Israel Dipimpin PM Baru, Netanyahu: Bennett 'Plinplan' Hadapi Iran, Musuh Utama!

- 14 Juni 2021, 04:50 WIB
PECAH KONGSI - Perdana Menteri Israel yang baru, Naftali Bennet Bennett (kanan), pernah menjadi kepala staf  Benjamin Netanyahu (kiri), perdana menteri sebelumnya,  sebelum hubungan keduanya retak./FOTO: REUTERS/
PECAH KONGSI - Perdana Menteri Israel yang baru, Naftali Bennet Bennett (kanan), pernah menjadi kepala staf Benjamin Netanyahu (kiri), perdana menteri sebelumnya, sebelum hubungan keduanya retak./FOTO: REUTERS/ /REUTERS

KALBAR TERKINI - Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ragu akan komitmen penggantinya Naftali Bennett. Bennett diklaimnya tidak bisa memegang janji termasuk terkait komitmen Israel tentang Republik Islam Iran sebagai musuh utama.

Menurut Netanyahu,  Menteri Pertahanan Israel pada 2019-2020 dan Menteri Dispora Affairs Israel pada 2013-2019 ini,  memiliki kepribadian yang menguatirkan.  Ini karena kata-kata Bennett dikliamnya tak bisa dipegang, setelah Netanyahu mengaku mendengar pernyataan keras Bennett tentang Iran.

"Saya bahkan lebih khawatir, karena Bennett selalu melakukan kebalikan dari apa yang dia katakan. Pemerintahan  barunya  tidak layak untuk memimpin negara,  bahkan untuk satu hari saja," kecam Netanyahu dalam jumpa pers,  usai berpidato di Knesset, Parlemen Israel, Minggu, 13 Juni 2021.

"Seorang Perdana Menteri Israel,  perlu tahu bagaimana mengatakan tidak kepada Presiden Amerika Serikat," kata Netanyahu, memuji pidatonya sendiri di depan Knesset,  yang intinya tetap menentang kesepakatan apa pun dengan pihak Iran.

Baca Juga: Jelang KTT Biden-Putin, Kapal Perang AS Manuver di Laut Hitam

Bahkan, sebagaimana dikutip Kalbar-Terkini.com dari The Jerusalem Post, Minggu, Netanyahu menyatakan, dengan tampilnya Bennetts sebagai PM, maka  rakyat di negara Yahudi layak meratapi nasibnya karena tidak akan ada lagi yang bisa membela Israel.

Itu sebabnya Netanyahu menyatakan tidak akan meninggalkan politik di Israel,  meskipun dirinya sudah meninggalkan Kantor PM. Kapada para pendukung, mantan personel pasukan khusus Israel ini mengklaim bahwa dirinya akan tetap menjadi pemimpin oposisi, tetap sebagai Ketua Umum Partai Likud, dan kandidat partainya  untuk kandidat PM dalam Pemilu Israel berikutnya.

"Ini adalah hari libur bagi pers,  tetapi hari yang sulit bagi jutaan warga Israel," katanya kepada wartawan setelah berpidato di Pleno Knesset. “Saya meminta Anda untuk tidak kehilangan semangat. Kami akan kembali."

Baca Juga: Biden Gagal Galang G-7 Sikat China: Jerman dan Italia Ragu

Dalam pidatonya, Netanyahu mengimbau  para pendukungnya untuk tetap menegakkan kepala meskipun kehilangan telah kekuasaan. "Kami akan terus bekerja sama," katanya.

“Saya akan memimpin Anda dalam perjuangan setiap hari melawan pemerintah sayap kiri yang berbahaya ini,  untuk menggulingkannya, dan dengan bantuan Tuhan, itu akan terjadi jauh lebih cepat daripada yang Anda pikirkan," tegasnya.

Berbeda dengan ejekan terus-menerus selama pidato Bennett, Kenesset benar-benar diam, menunjukkan rasa hormat,  selama Netanyahu berbicara, yang menunjukkan rasa hormat kepadanya. Satu-satunya yang mencela adalah pemimpin Partai Meretz, Nitzan Horowitz yang  menyebutkan tuduhan kriminal kepada Netanyahu di akhir pidato.

Meretz  adalah partai sayap kiri sosial demokrat dan hijau di Israel. Partai tersebut awalnya dbentuk pada 1992,  lewat penggabungan tiga partai, Ratz, Mapam,  dan Shinui. Pada masa kejayaannya di Knesset pada 1992 dan 1996,  Meretzmendapatkan 12 kursi. Dalam pemilu April 2019, partai tersebut memenangkan empat kursi.

Baca Juga: G-7 Lawan China: Ketika Negara Kaya Rayu Vaksin ke Negara Miskin

Meretz adalah partai sekuler yang merupakan solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina, keadilan sosial, HAM (khususnya agama, suku bangsa dan orientasi sekual), kebebasan beragama,  dan lingkungan. Meretz tergabuing dalam koalisi partai-partai sayap kiri Israel yang berhasil mengusung Bennett sebagai PM Israel.

Sementara itu, Netanyahu menyatakan dirinya berbicara atas nama jutaan pemilih Likud dan partai-partai satelitnya, serta juga mencatat keberhasilannya sebagai PM. Termasuk keberhasilannya memindahkan  Kedutaan Besar AS ke Yerusalem, pembangunan jalan dan kereta api baru, serta peningkatan kualitas hidup di Israel.

“Semua ini tidak terjadi secara kebetulan,” kata Netanyahu. “Itu terjadi karena kami menjalankan kebijakan keamanan yang cerdas dan terfokus,  yang membuat musuh kami membayar harganya.”

Menurutnya, Pemerintah Israel di masa kepemimpinannya telah mengawasi operasi 'berani' di belakang garis musuh untuk menjaga keamanan Israel. Prestasi itu mengubah Israel dari 'negara marjinal',  menjadi negara yang terkemuka. 

Baca Juga: Sering Dapat Cibiran Jadi Menteri Kabinet Jokowi, Prabowo: Saya Ingin Berbakti Kepada Indonesia

Biden: Tiada Teman paling Baik Israel selain AS

Sementara itu, Presiden AS Joe Biden mengucapkan selamat kepada PM Bennett atas pembentukan pemerintahan baru melalui panggilan telepon pada Minggu malam, setelah Bennett dilantik lebih awal malam itu, dan menyatakan keinginan AS untuk lebih memperkuat hubungan dengan Israel. 

Dalam panggilan telpon, Bennett berterima kasih kepada Biden atas ucapan selamatnya, komitmen jangka panjang AS terhadap Israel,  dan keamanannya.

Bennett juga berterima kasih kepada Biden atas dukungannya selama Operasi Penjaga Tembok, eskalasi terbaru antara Israel dan kelompok teror sekutu di Jalur Gaza,  selama perang 11 hari dengan Hamas pada 10-21 Mei 2021.

AS dianggap sebagai sekutu Israel. Kedua pemimpin juga menekankan pentingnya aliansi antara Israel dan AS, serta komitmen kedua belah pihak untuk memperkuat hubungan untuk menjaga keamanan Israel. 

Baca Juga: Lirik Lagu Unlock The Key Beserta Artinya, Isyana Sarasvati Bicara Soal Emosi Diri

"Atas nama rakyat Amerika, saya mengucapkan selamat kepada Perdana Menteri Naftali Bennett, Perdana Menteri Alternatif dan Menteri Luar Negeri Yair Lapid, dan semua anggota kabinet baru Israel," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dirilis beberapa saat setelah pemerintah baru dilantik.  

"Israel tidak memiliki teman yang lebih baik daripada Amerika Serikat," lanjut Biden. "Ikatan yang menyatukan orang-orang kami,  adalah bukti nilai-nilai bersama kami,  dan kerjasama yang erat selama beberapa dekade."  

Menurut Biden, AS 'tetap teguh dalam mendukung keamanan Israel," kata Biden yang juga menambahkan bahwa pemerintahannya  berkomitmen untuk bekerja dengan Pemerintah Israel yang baru. 

Biden menyimpulkan: "Pemerintahan saya berkomitmen penuh untuk bekerja dengan Pemerintah Israel yang baru,  untuk memajukan keamanan, stabilitas, dan perdamaian bagi orang Israel, Palestina, dan orang-orang di seluruh wilayah yang lebih luas."  

Baca Juga: Hati-Hati ! 3 Cedera yang Paling Umum Terjadi Ketika Berolahraga Agar Bisa Dihindari

"Terima kasih, Tuan Presiden!" jawab Bennett sebagai tanggapan atas komentar Biden. "Saya berharap dapat bekerja sama dengan Anda,  untuk memperkuat hubungan antara kedua negara kita."

Kanselir Austria Sebastian Kurz juga mengucapkan selamat kepada Bennett dan Lapid dalam sebuah tweet, bahwa dia berharap untuk bekerja dengan keduanya.

"Austria berkomitmen ke Israel sebagai negara Yahudi dan demokratis,  dan akan terus berdiri di sisi Israel," kata Kurz.*** 

 

Sumber: The Jerusalem Post, Wikipedia

 

 

 

Editor: Oktavianus Cornelis


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah