Jika para pemimpin China menganggap penyatuan damai tidak mungkin, China mungkin mencoba merebut Taiwan dengan paksa. Selama sidang Senat AS pada Maret 2021, Kepala Komando Indo-Pasifik AS, Laksamana Phil Davidson, memperingatkan bahwa kapal perang, pesawat, dan roket baru China bertujuan untuk menggantikan AS dan sekutunya dari posisi unggulan mereka di tatanan dunia.
Laksamana itu juga yakin, China dapat menginvasi Taiwan dalam enam tahun ke depan.
Di sisi lain, The Economist menyatakan, China tidak merasa sebagai negara yang berperang. Laporan dari pembicaraan tingkat tinggi antara pejabat AS dan China pada Maret 2021 menunjukkan, China memiliki 'poin pembicaraan yang tidak fleksibel di Taiwan, tetapi tidak menggunakan bahasa baru yang menunjukkan urgensi yang belum pernah terjadi sebelumnya'.
Majalah tersebut menyimpulkan bahwa meskipun beberapa sarjana percaya pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan mengambil bagian dalam perang apa pun atas Taiwan, dan mencegah invasi oleh Tiongkok, dengan mengatakan hal itu maka dapat memprovokasi Partai Komunis Tiongkok untuk mengambil tindakan gegabah.
Baca Juga: Google dan Roku Berperang: Alamak, ini Masalahnya!
Adapun pesawat militer China, yang telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan sudah mencapai lebih dari 270 kali dalam beberapa bulan terakhir, menurut seorang diplomat senior Taiwan kepada The Economist.
Disebutkan, hal ini mungkin menjadi ujian bagi pemerintahan Biden yang masih baru.
Sementara China kemungkinan akan 'terus mendorong' manuver karena mengetahui bahwa Taiwan tidak akan melepaskan tembakan pertama.
Presiden Taiwan: Kami Bisa Atasi
Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen menanggapi cerita sampul The Economist yang menyebut Taiwan sebagai 'tempat paling berbahaya di dunia'. Menurut Ing-wen dalam dwi bahasa di Facebook pada Jumat itu,Taiwan dapat mengatasi tantangan ekspansi otoriter.