan Perbatasan Moscow-Kiev, Sinyal NATO Terpecah Hadapi Invasi Rusia

Manuver untuk menunjukkan tentang 'siapa sebenarnya Rusia' ini akan dilakukan lewat latihan militer laut kolosal yang diebut 'akan menyapu dunia' di berbagai samudera di jagat ini.

Dimulai pada Januari ini hingga Februari 2022, latihan akan melibatkan lebih dari 140 kapal perang, dan lebih 60 pesawat.

Latihan ini akan dilakukan di perairan pesisir, dan daerah 'penting secara operasional', yang lebih jauh termasuk di Mediterania, Atlantik timur laut, dan Samudra Pasifik.

Baca Juga: Rusia Kian Menggertak, Ukraina: : Biy Moskaliv! (Kalahkan Orang Rusia!) Veteran Perang Siap Angkat Senjata

Laporan tentang latihan militer ini tak menyebut kepastian tanggal dimulainya, tapi latihan ini dipastikan akan mencengangkan.

Sebab, secara geopolitik, AS disebut-sebut mulai kehilangan hegemoni dunia, dan inilah kesempatan bagi Rusia, negara berwilayah paling luas di dunia, untuk menunjukkan kekuatannya.

AS dan NATO juga harus semakin waspada. Apalagi, latihan ini melibatkan militer China dan negara-negara mitra dari duet Rusia-China.

Baca Juga: Ukraina kian Terancam, Tentara Rusia Mulai Gelar Latihan Tempur: Psaki: Makin Bahaya, Amerika Ikut Panik!

Ini karena Rusia dan China dikenal menjalin kemitraan yang yang harmonis sehingga penyatuan dua kekuatan raksasa ini akan kian menggetarkan AS dan sekutunya.

Selain Rusia, China juga berseteru dengan AS karena China dianggap memaksakan kehendaknya sebagai penguasa tunggal di Laut China Selatan, warisan nenek moyangnya.

Suatu wilayah yang diklaim AS dan sekutunya sebagai perairan internasional yang bebas bernavigasi.

Baca Juga: Viral Full Link Download 3 Menit 44 Detik Gunung Batur Bali di Instagram dan TikTok, ada apa dengan Rusia?

Selain itu antara AS dan China terjadi persaingan sengit di berbagai bidang, terutama teknologi persenjataan, kecerdasan buatan, dan teknologi siber.

Persaingan itu telah mengarah ke risiko konflik militer antara AS dan sekutunya vs China, dan China juga pasti akan menggandneng negara-negara mitranya.

Walaupun China tak berterus terang, namun China dan Rusia selama ini terus bersafari untuk menyiapkan sebuah aliansi militer.

Bukan sekadar untuk ekonomi, dengan negara-negara lain, yang selama ini kerap menjadi korban sanksi AS dan Barat, semisal Pakistan, Korea Utara, atau Iran.

Baca Juga: Gelar Royal Wedding, Pernikahan Keluarga kerajaan Rusia, Dalam Seabad Sejak Revolusi

Latihan militer Rusia di sejumlah wilayah dunia ini juga disebut sebagai 'pengisi waktu luang' bagi Rusia setelah AS diklaim telah menudingnya akan menyerang Ukraina, yang disebutnya sengaja direkayasa oleh AS dan sekutunya.

Manuver Rusia untuk Tantang AS

Dilansir Kalbar-Terkini.Com dari The Associated Press, Kamis, 20 Januari 2022 tengah malam ini, Rusia pada Kamis malam WIB, mengumumkan bahwa latihan angkatan lautnya akan 'menyapu' beberapa bagian dunia bulan ini, dan mengklaim Barat sedang merencanakan 'provokasi' di Ukraina, di mana Kremlin telah dituduh merencanakan aksi militer yang agresif.

Di tengah penumpukan sekitar 100.000 tentara Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina dan latihan perang bersama besar-besaran dengan Belarusia.

Baca Juga: Gelar Royal Wedding, Pernikahan Keluarga kerajaan Rusia, Dalam Seabad Sejak Revolusi

Kementerian Pertahanan Rusia juga menyatakan pihaknya juga akan melakukan manuver yang melibatkan sebagian besar potensi angkatan laut Rusia.

“Latihan tersebut dimaksudkan untuk mempraktikkan tindakan angkatan laut dan angkatan udara, untuk melindungi kepentingan nasional Rusia di lautan dunia, dan untuk melawan ancaman militer terhadap Federasi Rusia,” kata kementerian.

Ditambahkan, beberapa kapal perang Rusia saat ini mengambil bagian dalam latihan bersama dengan China dan Iran di Teluk Oman yang dimulai Selasa lalu, dan akan berlangsung hingga akhir pekan.

Baca Juga: Gelar Royal Wedding, Pernikahan Keluarga kerajaan Rusia, Dalam Seabad Sejak Revolusi

Presiden AS Joe Biden menyatakan pada Rabu lalu bahwa dia berpikir Rusia akan menginvasi Ukraina, dan memperingatkan Presiden Vladimir Putin bahwa negaranya akan membayar 'harga yang mahal' untuk setiap nyawa yang hilang, dan kemungkinan pemutusan dari sistem perbankan global jika itu terjadi.

Moskow telah berulang kali membantah tentang rencana serangan itu.

Tetapi Moskow juga mengklaim satu set jaminan keamanan dari Barat yang akan mengecualikan ekspansi NATO ke Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya, dan penyebaran senjata aliansi itu di sana.

Namun, Washington dan sekutunya dengan tegas menolak tuntutan Moskow dalam pembicaraan keamanan pekan lalu.

Tetapi tetap membuka pintu untuk kemungkinan pembicaraan lebih lanjut tentang pengendalian senjata, dan langkah-langkah membangun kepercayaan untuk mengurangi potensi permusuhan.

Di tengah ketegangan, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Ukraina pada Rabu lalu untuk meyakinkan dukungan Barat, dan bertemu dengan rekan-rekannya dari Inggris, Prancis dan Jerman di Berlin pada Kamis lalu, untuk membahas Ukraina dan masalah keamanan lainnya.

Blinken akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov di Jenewa pada Jumat, 21 Januari 2022 ini.

Jubir Kemenlu Rusia: Konsekuensi yang Tragis

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menuduh bahwa klaim Ukraina dan Barat tentang serangan Rusia yang akan segera terjadi di Ukraina, adalah 'kedok untuk melakukan provokasi skala besar mereka sendiri, termasuk yang bersifat militer'.

“Mereka mungkin memiliki konsekuensi yang sangat tragis bagi keamanan regional dan global,” kata Zakharova.

Dia menunjuk pada pengiriman senjata ke Ukraina oleh pesawat angkut militer Inggris dalam beberapa hari terakhir, mengklaim bahwa Ukraina menganggap bantuan militer Barat sebagai 'pemegang wewenang penuh untuk operasi militer di Donbas'.

Donbas, terletak di Ukraina timur, berada di bawah kendali separatis dukungan Rusia, yang telah memerangi pasukan Ukraina selama hampir delapan tahun, konflik yang telah menewaskan lebih dari 14.000 orang.

Ukraina menyatakan awal pekan ini bahwa mereka telah menerima pengiriman rudal anti-tank dari Inggris.

Ukraina telah menolak klaim Moskow bahwa pihaknya merencanakan serangan untuk merebut kembali kendali atas wilayah yang dikuasai separatis di jantung industri timur negara itu.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menegaskan, ancaman AS untuk memutuskan Rusia dari sistem perbankan global, dapat mendorong pasukan hawkish di Ukraina menggunakan kekuatan untuk merebut kembali kendali atas pemberontak di timur.

“Ini mungkin menanamkan harapan palsu di kepala beberapa perwakilan kepemimpinan Ukraina yang mungkin memutuskan untuk memulai kembali perang saudara secara diam-diam di negara mereka,” kata Peskov dalam panggilan konferensi dengan wartawan.

Dalam sebuah langkah yang semakin memperkuat pasukan di dekat Ukraina, Rusia telah mengirim sejumlah pasukan yang tidak ditentukan dari timur jauhnya ke sekutunya Belarusia, yang berbagi perbatasan dengan Ukraina, untuk latihan perang besar yang berlangsung hingga 20 Februari 2022.

Moskow dapat menggunakan wilayah Belarusia untuk meluncurkan potensi invasi multi-cabang.

Kepala badan eksekutif Uni Eropa (UE), Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen Kamis lalu menegaskan kembali bahwa Uni Eropa 'akan menanggapi dengan sanksi ekonomi dan keuangan besar-besaran;, jika Rusia menginvasi Ukraina.

“Kami berharap serangan tidak akan terjadi, tetapi jika itu terjadi, kami siap,” kata von der Leyen dalam pidato online di forum bisnis Davos.***

Editor: Slamet Bowo Santoso

Sumber: The Associated Press


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x